“Kemungkinan melalui IPEF, macam-macam caranya. Tapi saya bisa kasih tahu pada Anda, Amerika melihat Indonesia sebagai mitra yang sangat baik sehingga pertemuan dengan pejabat-pejabat tinggi Amerika itu sangat fruitful. (Apakah kira-kira Amerika bersedia menjalin FTA Terbatas dengan kita ketika tahu bahwa sasaran utama kita hanya supaya mendapat tax credit di IRA Pak?) Bukan kita saja yang rugi jika perjanjian ini tidak terwujud, Amerika juga rugi karena berarti insentif pada pabrik kendaraan listrik juga jadi tinggi. Padahal kalau Amerika impor dari Indonesia, maka cost-nya akan turun. Amerika jadi bisa menghemat beberapa miliar dolar,” jelas Luhut.
Beberapa sumber yang berbicara dengan syarat anonim karena tidak berhak bicara pada pers terkait hal ini mengatakan idealnya Indonesia menjalin perjanjian perdagangan bebas terbatas dengan Amerika secara “bilateral,” sebagaimana yang dilakukan Jepang dan mulai berlaku 1 Januari 2020 lalu.
Tetapi perjanjian semacam itu berpotensi menghadapi kendala di tingkat domestik karena melibatkan banyak institusi, antara lain Departemen Keuangan, Departemen Perdagangan, Perwakilan Dagang AS (USTR) dan lainnya. Oleh karena itu besar kemungkinan Indonesia akan mewujudkannya lewat mekanisme IPEF, yang akan melangsungkan pertemuan di Singapura pada 8-15 Mei mendatang.
IPEF Rangkul 14 Negara Asia yang Mewakili 40% PDB Global
Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik untuk Kemakmuran atau Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF) adalah forum kerjasama perdagangan baru antara Amerika dan negara-negara di Asia. Pemerintahan Biden menggagas hal ini setelah menghadapi dilema dalam menjalin hubungan perdagangan dengan mitra-mitranya di Asia setelah pendahulunya menarik Amerika keluar dari Kemitraan Trans Pasifik atau Trans Pacific Partnership (TPP) pada tahun 2017.
Biden menawarkan gagasan IPEF ini ketika melawat ke Tokyo pada 23 Mei 2022. USTR lewat situsnya menyatakan kerangka kerja sama perdagangan Amerika dengan Australia, Brunei Darussalam, Fiji, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam ini “bertujuan memajukan ketahanan, keberlanjutan, inklusivitas, pertumbuhan ekonomi, keadilan dan daya saing ekonomi.”
Empat belas mitra IPEF itu mewakili 40 persen PDB global dan 28 persen perdagangan barang dan jasa di seluruh dunia.
Empat bidang besar yang tercakup dalam IPEF ini adalah perdagangan, rantai pasokan, energi bersih dan dekarbonisasi serta infrastruktur; dan pajak dan langkah-langkah anti-korupsi.
Kantor Perwakilan Dagang Amerika dan Departemen Perdagangan telah mengumumkan akan mengirim delegasi untuk mengikuti perundingan putaran ketiga IPEF di Singapura pada 8-15 Mei nanti. Delegasi antar-badan itu akan dipimpin Sarah Ellerman dan Sharon H. Yuan.
Perundingan putaran pertama telah dilangsungkan di Brisbane, Australia pada Desember 2022, disusul perundingan putaran ketiga di Bali pada 13-19 Maret lalu. Di antara kedua perundingan itu sempat diselenggarakan perundingan khusus di New Delhi, India pada bulan Februari. Mitra-mitra IPEF sepakat untuk melaksanakan perundingan yang agresif sebagaimana dijadwalkan sepanjang tahun 2023 ini.
Beberapa ekonom yang dihubungi VOA belum dapat memberikan komentar karena belum memiliki informasi lebih rinci tentang proposal yang diajukan Indonesia.
DPR Sudah Diberi Laporan tentang Proposal “FTA Terbatas” dengan Amerika
Diwawancarai terpisah, Ketua Komisi VI DPR Faisol Riza mengatakan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan telah menyampaikan rencana pengajuan proposal “FTA terbatas” dengan Amerika itu kepada DPR, meskipun “rinciannya masih akan disusulkan dalam rapat-rapat mendatang.” Ia menekankan beberapa poin yang sedianya dipertimbangkan ketika menjalin perjanjian apapun.
“Pertama, senantiasa mengedepankan kepentingan Indonesia dengan cara menurunkan bea masuk perdagangan, terutama pada beberapa produk tertentu; kedua, sedianya persyaratan yang ditetapkan tidak menyulitkan atau malah merugikan produk kita; dan terakhir perlunya melakukan penyesuaian khusus dengan kebutuhan masing-masing negara,” jelasnya.
Faisol Riza mengakui posisi Indonesia dalam proposal perjanjian perdagangan bebas terbatas terkait kendaraan listrik “masih sangat lemah.”
“Ini karena komponen batere di Indonesia, kalau pun ada tidak dalam kapasitas besar sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan pasar. Jadi perlu membuat catatan dalam perjanjian dagang ini agar dalam tenggat masa tertentu, tetap diberi kelonggaran bagi negara asal, seperti Amerika dan Jepang. Ini membutuhkan kejelian para pihak, terutama Indonesia, untuk tidak sepenuhnya membiarkan ruang kerja sama ini digunakan oleh Amerika semata. Tenggat waktu, pemenuhan komponen, kerja sama yang intensif guna memenuhi target produksi agar masing-masing pihak diuntungkan, mutlak diperlukan,” sebut Faisol.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto akan ikut menghadiri pertemuan dengan para pejabat senior Amerika di Detroit, Michigan, antara tanggal 14-26 Mei mendatang. Belum diperoleh konfirmasi apakah isu “FTA terbatas” akan ikut menjadi topik pembahasan nanti./VOA
Page: 1 2
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencatatkan kenaikan tipis sebesar 14 sen, atau 0,2%,…
Musik telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, dan dengan kemajuan teknologi, mendengarkan musik semakin…
BATAM - Kepala Badan Pengusahaan Batam (BP Batam), Muhammad Rudi menerima sekaligus mendengarkan paparan Laporan…
Jakarta, 19 November 2024 - Berdasarkan data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), pertumbuhan transaksi…
Indonesia Blockchain Week (IBW) 2024 sukses diselenggarakan pada 19 November 2024 di The Ritz-Carlton Pacific…
Jakarta, 20 November 2024 - BINUS UNIVERSITY, sebagai Perguruan Tinggi Indonesia berkelas dunia mengucapkan terima…
This website uses cookies.