Pasar global kelapa terus tumbuh pesat, didorong oleh penggunaan komoditas tersebut di berbagai industri, seperti kosmetik, makanan dan minuman, hingga farmasi. Indonesia, yang merupakan produsen terbesar di dunia, menyumbang 27% dari total produksi global (IUCN: 2022), sekitar 17,19 juta metrik ton per tahun, diikuti oleh Filipina sekitar 14,77 juta metrik ton per tahun, dan India dengan 14.68 juta metrik per tahun (Statista, 2023). Namun, peningkatan permintaan ini telah mendorong ekspansi perkebunan kelapa yang sering kali mengorbankan kawasan hutan, mengakibatkan penurunan keanekaragaman hayati dan kerusakan ekosistem.
Pada tahun 2018, The International Union for Conservation of Nature (IUCN) mencatat bahwa sekitar 9.159 hektar lahan di Indonesia terancam mengalami deforestasi akibat pertanian kelapa. Hal ini semakin memperburuk krisis iklim dengan mengurangi kapasitas hutan dalam menyerap karbon dioksida, yang merupakan salah satu penyumbang utama pemanasan global. Selain dampak lingkungan, kerentanan ekonomi petani kelapa kecil menjadi tantangan signifikan. Penelitian dari IntechOpen tentang rantai nilai pertanian mengungkapkan bahwa banyak petani kelapa di daerah seperti Sulawesi Utara dan Riau memiliki status sosial-ekonomi yang berada di bawah garis kemiskinan, dengan pendapatan kurang dari Rp3.000.000,- per kapita per tahun.
Petani kelapa sering kali menghadapi keterbatasan akses terhadap bibit unggul, alat pertanian berkelanjutan, dan layanan keuangan, membuat mereka bergantung pada tengkulak untuk menjual hasil panen dengan harga rendah. Situasi ini memperburuk ketidakstabilan ekonomi mereka. Selain itu, minimnya pelatihan terkait pertanian berkelanjutan menghambat upaya meningkatkan produktivitas dan penerapan praktik ramah lingkungan. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan solusi yang menyeluruh dan kolaboratif guna melakukantransformasi sektor kelapa yang keberlanjutan.
KOLTIVA berada di garda depan dalam melakukan transformasi industri kelapa dengan menyediakan dukungan menyeluruh kepada para pelaku usaha dan produsen. Inisiatif tersebut bertujuan memastikan para produsen kelapa mendapatkan pelatihan, pembinaan, dan sertifikasi dalam pertanian berkelanjutan, memungkinkan mereka meningkatkan pendapatan dengan menghasilkan produk kelapa berkualitas lebih tinggi dan berkelanjutan. Melalui platform ketertelusuran, KoltiTrace MIS, KOLTIVA menyediakan wawasan mendalam bagi pelaku usaha kelapa dengan memantau produksi dari hulu hingga hilir. Tersedianya platform tersebut memberikan gambaran menyeluruh, mencakup demografi produsen, produktivitas, kemajuan pelatihan, transaksi, bibit kelapa, serta metrik lingkungan dan sosial.
Platform ini juga mendukung kemampuan pemetaan penuh, termasuk semua poligon lahan pertanian, lokasi produsen dan pengolah, pos pembelian, dan pelaku lainnya di dalam rantai pasokan. KoltiTrace MIS mampu menunjukkan kawasan lindung, serta peringatan ketika produsen berada di area yang terlarang, sehingga memungkinkan pemantauan komitmen penghentian (nol) deforestasi atau perubahan ekosistem alami, seperti NDPE (No Deforestation, No Peat, and No Exploitation).
KoltiTrace MIS (FarmXtension) juga dilengkapi dengan aplikasi seluler untuk mendukung implementasi oleh tim lapangan dan agronomis untuk melakukan pengumpulan data, memastikan pengawasan penuh terhadap aktivitas penanaman, kondisi pohon, dan volume panen. Data-data penting ini memungkinkan perusahaan untuk membuat keputusan yang terinformasi, mengembangkan strategi yang efektif, serta mengambil langkap yang tepat.
Sebagai pelopor inovasi di sektor pertanian, KOLTIVA meluncurkan aplikasi FarmCloud yang merupakan bagian dari ekosistem KoltiTrace MIS. Aplikasi ini membantu petani kelapa dalam manajemen pertanian, pelatihan, dan pemantauan produktivitas secara terpadu. Dilengkapi dengan KoltiPay, petani dapat melakukan transaksi keuangan secara aman dan efisien, menerima pembayaran elektronik, serta membeli input pertanian seperti bibit dan alat. Selain itu, KoltiPay juga menyediakan akses ke layanan keuangan seperti tabungan, pembiayaan, dan asuransi tanaman, memberdayakan petani untuk meningkatkan ketahanan finansial mereka.
