Megaproyek Forest City Malaysia Terancam Mangkrak, Ini Alasannya

Zona Khusus

Banyak pembeli yang tidak tinggal di kota buatan tersebut, kata seorang petugas keamanan kepada AFP, dan malah menyembunyikan uang mereka.

Patung-patung model dari empat pulau buatan kota yang telah selesai dibangun – jauh dari keadaannya saat ini – ditempatkan di lobi ruang pamer penjualan untuk menarik calon pembeli dengan dipandu oleh rambu-rambu jalan berbahasa Mandarin, Melayu, dan Inggris.

Pemerintahan sebelumnya telah menentang izin tinggal bagi investor ekspatriat, dan mengkritik proyek tersebut karena dibangun hanya untuk orang asing.

Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim telah turun tangan untuk mencoba menyelamatkan Forest City yang terancam menjadi proyek mangkrak.

Pekan lalu, ia mengumumkan pembentukan “zona keuangan khusus” dan fasilitasnya termasuk tarif pajak penghasilan khusus dan visa masuk ganda.

Para pengamat mengatakan Forest City menghadapi perjuangan berat.

“Tekanan likuiditas dapat berdampak pada kemampuan mereka untuk menyelesaikan proyek perumahan di luar negeri,” kata Bernard Aw, kepala ekonom Asia-Pasifik di perusahaan asuransi kredit, Coface.

Kota Hantu

Berjarak tiga jam berkendara dari Ibu Kota Kuala Lumpur, kota ini menarik pengunjung yang ingin melihat sekilas Menara Petronas atau membeli alkohol bebas bea.

“Semua orang datang ke sini untuk minum minuman beralkohol,” kata teknisi yang berbasis di Singapura, Denish Raj Ravindaran, 32 tahun.

“Saya tidak akan tinggal di sini, ini adalah kota hantu. Jalannya gelap dan berbahaya serta tidak ada lampu jalan.”

Sebagian besar aktivitasnya adalah pekerja asing – banyak dari Nepal atau Bangladesh – yang memelihara semak-semak kota, menyapu jalan, atau menjaga menaranya.

Pantai pasir buatan yang dipenuhi kaleng bir tempat keluarga berpiknik di bawah pohon kelapa juga memiliki tanda peringatan bagi calon perenang tentang buaya.

Di salah satu menara setinggi 45 lantai, seorang pejabat mengatakan hanya dua lantai yang ditempati sementara sisanya dijual.

Country Garden saat ini tengah berjuang untuk bertahan hidup dan kemungkinan diperlukan upaya keras, baik dari Beijing maupun Kuala Lumpur, untuk menghidupkan kembali Forest City.

“Saya datang ke sini untuk berlibur setelah melihat video TikTok,” kata petugas ritel Nursziwah Zamri, 30 tahun, dari negara bagian Malaka.

“Jika Anda bertanya kepada saya apakah saya akan tinggal di sini, jawabannya adalah tidak,” tukasnya./VOA

Page: 1 2

Redaksi - SWARAKEPRI

Recent Posts

Cendrawasih Baking Fest Bagikan Tren Bisnis Kuliner yang Makin Cuan di 2025

Industri kuliner di Indonesia terus berkembang dengan pesat. Cap Cendrawasih, perusahaan produsen bahan makanan asal…

3 hari ago

Sampoerna Berkomitmen Mendukung Pertumbuhan Ekonomi melalui Ekspansi Ekspor Produk Tembakau Inovatif

PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) melaksanakan pelepasan ekspor dan ekspansi produk tembakau inovatif bebas asap…

3 hari ago

Menghadapi Tantangan Pasca-Lebaran: Strategi Moladin untuk Pertumbuhan UMKM

Setelah periode puncak penjualan selama Ramadan dan Lebaran, banyak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)…

3 hari ago

Tips Menikmati Bubur Ayam Jakarta 46 dengan Topping Terbaik

Bubur Ayam Jakarta 46 tidak hanya lezat, tetapi juga bisa dinikmati dengan berbagai cara sesuai…

4 hari ago

WSBP Laksanakan Kewajiban Pembayaran CFADS Tahap 5 Sebesar Rp106,36 Miliar

Jakarta, 25 Maret 2025. PT Waskita Beton Precast Tbk (kode saham: WSBP) telah melaksanakan pembayaran…

4 hari ago

Tamil Festival Indonesia 2025 Hadir di Medan: Konser Musik Tamil Terbesar di Indonesia

PT Gauri Sinergi Semesta dengan bangga mempersembahkan Tamil Festival Indonesia 2025, sebuah konser musik Tamil…

4 hari ago

This website uses cookies.