Categories: DUNIA

Mengapa Tiongkok Berkomitmen Membantu Negara yang Membutuhkan?

BEIJING – Enam puluh tahun lalu, Tiongkok menugaskan rombongan pertama tim medis ke Aljazair pada 1963. Sejak itu, lebih dari 30.000 petugas medis asal Tiongkok bertugas di 76 negara dan wilayah, serta menyediakan bantuan medis bagi 290 juta orang, menurut keterangan seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok.

“Penyaluran bantuan medis ke negara lain merupakan unsur penting dari bantuan luar negeri Tiongkok,” kata Wang Wenbin dalam sebuah acara jumpa pers rutin pada 19 April lalu. Dia juga menambahkan, “Hal ini sangat mencerminkan komitmen Tiongkok dalam membangun komunitas kesehatan global bagi semua orang.”

Sebagai contoh, ketika pandemi Covid-19 terjadi, Wang berkata, “Tiongkok mengirim 37 tim pakar ke 34 negara, serta membagikan lebih dari 2,2 miliar dosis vaksin Covid-19 kepada lebih dari 120 negara dan lembaga internasional.”

Selama enam dekade terakhir, Tiongkok telah menganggap bantuan medis sebagai wujud persahabatan dan sikap saling menolong, seperti disampaikan Wang.

Bantuan luar negeri

Bantuan medis merupakan salah satu bentuk bantuan Tiongkok untuk negara lain sejak 1950-an. Maka, pemimpin Tiongkok terus membantu negara berkembang lain untuk meningkatkan kehidupan warga dan mencapai pembangunan.

Bentuk lain dari bantuan luar negeri yang disalurkan Tiongkok meliputi bantuan finansial dan pangan, serta proyek kerja sama di negara-negara asing, khususnya negara berkembang.

Pada 2013-2018, Tiongkok mengalokasikan RMB 270,2 miliar (sekitar $39 miliar) untuk bantuan luar negeri, dan 47,3% di antaranya terdiri atas hibah, menurut sebuah laporan resmi berjudul “China’s International Development Cooperation in the New Era” yang diterbitkan Dinas Informasi Dewan Negara Tiongkok pada 10 Januari 2021.

Laporan resmi ini juga mengungkap, Tiongkok telah menyalurkan bantuan pangan darurat kepada lebih dari 50 negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Bantuan ini bermanfaat bagi puluhan juta orang.

Seperti pepatah kuno, “Berilah kail, bukan ikannya”, Tiongkok tak hanya memberikan bantuan moneter, namun juga menggarap proyek kerja sama agar negara penerima bantuan mampu membangun perekonomian.

Belt and Road Initiative (BRI) dan South-South Cooperation Assistance Fund (SSCAF) juga menjadi contoh kerja sama Tiongkok dengan negara lain, khususnya bantuan teknis dan infrastruktur untuk negara-negara berkembang demi merealisasikan pembangunan dan kesejahteraan bersama.

Untuk SSCAF, menurut laporan resmi ini, pada akhir 2019, Tiongkok telah bekerja sama dengan 14 lembaga internasional untuk menggarap 82 proyek di sejumlah bidang, termasuk pembangunan sektor pertanian, pengentasan kemiskinan, serta bantuan perdagangan.

Zigani Saturnin, (L) a student from Burkina Faso, checks crop growth in the field at an agricultural experimental base in Quzhou County, north China’s Hebei Province, July 23, 2020. /Xinhua

Berbagi semangat dan saling mendukung

Tahun ini menjadi momen 10 tahun BRI. “BRI telah menarik investasi hampir $1 triliun, serta melibatkan lebih dari 3.000 proyek kerja sama pada dekade terakhir,” ujar Menteri Dalam dan Luar Negeri Tiongkok Qin Gang dalam sebuah acara jumpa pers pada 7 Maret lalu. Dia juga menambahkan, inisiatif ini telah “membuka 420.000 lapangan pekerjaan di wilayah setempat, serta membantu hampir 40 juta orang keluar dari garis kemiskinan”.

“Keunggulan BRI terletak pada semangat yang melatarbelakanginya, yakni Tiongkok ingin membagikan kesuksesannya dengan negara berkembang,” kata Ahsan Iqbal Chaudhary, Menteri Perencanaan Pembangunan & Inisiatif Khusus Pakistan, ketika menghadiri ajang tahunan Boao Forum for Asia pada akhir Maret lalu.

Menurut penjelasan Luo Zhaohui, Director, China International Development Cooperation Agency (CIDCA), kepada reporter, di Sidang Dua Sesi tahun ini, bantuan Tiongkok bertujuan untuk menolong negara sahabat. Sebagai salah satu contohnya, Tiongkok termasuk negara pertama yang membantu Türkiye dan Suriah setelah gempa bumi merenggut banyak jiwa pada Februari lalu.

Mencatat bahwa rakyat Tiongkok dan rakyat di negara lain memiliki nasib yang sama, Xu Wei, Juru Bicara CIDCA, berkata, negara berkembang terbesar di dunia ini telah membantu negara berkembang lain dalam kerangka kerja sama Selatan-Selatan.

Di jumpa pers rutin pada 10 April lalu, Juru Bicara Menteri Luar Negeri Tiongkok mengatakan, Tiongkok selalu berkomitmen membantu pembangunan ekonomi dan sosial negara berkembang, termasuk negara-negara Afrika./CGTN

Redaksi - SWARAKEPRI

Recent Posts

Jadi Generasi AI: BINUS University Dorong Kolaborasi Teknologi AI dan Kreativitas bersama Microsoft di Era Digital untuk Bandung dan Jawa Barat

Bandung, 24 April 2025 – Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari…

2 jam ago

Dukung Aksi Konservasi, Brand Kini Bisa Pilih Skema CSR Bersama LindungiHutan

Semarang, 8 Mei 2025 — Di tengah meningkatnya tekanan lingkungan dan ekspektasi konsumen terhadap keberlanjutan, brand…

3 jam ago

Tepat Waktu dan Terjangkau: OTP Keberangkatan KAI Capai 99,38%, Kedatangan 95,96% hingga April 2025

PT Kereta Api Indonesia (Persero) terus menunjukkan kinerja operasional yang andal dan konsisten dalam mendukung…

3 jam ago

Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Green Skilling 18 Bahas Peran Sertifikasi PEFC/IFCC

Semarang, 13 Mei 2025 — Menjawab tren gaya hidup ramah lingkungan dan kesadaran konsumen akan…

4 jam ago

Banjir Orderan di Era Digital: Cekat.AI dan MOC Gelar Kopdar Offline Eksklusif Strategi Jualan Cerdas Bareng AI ala Cekat.AI x Meta

Event “Strategi Maksimalkan Omzet dan Banjir Orderan dengan Dukungan AI” yang digagas oleh Cekat AI…

6 jam ago

Tarif Maksimal Hanya Rp10.000, LRT Jabodebek Siap Layani Mobilitas Selama Libur Panjang Waisak

Bekasi, 9 Mei 2025 - Menyambut momen libur panjang akhir pekan dalam rangka Hari Raya…

7 jam ago

This website uses cookies.