SUKABUMI – Berangkat dari misi mengurangi pencemaran lingkungan, Elsa Nopiyanti, mahasiswi Institut Pertanian Bogor sekaligus peraih beasiswa SCG Sharing the Dream 2022 (SCG Scholar), mengajak masyarakat Desa Kebonmanggu, Sukabumi, untuk memanfaatkan sampah organik rumah tangga menjadi medium budidaya maggot.
Proyek ini didukung dan dibina secara intensif oleh SCG melalui anak perusahaannya, PT Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi, dalam melaksanakan prinsip ESG 4 Plus yang menjadi landasan operasi perusahaan dan dalam menciptakan dampak berkelanjutan bagi lingkungan.
Hari Rabu (18/01), Elsa bersama SCG menggelar seremoni peresmian proyek yang dilanjutkan dengan pelatihan dan penyerahan kandang budidaya kepada masyarakat Desa Kebonmanggu.
Presiden Direktur PT Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi, Somchai Dumrongsil (tengah), Direktur HR PT SCG Indonesia (kiri), dan inisiator proyek BMK, Elsa Nopiyanti, menyerahkan bantuan instalasi proyek BMK kepada Ketua Unit Maggot Karang Taruna Karya Mandiri, Wahyudin dan Kepala Desa Kebonmanggu, Rasnita.
Chakkapong Yingwattanathaworn, Presiden Direktur PT SCG Indonesia, mengatakan, “SCG terus mendorong partisipasi anak muda sebagai problem solver bagi lingkungannya.
Proyek ini hadir sebagai pendekatan baru dalam meningkatkan kesadaran lingkungan masyarakat Sukabumi secara kolektif. Dan yang terpenting, menjadi estafet kompetensi dan kolaborasi antargenerasi muda yang diwakili oleh SCG Scholars dan Karang Taruna Desa Kebonmanggu,” ujar Chakkapong.
Somchai Dumrongsil, Presiden Direktur PT Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi, mengatakan, “Proyek ini sangat baik karena menyasar aspek lingkungan dan ekonomi lokal sekaligus. Masyarakat dapat memiliki solusi alternatif untuk mengelola sampah, dan di sisi lain, menumbuhkan kewirausahaan dengan menjual hasil panen maggot.”
“Kami juga mendukung penuh target distribusi maggot sebagai pakan ternak ke warga sekitar kandang budidaya maupun aksi pemberian pupuk organik untuk kebun yang dikelola warga setempat,” ujar Somchai.
Penggunaan alat-alat sederhana, pembuatan yang mudah, waktu produksi yang relatif singkat, serta biaya produksi yang terjangkau menjadi keunggulan budidaya maggot.
Sebagai organisme pengurai, maggot juga telah teruji mengandung protein tinggi yang dibutuhkan hewan ternak, khususnya ikan dan unggas, serta aman digunakan karena tidak menularkan bakteri, penyakit, dan kuman bagi manusia.
Elsa bersama timnya yang terdiri dari sesama SCG Scholars bertanggung jawab dalam proses persiapan, sosialisasi, dan pendampingan kepada masyarakat.
Guna memberikan pelatihan secara optimal, SCG Scholars juga menggandeng IncubiFarm, inkubator bisnis di bidang pertanian, perikanan, peternakan, dan pemberdayaan masyarakat yang sudah berpengalaman dalam budidaya maggot secara profesional.
Page: 1 2
Bitcoin (BTC) kembali menjadi sorotan utama di pasar aset digital setelah seorang ekonom, Timothy Peterson, merilis…
Platform perdagangan aset kripto No. 1 di Indonesia, Tokocrypto, resmi membuka perdagangan token Aster (ASTER)…
BRI KCP Pasar Tanah Abang kini hadir lebih dekat dengan nasabah melalui layanan Weekend Banking.…
Jakarta, 8 Oktober 2025 - PT BRI Multifinance Indonesia (“BRI Finance”), anak usaha BRI Group…
Dalam semangat mempererat sinergi dan membangun kebersamaan lintas lembaga, BRI Region 6/Jakarta 1 menggelar pertandingan…
Harga emas (XAUUSD) bertahan di atas $4.000. Pahami analisis dari HSB Investasi mengenai faktor yang…
This website uses cookies.