KOLTIVA juga mendukung kios-kios pedesaan melalui aplikasi FarmRetail, memungkinkan mereka mengelola toko daring, memperbarui stok, dan menangani transaksi seperti sistem POS. Kios-kios dapat membeli produk langsung dari distributor terpercaya, memperluas akses pasar. Sementara itu, aplikasi FarmGate memberdayakan pos pembelian dan pedagang dengan manajemen rantai pasokan yang lebih efisien, memastikan semua data transaksi, inventaris, dan pergerakan kelapa tercatat dengan transparan melalui dasbor KoltiTrace.
Fachreza Hidayat, Head of Sector di KOLTIVA, menjelaskan, “Kami bekerja sama untuk mendukung perusahaan dalam membangun rantai pasokan yang tertelusur sehingga mereka dapat lebih memahami kebutuhan produsen dan mengembangkan inisiatif untuk mendukung mata pencaharian mereka serta menghasilkan produk kelapa yang berkelanjutan. Bersama dengan mitra kami, kami mengembangkan inisiatif yang secara langsung mendukung produsen dengan keterampilan dan sumber daya untuk menghasilkan kelapa berkualitas tinggi sehingga mereka dapat memperoleh akses pasar yang lebih baik.”
Guna perkuat komitmen terhadap produksi kelapa yang bertanggung jawab, Manfred Borer, CEO dan Co-Founder KOLTIVA, menegaskan, “Kami telah bekerja sama dengan agribisnis terkemuka di 65 negara dan lebih dari 58 sektor, termasuk industri kelapa di Indonesia. Sebagai pemimpin dalam platform ketertelusuran rantai pasok kelapa global, kami menyadari betapa pentingnya transparansi dan ketertelurusan. Namun, mengintegrasikan teknologi dari perkebunan hingga pengolahan tetap merupakan tantangan besar. Dengan bergabungnya kami ke dalam kerjasama multi-pihak bersama Sustainable Coconut Partnership (SCP), menegaskan komitmen kami untuk membantu bisnis meningkatkan standar tanggung jawab lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani kelapa di seluruh dunia.”
Manfred melanjutkan, “Selain itu, kami berkomitmen pada prinsip perdagangan yang adil dan sumber daya yang etis sebagai bagian dari upaya kami untuk membangun rantai pasokan yang transparan dan berkelanjutan. Prinsip-prinsip ini tidak hanya mendorong kami untuk memenuhi permintaan pasar, tetapi juga untuk memberikan dampak positif pada komunitas dan ekosistem di mana kami beroperasi.”
Sustainable Coconut Partnership (SCP) menawarkan praktik terbaik industri dan program-program berpengaruh untuk menghadapi tantangan kompleks mencapai keberlanjutan sektor kelapa. SCP memfasilitasi anggotanya dalam konsultasi sektoral untuk mengembangkan alat yang meningkatkan transparansi dan jaminan keberlanjutan. Selain itu, SCP mendorong kolaborasi, menciptakan komunitas profesional terbesar di sektor swasta yang fokus pada peningkatan kesejahteraan petani dan mendukung produksi kelapa berkelanjutan dalam skala besar.
Dalam kolaborasi ini, Direktur Eksekutif Sustainable Coconut Partnership (SCP), Gregory Bardies, menyatakan, “Saya menyambut baik bergabungnya KOLTIVA dalam misi kami untuk memajukan sektor kelapa yang bertanggung jawab dan tangguh. Kita membutuhkan lebih banyak agribisnis digital yang inovatif untuk membantu produsen beralih ke praktik produksi yang berkelanjutan dan sumber daya yang lebih transparan. KOLTIVA telah terbukti menjadi pelopor inovatif tersebut dalam berbagai rantai pasokan.”
Jakarta, 23 November 2024 – Lintasarta secara resmi meluncurkan inisiatif AI Merdeka. Gerakan ini memperkuat…
Banyak praktisi marketing yang bimbang mengenai strategi yang tepat untuk jenis bisnis B2B (business-to-business) di…
Jakarta, November 2024 – INKOP TKBM kembali bekerja sama dengan Port Academy untuk menyelenggarakan Diklat…
Mengapa Anda Tidak Boleh Lewatkan Acara Ini? Ini adalah kesempatan pertama di Indonesia untuk memiliki TCG One…
Layanan SIP Trunk adalah layanan telepon yang dilakukan melalui jaringan internet, layanan SIP Trunk menjadi…
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencatatkan kenaikan tipis sebesar 14 sen, atau 0,2%,…
This website uses cookies.