JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan mengatakan bahwa untuk menangkal faham-faham radikal masyarakat harus mengembangkan kemampuan kritis.
“Pikiran-pikiran yang menyimpang tentu dihadapi dengan kemampuan kritis. Kalau mempunyai kemampuan kritis ketika ada pemikiran yang tidak masuk akal apapun itu mental langsung,” ujar Anies seperti dilansir antaranews.com, Sabtu(6/2/2016) di Jakarta.
Dia menegaskan bahwa tidak benar jika ada pemikiran bahwa pondok pesantren sebagai lahan subur radikalisme.
Hal senada dikatakan pakar pendidikan Fasli Jalal bahwa cara lembaga pendidikan Islam untuk membentengi diri agar tidak masuk paham-paham radikal dengan perlu ada keterbukaan.
“Sebenarnya ini esensi psikologi manusia. Anak-anak ini apa lagi dimasa puber memang ingin mencoba sesuatu yang berbeda,” kata Fasli.
Jadi semakin anak terbuka menghadapi tantangan kehidupan maka semakin terbuka ia untuk menerima informasi dan mendiskusikan, maka akan semakin tahan anak tersebut terhadap pengaruh negatif.
“Kalau dia dicekoki dengan satu lini atau dogmantis lalu datang pengaruh baru yang atraktif yang sepertinya rasional dia langsung tunduk dan menjadi orang paling depan dan kalau perlu dia bawa bom di badannya,” ucapnya.
Sumber : antaranews.com
Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) mengapresiasi langkah Grup MIND ID dalam membangun proyek ekosistem industri…
Palembang, 11 Juli 2025 - PT Kereta Api Indonesia (Persero) mulai tanggal 10 Juli 2025…
Dalam rangka memperkuat komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan, PT Hino Finance Indonesia berkolaborasi dengan LindungiHutan dalam…
PT BRI Manajemen Investasi (BRI-MI) kembali mencatatkan prestasi membanggakan di tingkat regional. Dalam ajang Alpha…
REA menjalankan program SHINES untuk mendukung lebih dari 600 petani swadaya di Kutai, Kalimantan Timur,…
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau ANTAM memperoleh apresiasi dari Indonesia Commodity & Derivatives Exchange…
This website uses cookies.