Categories: PENDIDIKAN

Kualitas Air Laut Batam Picu Penurunan Kualitas Kesehatan Masyarakat

BATAM – Kondisi Air laut di Kota Batam mengalami penurunan kualitas. Pengelolaan sampah yang kurang tepat disebut-sebut sebagai pemicu penurunan kualitas air laut ini.

Pengelolaan sampah yang tidak baik ini juga berdampak pada terjadinya degradasi kualitas lingkungan yang tidak memberikan kenyamanan untuk hidup, sehingga dapat menurunkan kualitas kesehatan bagi masyarakat.

Baru-baru ini, sebuah artikel ilmiah terbitan Jurnal Teknologi Rekayasa edisi Desember 2019 merilis hasil riset yang dilakukan Gita Prajati dan Suryo Widiantoro tentang kondisi air laut di pulau Lengkang Kecil Kecamatan Belakang Padang.

Hasil riset dosen Teknik Lingkungan Universitas Universal Batam tersebut menunjukkan kondisi kualitas air di pulau Lengkang Kecil cukup mengkhawatirkan.

Kedua peneliti tersebut melakukan pengujian terhadap kualitas air laut yang telah tercemar sampah di Pulau tersebut pada 2019 lalu.

Gita dan Suryo melakukan observasi dan survei untuk mengetahui kondisi eksisting penggelolaan sampah serta titik persebaran timbulan sampah di Pulau Lengkang Kecil guna menentukan titik pengambilan sampel air laut.

Dari sepuluh titik pengambilan sampel yang dilakukan, tujuh sampel diambil dari titik timbulan sampah tinggi dan tiga sampel dititik timbulan sampah rendah.

Sampel yang diambil tersebut kemudian di uji untuk menganalisa kandungan air laut dari empat parameter, yaitu pH, turbidity (kekeruhan), dissolved oxygen (DO), dan nitrat.

Sampel air laut ini dianalisa berdasarkan Kepmen LH No 51 Tahun 2004 mengenai baku mutu air laut untuk biota laut.

Kepada swarakepri, Gita mengatakan bahwa parameter atau kandungan air dibeberapa titik tersebut melebihi baku mutu. “Parameter beberapa titik air laut melebihi baku mutu,” kata perempuan kelahiran Kota Madiun ini.

Tumpukan sampang yang tidak terkelola dengan baik di permukiman warga pulau lengkang kecil./Dok.Swarakepri.com

Menurut hasil analisa yang mereka lakukan menunjukkan bahwa nilai DO, turbidity, dan nitrat melebihi baku mutu di titik-titik dengan jumlah sampah yang tinggi.

Nilai DO dan tingkat kekeruhan hanya ada di beberapa titik sampling yang tidak memenuhi baku mutu. Hal ini dapat dilihat dari komposisi sampah tertinggi yang ada di pulau, yaitu sampah organik.

Turbidity atau kekeruhan air yang memenuhi baku mutu hanya 3 dari 10 titik pengambilan sampel. Artinya ada 7 titik yang melebihi baku mutu.

Kekeruhan air yang cukup tinggi di pulau ini disebabkan oleh kandungan bahan organik oleh aliran air tawar maupun air laut. Selain itu, percampuran massa air ketika kondisi pasang juga diduga mempengaruhi tingkat kekeruhan di tujuh titik tersebut

Sedangkan nilai nitrat di seluruh titik pengambilan sampel melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.Nilai nitrat di sepuluh titik tersebut berada di atas nilai 0,008 mg/L.

Dijelaskan bahwa hampir separuh perairan di Pulau Lengkang Kecil tertutup sampah yang didominasi oleh sampah domestik, sehingga kandungan nitrat yang tinggi dapat berasal dari sampah-sampah tersebut.

“Kajian kualitas air laut ini diharapkan dapat memberikan gambaran awal mengenai kondisi kualitas air laut serta rencana pengelolaan sampah di Pulau Lengkang Kecil,” terang Gita.

Kondisi penurunan kualitas air laut ini menurut hasil risetnya disebabkan karena pengelolaan sampah yang kurang baik di Pulau Lengkang Kecil.

“Perlu ada perbaikan pengelolaan sampah yang lebih baik agar dapat meningkatkan kualitas air laut di pulau tersebut,” jelasnya.

Perbaikan mutu air baku yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki hal-hal berikut, pertama setiap rumah tangga harus memiliki minimal 2 tempat sampah (organik dan anorganik) sebagai bentuk proses pemilahan sampah di sumber.

Kedua, Penggunaan jaring di perairan sekitar pulau untuk mengumpulkan sampah yang berasal dari pulau lain. Ketiga, tempat sampah sebaiknya terbuat dari plastik, memiliki tutup, ringan, ekonomis, tidak mudah rusak, tahan air serta mudah dikosongkan dan dipindahkan.

Keempat, fasilitas untuk mengumpulkan sampah dapat berupa gerobak, becak dan sepeda motor tiga roda yang memiliki bagian untuk mengangkut sampah. Kelima, melakukan proses pengomposan untuk sampah organik dan daur ulang untuk sampah anorganik, dan keenam perahu motor dapat digunakan sebagai transportasi alternatif menuju TPA.

Abidin

Sholihul Abidin - SWARAKEPRI

Recent Posts

Kolaborasi, Tantangan dan Etika dalam Peliputan Isu Lingkungan

Webinar Jurnalisme Lingkungan oleh LindungiHutan telah digelar pada 4-5 September 2024. LindungiHutan telah menyelenggarakan webinar…

37 menit ago

Lewat Kolaborasi dengan DATAYOO, Eratani Terapkan Precision Farming Berbasis Satelit

Jakarta, 19 September 2024 – Eratani, startup agritech yang menyediakan solusi pertanian holistik, resmi menjalin…

1 jam ago

PT Dua Samudera Perkasa Sukses Selenggarakan Diklat Mooring Unmooring dengan Port Academy

PT Dua Samudera Perkasa dengan bangga menggelar Diklat Mooring Unmooring bersertifikasi BNSP bekerja sama dengan…

7 jam ago

Maxy Academy Hadirkan Pelatihan “Digital Marketing 101” untuk Persiapkan Ahli Pemasaran Digital Masa Depan

Maxy Academy mengumumkan pelatihan terbaru bertajuk "Digital Marketing 101: Sosial Media Marketing (Daring)", yang dirancang…

8 jam ago

Halo Robotics Sukses Gelar Drone Talks @ The Mulia, Dorong Inovasi Keamanan dengan Otomasi & AI

Halo Robotics dengan bangga mengumumkan kesuksesan acara Drone Talks @ The Mulia yang diselenggarakan pada…

13 jam ago

Jelang Keputusan The Fed: Bitcoin Melonjak Hampir USD $60.000 Lagi

Harga Bitcoin kembali mengalami koreksi dan turun di bawah USD $60 ribu, menjelang keputusan suku bunga…

14 jam ago

This website uses cookies.