Categories: NASIONAL

PETA Ungkap Kekejaman di Industri Paha Kodok

JAKARTA – Sebuah video investigasi baru yang dirilis PETA hari ini mengungkap kekejaman tak terkendali di industri daging kodok, di mana para pekerja menangkap kodok di habitat aslinya dan menjejalkan mereka ke dalam karung—banyak dari mereka perlahan mati kehabisan napas—memutilasi, dan menguliti kodok-kodok yang masih hidup.

Indonesia adalah eksportir paha kodok terbesar di dunia, dengan ratusan juta kodok didistribusikan ke kawasan Uni Eropa setiap tahunnya.

Penyidik PETA mengunjungi tujuh fasilitas operasional daging kodok dan menemukan kodok hidup dijejalkan dalam karung, terkadang sampai dua hari lamanya.

Seorang pekerja yang sedang menyortir kodok tangkapan membanting kodok-kodok hidup ke lantai, yang ia akui untuk menghemat waktu memisahkan kodok hidup dan mati.

Pekerja lainnya membacok kaki dan kepala kodok dengan pisau—beberapa dilakukan berkali-kali, sementara kodok lainnya dengan kepala yang tidak putus sempurna dikuliti. Penyidik juga merekam mulut kodok yang masih terus membuka dan menutup setelah dipenggal, dan tubuh-tubuh tanpa kepala yang masih berlompatan bermenit-menit setelahnya.

Senin, 11 Desember, perwakilan PETA dengan berbekal poster akan mengirimkan aduan formal kepada Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang sebelumnya telah dikirim melalui surel.

“Mulai dari kodok hidup yang berlompatan dalam karung-karung terikat, hingga pekerja yang membacok kepala kodok di talenan bersimbah darah, industri daging kodok adalah mimpi buruk di kehidupan nyata,” ujar Senior Vice President PETA, Jason Baker.

“PETA mendesak otoritas lokal untuk menghentikan kekejaman mengerikan ini dan mengimbau semua orang menghindarkan kodok dari penderitaan dengan hidup vegan.”

Kedua spesies kodok yang ditangkap oleh para pekerja—kodok sawah dan kodok batu—tengah mengalami penurunan populasi. Meskipun kodok batu tidak diizinkan ditangkap di alam, PETA menunjukkan bahwa pemasok Indonesia sengaja memalsukan label spesies dan mengekspornya.

Menurut Eurostat, Uni Eropa mengimpor lebih dari 35 ribu ton paha kodok dalam rentang 2010 hingga 2022, atau setara dengan 703 juta sampai 1.7 miliar individu kodok./PETA

Redaksi - SWARAKEPRI

Recent Posts

Kerugian Negara Kasus Korupsi Revitalisasi Pelabuhan Batu Ampar Masih Dihitung

BATAM - Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirkrimsus) Polda Kepri, Kombes Silvestre Simamora mengatakan kerugian negara…

2 hari ago

PT. RBM Bangun Gedung Fakultas Kedokteran PTN Pertama di Kepri

KEPRI - PT. Rancang Bangun Mandiri (PT. RBM) resmi menjadi kontraktor pelaksana pembangunan Gedung Fakultas…

2 hari ago

WSBP Catatkan Pertumbuhan Pendapatan 31,58% Sepanjang 2024

Jakarta, Maret 2025. PT Waskita Beton Precast Tbk (kode saham: WSBP) berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan…

2 hari ago

Model Bersertifikasi Kolaborasi Hisense × Devialet Dirilis, Mengawali Era Baru Efek Suara Imersif

Setelah kolaborasi antara Hisense dan merek audio kelas atas Devialet, model-model bersertifikat dirilis satu demi…

2 hari ago

Cendrawasih Baking Fest Bagikan Tren Bisnis Kuliner yang Makin Cuan di 2025

Industri kuliner di Indonesia terus berkembang dengan pesat. Cap Cendrawasih, perusahaan produsen bahan makanan asal…

2 hari ago

Sampoerna Berkomitmen Mendukung Pertumbuhan Ekonomi melalui Ekspansi Ekspor Produk Tembakau Inovatif

PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) melaksanakan pelepasan ekspor dan ekspansi produk tembakau inovatif bebas asap…

2 hari ago

This website uses cookies.