Categories: KESEHATAN

Sejarah Rempah-rempah, Ternyata Bukan untuk Masakan

JAKARTA – Pada mulanya rempah bukan untuk kuliner, melainkan bahan untuk pengobatan atau penyembuhan, simbol kekayaan, prestise dan penuh kesakralan. Sejarawan Universitas Padjajaran Fadly Rahman menjelaskan ihwal rempah ketika dilansir dari Tempo.co, Selasa (19/5/2020).

Beberapa rempah diburu oleh masyarakat di Jazirah Arab, Afrika, Eropa, India dan Cina antara lain seperti cengkeh, pala, kayu manis, lada, serta kamper atau barus. “Ini rempah yang paling banyak dipakai untuk kebutuhan masyarakat kuno,” ujar Fadly.

Dia menyebutkan seorang filsuf Theophrastus (372-287 Masehi) mengungkapkan rempah seperti lada lebih banyak digunakan tabib daripada juru masak. Rempah dipakai sebagai obat penyembuh, aromaterapi, cairan aromatik, ketimbang cita rasa makanan.

Fadly juga menyebutkan contoh di Cina pada masa Dinasti Han pada awal Masehi, cengkeh dikulum untuk menghasilkan sensasi harum sebelum bercakap dengan para pembesar atau raja. Di Eropa, abad pertengahan, rempah dipakai untuk mengawetkan daging dari kebusukan atau menutupi bau amisnya.

Rempah baru bertransformasi menjadi penyedap makanan pada abad 13-15 dengan kemunculan 75 persen rempah-rempah dalam resep-resep buku makanan. Dalam buku Forme of Curry (1390) kurang lebih 90 persen masakan mengandung rempah. Sedangkan di Prancis dari buku Le Viander tulisan juru masak istana Taillevent, disebutkan masakan mengandung setidaknya 20 jenis rempah.

“Ada anggapan rempah-rempah ini mampu mentransformasi cita rasa makanan di masa pertengahan yang di abad sebelumnya suram, tidak ada selera,” ujar Fadly Rahman yang juga penulis buku Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia, ini. Sejak itu, sekitar abad 14-15 maka muncul obsesi dari bangsa Eropa untuk melacak sendiri asal pulau rempah.

Sebelumnya bangsa di jazirah Arab, Afrika, Cina India sudah terlebih dulu melacak asal pulau rempah-rempah. Sehingga pada masa itu sudah mulai terjadi persaingan untuk mencari asal muasal pulau rempah.

Fadly Rahman menyebutkan, dari catatan Marco Polo tertulis bahwa tanah Jawa kaya dengan rempah seperti lada, pala, kemukus, laos, cengkih. Saat itu Marco Polo tidak mengetahui Jawa adalah pelabuhan saja. Nantinya baru diketahui bahwa wilayah timur seperti Maluku yang menjadi pusat asal rempah.

Adapun dari catatan Tome Pires, pada abad 15, pedagang Melayu mengabarkan kepada pedagang Eropa termasuk Pires letak pulau rempah ada di wilayah timur seperti di Banda, Maluku. Artinya sudah mulai ada pelacakan sumber rempah dari orang Eropa.





Sumber: Tempo.co

Redaksi - SWARAKEPRI

Recent Posts

Maxy Academy Hadirkan Pelatihan “Digital Marketing 101” untuk Persiapkan Ahli Pemasaran Digital Masa Depan

Maxy Academy mengumumkan pelatihan terbaru bertajuk "Digital Marketing 101: Sosial Media Marketing (Daring)", yang dirancang…

1 jam ago

Halo Robotics Sukses Gelar Drone Talks @ The Mulia, Dorong Inovasi Keamanan dengan Otomasi & AI

Halo Robotics dengan bangga mengumumkan kesuksesan acara Drone Talks @ The Mulia yang diselenggarakan pada…

6 jam ago

Jelang Keputusan The Fed: Bitcoin Melonjak Hampir USD $60.000 Lagi

Harga Bitcoin kembali mengalami koreksi dan turun di bawah USD $60 ribu, menjelang keputusan suku bunga…

7 jam ago

BARDI Smart Home: Dari Garasi ke 4 Juta Pengguna – Apa Rahasianya?

Ketika banyak perusahaan lokal berjuang untuk bertahan hidup di tengah krisis pandemi, BARDI Smart Home…

8 jam ago

Elnusa Petrofin Kembali Gelar Program CSR ASIAP untuk Kurangi Sampah Laut di Desa Serangan, Bali

BALI - Permasalahan lingkungan akibat sampah plastik masih menjadi tantangan serius bagi kelestarian ekosistem laut…

14 jam ago

Uji Kompetensi Bahasa Inggris, 32 Tim Peserta Ikuti Yos Sudarso Debating Championship 2024

BATAM - Yos Sudarso Debating Championship 2024 mulai digelar hari ini, Sabtu (21/09/2024). Kepala Sekolah…

14 jam ago

This website uses cookies.