Categories: PENDIDIKAN

Tumbuhkan Pendidikan Berkarakter, Hardi Hood : UN Harus Dihentikan

BATAM – Pendidikan berkarakter sejak usia dini sangat penting untuk mengasah Sumber Daya Manusia(SDM) Indonesia hingga mampu bersaing dalam kompetisi global saat ini.

Karakter yang bisa dibentuk sejak usia dini itu salah satunya adalah pendidikan budaya.

Akan tetapi, pendidikan yang ada di sekolah formal di Indonesia lebih banyak diukur dari keberhasilan siswa dalam Ujian Nasional sehingga cenderung tidak menanamkan karakter budaya dalam diri setiap siswa.

“Yang kelihatan hari ini pendidikan diukur dari keberhasilan UN, kita harus bisa membangun pendidikan PAUD sampai Kelas 3 SD dengan pendidikan moral dan kebudayaan, misalnya dengan mengajarkan berdoa dan mengenalkan Gurindam 12,” jelas Hardi Selamat Hood, anggota Komite III DPD RI saat mengisi Seminar Pendidikan Berkarakter di Aula Muhammadiyah Asean, Tembesi, Batam, Sabtu (25/2/2017).

Ia menjelaskan bahwa Provinsi Kepri memiliki kebudayaan Melayu yang layak untuk diperkenalkan hingga mancanegara. Masyarakat Melayu sendiri dikenal memiliki karakter budaya dalam bertutur kata seperti kepandaian merangkai pantun dan Gurindam 12.

Dalam rangka menanamkan karakter budaya secara lebih kuat, maka Hardi berpendapat UN harus dihapuskan.

“Keberhasilan siswa saat ini lebih banyak diukur dari UN, akan tetapi banyak kegagalan siswa di UN sehingga siswa menempuh segala cara untuk mendapatkan nilai terbaik,” jelas Hardi.

Ia mengharapkan UN dihentikan dan siswa diberikan kebebasan untuk menumbuhkan karakternya.

Dalam menumbuhkan pendidikan berkarakter tersebut memang tidak bisa dipisahkan dari etika.

Foto Bersama Peserta Seminar Pendidikan Berkarakter di Aula Muhammadiah ASEAN, Tembesi, Batam (foto : Siska)

Sri Wahyuni, salah seorang mahasiswa Politeknik Batam, membagikan pengalamannya secara langsung bagaimana banyak perusahaan asing lebih menilai etika seseorang dibandingkan pendidikannya.

“Saat ini masih banyak pelajar dan mahasiswa hanya memikirkan untuk mendapatkan gelar yang baik dan nilai yang tinggi. Padahal perusahaan luar lebih menilai dari etika, daripada menilai pendidikannya lebih baik menilai etikanya,” ungkap Sri saat mengikuti seminar.

Ia melihat bahwa di Indonesia dikenal memiliki etika yang baik sehingga pelajar dan mahasiswa perlu menanamkan etika yang baik sehingga memiliki karakter yang kuat ketika bersaing dalam dunia kerja.

 

Penulis  : Siska

Editor    : Rudiarjo Pangaribuan

Redaksi - SWARAKEPRI

Recent Posts

Nuriswan Tuding Mustaqim CS Dalang Penyebab Gugatan PTPN IV Terhadap KOPPSA-M

BATAM - Ketua Koperasi Produsen Petani Sawit Makmur (KOPPSA-M), Nuriswan menuding Mustaqim CS selaku pengurus…

43 menit ago

Gelar RAT di Pekanbaru, KOPPSA-M Hasilkan 7 Poin Keputusan

RIAU - Koperasi Produsen Petani Sawit Makmur (KOPSA-M) menggelar Rapat Anggota Tahunan(RAT) di Hotel Aryaduta…

2 jam ago

Implementasi Intraday Short Selling di BEI, Peluang dan Tantangan

JAKARTA - Short Selling merupakan transaksi penjualan Efek dengan kondisi Efek tersebut tidak dimiliki oleh…

1 hari ago

Patuhi Instruksi Megawati, Bupati Pelalawan Tak Ikut Retret di Magelang

RIAU - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri menginstruksikan agar seluruh kepala daerah dan wakil…

1 hari ago

Tanamkan Rasa Cinta Kasih kepada Siswa, Yayasan Kurnia Salam Beri Bantuan ke Panti Asuhan

RIAU - Taman Kanak-kanak dan PAUD Kurnia Salam Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar,…

1 hari ago

KAI Kembali Mengimbau Masyarakat Waspada Penipuan Berkedok Rekrutmen

PT Kereta Api Indonesia (Persero) kembali mengingatkan masyarakat untuk terus waspada terhadap segala bentuk penipuan…

1 hari ago

This website uses cookies.