Beberapa waktu ini, banyak ditemukan anakan ular kobra di sejumlah daerah. Salah satunya di Kompleks Perumahan Citayam Village. Pada Jumat 13 Desember 2019, 15 anak ular kobra ditemukan.
Ternyata, musim penghujan seperti saat ini memang waktunya telur-telur ular menetas.
“Musim kawin ular itu pada musim kemarau. Jika ada anak ular, itu hasil netasan 3-4 bulan lalu. Musim hujan memang waktunya mereka menetas,” ujar Peneliti Herpetologi dari LIPI, Amir Hamidy, di Jakarta, Jumat lalu.
Seekor ular dapat bertelur 10-20 butir sekali waktu.
Menurut dia, usai kawin, induk ular akan bertelur dan meninggalkan sarangnya. Dia tidak seperti lebah yang ratu tawonnya berdiam di sarang.
Oleh karena itu, ketika menemukan anak ular, masyarakat tak perlu mencari induk ularnya.
“Cukup direlokasi saja ular yang ditemukan. Itupun dalam artian sudah menimbulkan konflik dengan warga,” tutur Amir.
Cara Cegah Ular Masuk Rumah
Menurut Amir, sebenarnya, ada cara mudah dan murah untuk mencegah ular masuk ke rumah. Apa saja itu?
Pertama, ular sangat sensitif dengan bebauan dan lingkungan sekitarnya. Dia memiliki sensor Jacobson dan lidah yang dapat mendeteksi partikel-partikel di lingkungan sekitar, termasuk bebauan.
Dia mengungkapkan, ada sebuah Kelompok Ilmiah Remaja yang membuat penelitian tentang hal ini. Para pelajar itu, mendekatkan bebauan ke ular yang dalam keadaan tenang.
Ada pengharum baju, kapur barus, dan sebuah tumbuhan yang berbau menyengat.
“Reaksi ular paling tinggi itu dengan kapur barus,” ujar Amir.
Namun dari penelitian selama ini, lanjut dia, ular sangat tidak suka dengan minyak tanah, bensin dan pembersih lantai yang tidak alami.
“Oleh karena itu, ketika rajin mengepel pakai pembersih lantai yang menyengat, ular tidak suka ke rumah kita,” kata Amir.
Kedua, ular sangat suka tempat lembab dan gelap. Tempat itu cocok untuk menetaskan telur dan bersembunyi.
Salah satu tempat lembab dan gelap yang disukai ular adalah di antara tumpukan barang. Baik di luar maupun dalam rumah.
“Jadi, hindari ada tumpukan barang di luar dan dalam rumah. Di bawah rontokan daun juga dia suka. Tapi bukan yang tergenang air ya, yang lembab,” tutur Amir.
Ketiga, salah satu alasan ular banyak belakangan ini adalah punahnya predator alami ular. Contohnya, elang.
Saat ini, ular ada di posisi tertinggi di rantai makanannya. Sementara itu, makanan ular betebaran.
“Tikus itu makanan ular kan? Dan tikus itu cari makannya di sampah-sampah. Jadi kalau habis masak, sampah langsung dibuang saja hari itu juga. Jangan dibesokin,” kata Amir.
Sumber: Liputan6.com
Webinar Jurnalisme Lingkungan oleh LindungiHutan telah digelar pada 4-5 September 2024. LindungiHutan telah menyelenggarakan webinar…
Jakarta, 19 September 2024 – Eratani, startup agritech yang menyediakan solusi pertanian holistik, resmi menjalin…
PT Dua Samudera Perkasa dengan bangga menggelar Diklat Mooring Unmooring bersertifikasi BNSP bekerja sama dengan…
Maxy Academy mengumumkan pelatihan terbaru bertajuk "Digital Marketing 101: Sosial Media Marketing (Daring)", yang dirancang…
Halo Robotics dengan bangga mengumumkan kesuksesan acara Drone Talks @ The Mulia yang diselenggarakan pada…
Harga Bitcoin kembali mengalami koreksi dan turun di bawah USD $60 ribu, menjelang keputusan suku bunga…
This website uses cookies.