BABEL – Awalnya, purun hanyalah rumput liar yang digunakan untuk tali pengikat. Namun tanaman asli Bangka Belitung ini, seiring berjalannya waktu dan melalui berbagai uji coba di tangan penduduk lokal, telah menjelma menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi dan ramah lingkungan.
Keberadaannya pun mulai dikenal dunia saat seorang pejabat Indonesia membawanya ke forum Sidang Umum PBB di New York belum lama ini.
Pekerja pekerja membawa purun, sejenis rumput liar yang banyak ditemukan di daerah Bangka Belitung, dari sebuah ladang pinggir jalan, foto diambil pada 15 Agustus 2022. Purun ini akan diproduksi menjadi sedotan. [Roni Bayu/BenarNews]
Pekerja memanen purun yang sudah berumur tiga bulan di ladang yang sengaja digunakan untuk menanam tanaman gulma tersebut di pinggir jalan di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, Senin 15 Agustus 2022. Purun yang akan digunakan dipangkas – bukan dicabut – sehingga sisa tumbuhannya masih dapat tumbuh dan digunakan kembali. [Roni Bayu/BenarNews]
Dua orang pekerja membersihkan satu per satu purun yang sudah dibentuk menjadi sedotan di rumah produksi Purunea di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, Senin 15 Agustus 2022. Pada awal produksinya, Purunea mendapat sambutan baik dari pasar. Pemilik Purunea Eco Straw, Hartati (34) mengajak ibu-ibu yang tinggal di sekitar rumahnya untuk bekerja membuat sedotan ramah lingkungan itu. Dari tangan 13 pegawainya itu, tak kurang dari 10.000 batang sedotan diproduksi untuk dipasarkan ke dalam dan luar negeri. [Roni Bayu/BenarNews]
Pekerja membersihkan satu per satu purun yang sudah menjadi sedotan dengan cara digosok menggunakan sepon di rumah produksi Purunea di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, Senin 15 Agustus 2022. Untuk menjaga kebersihannya, purun digosok dan disikat satu per satu, kemudian direbus, dijemur, dikeringkan menggunakan oven, dan terakhir disinari dengan sinar ultraviolet. [Roni Bayu/BenarNews]
Pekerja membersihkan satu per satu isi dalam purun yang sudah dipotong menjadi sedotan di rumah produksi Purunea di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, Senin 15 Agustus 2022. Purun merupakan tumbuhan yang berbuku-buku di bagian dalamnya, seperti bambu sehingga pembersihannya dengan cara menggosok-gosok sampai bersih di dalamnya. Purun pun dinilai aman digunakan sebagai sedotan minuman. [Roni Bayu/BenarNews]
Pekerja mengeringkan purun yang sudah menjadi sedotan ke dalam oven di rumah produksi Purunea di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, Senin 15 Agustus 2022. Pengeringan menggunakan oven harus dilakukan agar kadar air purun berkurang sebelum dipastikan kekeringannya dengan disinari ultraviolet. [Roni Bayu/BenarNews]
Pemilik Purunea Eco Straw, Hartati (34) mengeringkan purun yang sudah dibentuk menjadi sedotan di bawah sinar ultraviolet di rumah produksi Purunea di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, Senin 15 Agustus 2022. Hartati mengaku, menyulap bahan baku alam sebagai sebuah produk bernilai ekonomi bukanlah hal mudah. Namun, Hartati tak patah arang, dia bersama suaminya terus melakukan pencarian agar purun benar-benar dapat digunakan dengan aman sebagai sedotan. Setelah satu tahun melakukan riset dan pengembangan, Hartati pun yakin untuk mulai memperkenalkan Purunea sebagai merek sedotan ramah lingkungan berbahan dasar tumbuhan pada 2019 hingga saat ini. [Roni Bayu/BenarNews]
Pemilik Purunea Eco Straw, Hartati (34) mengumpulkan purun yang sudah menjadi sedotan dan mengering ke dalam keranjang sebelumnya dikemas di rumah produksi Purunea di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, Senin 15 Agustus 2022. Pada awal produksi 2019, Hartati menggunakan modal seadanya, mulai dari kompor untuk merebus, hingga oven untuk mengeringkan. Ia bahkan membuat sendiri alat potong purun yang digunakannya. [Roni Bayu/BenarNews]
Pekerja memperlihatkan purun yang sudah menjadi sedotan di dalam sebuah kemasan sebelum dipasarkan di rumah produksi Purunea di Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, Senin 15 Agustus 2022. Untuk mendapat produk sedotan yang berkualitas, pemilik Purunea Eco Straw, Hartati (34), sangat memperhatikan proses produksi dari hulu hingga ke hilir, mulai dari pemilihan bahan baku hingga pengemasan yang menarik minat konsumen. Dalam satu kemasan berupa dus kotak tersedia sedotan 25 hingga 50 batang.
Sedotan ini sempat viral karena Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno memperkenalkan Purunea di forum Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat, belum lama ini. Pemilik Purunea Eco Straw, Hartati (34) mengaku, Menteri Sandiaga menunjukkan ketertarikannya terhadap Purunea sejak pertama kali melakukan kunjungan kerja ke Belitung. Saat itu, Sandiaga bahkan langsung memesan 100 kotak Purunea untuk dikirim ke Jakarta. Sejak saat itu, Hartati merasa mendapat dukungan penuh dari pemerintah. [Roni Bayu/BenarNews]