Categories: TEKNOLOGI

Urgensi Literasi Digital untuk Tangkal “Nastyzen”

Warganet dinilai masih banyak yang belum memiliki literasi digital dalam menggunakan media sosial.

Literasi digital, jelas Lintang, menjadi kunci penting menyadarkan warganet dalam menggunakan media sosial. Ini mencakup bagaimana seseorang mengetahui dan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi yaitu internet secara positif.

“Adanya internet, media sosial itu tools, alat. Semua tergantung pada manusia yang menggunakannya, makna bisa berbeda. Mau digunakan untuk hal negatif ya akan buruk. Mau jadi positif ya akan lebih bermanfaat. Kenapa kita harus risau pada perkembangan teknologi ini. Ya gunakan ruang digital , media sosial kita untuk nilai lebih,” ujar Lintang.

Media sosial sebagai salah satu produk internet, jelas Lintang, pegiat medsos dari Japelidi Jawa Tengah ini, harus digunakan secara maksimal. Konten media sosial yang mengejar demi viral dengan melakukan cara berbahaya dan tidak etis masih menjadi sorotan.

Media sosial memiliki berbagai sudut pandang. Di satu sisi, menjadi sarana entertain atau hiburan. Sisi lain, sumber informasi dan pilar demokrasi serta bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomi.

Pakar Komunikasi: Media Sosial Bukan Media Privasi

Pakar komunikasi dari Universitas Padjajaran, Profesor Eni Maryani, mengatakan masyarakat Indonesia masih belum dapat memilah penggunaan media sosial sebagai ruang publik atau privasi, sehingga etika dalam bermedia sosial pun rendah. Ia menganjurkan untuk tidak menggunakan media sosial saat kondisi personal masih emosional.

Pakar Ilmu Komunikasi dari UNPAD, Profesor Eni Maryani (foto: Yudha Satriawan/VOA)

“Kalau di dalam kehidupan nyata kan kita tahu ngomong dengan siapa, sahabat, pakai bahasa ini, dengan orang lain, ya pakai bahasa lain lagi. Kita sudah banyak belajar, banyak tahu. Beda dengan di dunia digital, medsos. Kita lagi komentar di akun teman, ribut & berantem, maka semua pemilik akun yang bergabung di akun yang bersangkutan akan tahu. Ini soal etika di media sosial, orang sering lupa. Etika medis sosial, kalau pribadi ya japri saja yabg bersangkutan. Jangan di media sosial. Kalau lagi marah, nggak sadar, emosional, jangan main bermedia sosial dulu,” jelas Eni.

Etika dalam bermedia sosial saat ini kerap menjadi rujukan instansi dalam perekrutan pegawai. Tim HRD, tegas Eni, kini melacak akun media sosial untuk mengetahui rekam jejak pegawai yang sedang melamar ke perusahaan mereka.

Page: 1 2 3

Redaksi - SWARAKEPRI

Recent Posts

JackOne Band BRI Region 6/Jakarta 1 Raih Juara 3 dalam Band Competition Jakarta Economic Forum 2025

Prestasi membanggakan kembali diraih oleh insan BRIlian. JackOne Band, grup musik yang beranggotakan pekerja dari…

4 jam ago

Touzen Alias Ajun Dituntut 18 Tahun Penjara di Kasus Mini Lab Narkoba

BATAM - Touzen alias Ajun dituntut 18 Tahun penjara dan denda Rp3 Miliar pada kasus…

4 jam ago

BRI Branch Office Gunung Sahari Jakarta Jalin Kerja Sama Strategis dengan PT HIT International

Sebagai bentuk komitmen dalam memperkuat hubungan kemitraan dengan dunia usaha dan memperluas layanan keuangan bagi…

7 jam ago

KIK EBA Syariah BRI-MI JLB1 Jadi Tonggak Baru Investasi Syariah di Pasar Modal

JAKARTA - Perdana di Indonesia, produk Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset Syariah (KIK EBA…

8 jam ago

BRI Region 6/Jakarta 1 Dukung Program Pemerintah Melalui Partisipasi dalam ASN Expo 2025

Jakarta, 13–14 November 2025 – BRI Region 6/Jakarta 1 turut berpartisipasi dalam gelaran ASN Expo…

10 jam ago

Mendorong UMKM Rental Motor Go Digital bersama YourBestie

Rental motor kini menjadi salah satu sektor transportasi yang tidak kalah penting dibandingkan rental mobil…

11 jam ago

This website uses cookies.