VOA – Persaingan dengan China, dampak perang Rusia di Ukraina dan alotnya negosiasi Pemerintah Joe Biden dan Kongres mengenai plafon utang AS menggiring status dolar yang merupakan mata uang dominan dunia di bawah pengawasan baru.
Sanksi beragam yang dikenakan pada Rusia dalam sistem keuangan global pada tahun lalu juga memicu spekulasi bahwa sekutu non-AS akan melakukan diversifikasi mata uang dolar dalam pembayaran transaksinya.
Di bawah ini adalah beberapa argumen mengapa de-dolarisasi akan terjadi – atau mungkin mengapa tidak.
Status Cadangan
Pangsa pasar dolar dari cadangan devisa resmi turun ke level terendah dalam 20 tahun dengan mencapai 58 persen pada kuartal keempat tahun 2022, menurut data Dana Moneter Internasional.
Stephen Jen, CEO Eurizon SLJ Capital Limited, mengatakan pergeseran itu lebih terasa jika disesuaikan dengan nilai tukar.
“Apa yang terjadi pada 2022 adalah anjloknya pangsa dolar secara nyata,” kata Jen. Ia berpendapat bahwa hal itu terjadi sebagai reaksi terhadap pembekuan setengah dari cadangan emas dan pasar valuta asing Rusia senilai $640 miliar setelah invasi 2022 ke Ukraina. Hal tersebut memicu negara-negara seperti Arab Saudi, China, India, dan Turki untuk melakukan diversifikasi ke mata uang lain.
Pangsa dolar dari cadangan devisa sejumlah bank sentral pada kuartal terakhir 2022 memang mencapai level terendah dalam dua dekade. Namun pergerakannya bertahap dan sekarang berada pada level yang hampir sama dengan 1995.
Bank sentral menempatkan dana dalam dolar jika mereka perlu menopang nilai tukar selama krisis ekonomi. Jika mata uang melemah terlalu jauh terhadap dolar, minyak dan komoditas lain yang diperdagangkan dalam mata uang AS menjadi mahal, meningkatkan biaya hidup dan memicu inflasi.
Banyak mata uang, dari dolar Hong Kong hingga balboa Panama, dipatok terhadap dolar karena alasan serupa.
Mengurangi Cengkraman dalam Komoditas
Status dolar yang kuat telah dikunci sebagai mata uang yang digunakan dalam perdagangan komoditas selama ini. Hal tersebut memungkinkan Washington untuk menghalangi akses pasar bagi negara-negara produsen dari Rusia hingga Venezuela dan Iran.
Namun, perdagangan bergeser. India membeli minyak Rusia dalam mata uang dirham Uni Emirat Arab dan juga rubel. China beralih ke yuan untuk membeli minyak, batu bara, dan logam Rusia senilai $88 miliar. Perusahaan minyak nasional China CNOOC dan TotalEnergies Prancis menyelesaikan perdagangan LNG pertama mereka yang diselesaikan dengan yuan pada Maret.
Page: 1 2
Layanan SIP Trunk adalah layanan telepon yang dilakukan melalui jaringan internet, layanan SIP Trunk menjadi…
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencatatkan kenaikan tipis sebesar 14 sen, atau 0,2%,…
Musik telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, dan dengan kemajuan teknologi, mendengarkan musik semakin…
BATAM - Kepala Badan Pengusahaan Batam (BP Batam), Muhammad Rudi menerima sekaligus mendengarkan paparan Laporan…
Jakarta, 19 November 2024 - Berdasarkan data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), pertumbuhan transaksi…
Indonesia Blockchain Week (IBW) 2024 sukses diselenggarakan pada 19 November 2024 di The Ritz-Carlton Pacific…
This website uses cookies.