Categories: INVESTIGASI

Aktifitas “Gelap” Pelabuhan Rakyat Telaga Punggur Batam

BATAM – Kesibukan pelabuhan rakyat Telaga Punggur, Kecamatan Nongsa, Kota Batam, baru dimulai saat langit telah gelap. Satu persatu warganya ke luar rumah. Mereka berpencar dengan pola yang terkoordinir. Membentuk koloni-koloni kecil lalu tanpa bersuara seperti mengendap menuju dermaga.

Swarakepri pada Sabtu (4/3/2020) dini hari lalu hadir di lokasi bersama Jack, bukan nama asli, untuk menelusuri sejumlah dermaga penghubung antar pulau sebagai tempat keluar masuk barang-barang yang diduga tidak memiliki dokumen kepabeanan.

Sedikitnya ada enam titik pelabuhan rakyat dapat terpantau di sana dengan geliatnya yang mencurigakan. Bahkan di salah satu pelabuhannya terlihat buru-buru melakukan bongkar muat barang.

Menurut Jack, di pelabuhan ini marak kegiatan tipu-tipu alias ilegal seputar lintas barang. Bentuk pelabuhan tersebut bukan seperti pelabuhan pada umumnya. Di sana bersandar kapal-kapal sederhana yang dapat langsung masuk ke muara.

“Mereka kalau main selalu jam malam. Muatannya barang “gawat” semua,” kata Jack.

“Mulai dari rokok tanpa cukai, minuman keras, sampai benih Lobster pun ada. Modus pengiriman disamarkan pakai sayur sama sembako,” lanjut dia sembari menunjuk sebuah kapal yang sedang membongkar muatannya.

Dari kejauhan tampak tumpukan karung, kotak kayu, dan buah semangka diangkut ke atas truk oleh para pekerja. Belum selesai bongkar, satu truk kembali datang dengan muatan yang ditutup terpal.

Aktifitas ini disinyalir telah berlangsung selama bertahun-tahun. Negara jelas dirugikan oleh aktifitas ini. Lokasinya pun cukup merisaukan karena tidak ada kontrol keluar masuk orang dan barang.

Pengiriman barang di pelabuhan ini dilakukan hampir setiap hari. Anehnya aktifitas maupun keberadaannya seolah tak terendus oleh petugas. Padahal ini bukan kabar baru. Bahkan telah melekat dan menjadi buah bibir di masyarakat. “Mungkin karena gelap tak kelihatan sama mereka (petugas),” kata Jack, nyengir.

Para “Pemain”

Para pengusaha atau yang biasa disebut “pemain” katanya cukup banyak. Diantaranya adalah dua perempuan berumur yang sudah lama malang melintang di bisnis ini. Mereka berperan langsung sebagai sosok yang mengkoordinir keseluruhan aktifitas malam ini.

“Tujuan pengiriman Tanjungpinang. Kalau ke daerah lain aku rasa pasti ada juga. Pemainnya rata-rata tinggal dekat sini semua. Begini ini kalau memang petugas serius ingin ditertibkan, menurutku kasus ini gampang sekali di lacak,” ungkap Jack lagi.

Jack mengingatkan, kalau setiap titik pelabuhan tersebut sangat berbahaya untuk di datangi secara langsung. Penjagaan ada di mana-mana. Beberapa titik bahkan menugaskan anjing-anjing pemburu menjaga portal.

Muatan barang-barang di antar ke dermaga oleh truk-truk Fuso dari berbagai perusahaan di Kota Batam. Pola permainan saling berkoordinasi terpadu. Para supir baru mau masuk ke lokasi setelah mendapat sinyal aman.

Sebelum ada sinyal aman, mereka para supir biasanya menunggu di sepanjang jalan lintas Punggur. Bila tak memungkinkan karena gelap sudah menjelang terang, para supir langsung balik arah.

“Di sini sudah bebas sekali. Kalau barang masuk ada dari Jawa, Medan, negara sebelah (Singapura dan Malaysia) juga ada. Kelengkapan mereka patut dipertanyakan. Udah kenyang itu semua para pemain pada kaya semua,” ungkap Jack sambil tertawa.

Pengawasan Petugas Lemah

Saya dan Jack masih di sana. Beberapa menit kemudian kami melihat satu unit mobil patroli dari Mapolsek Nongsa melintas pelan.

Berdasarkan pantauan di lapangan, tampak pengawasan dari petugas masih cukup lemah. Pantas kalau keseriusan pemerintah dan aparat dalam memberangus aktifitas ini layak dipertanyakan.

Lokasi ini bukan saja menjadi tempat keluar masuk barang-barang ilegal. Namun juga berlabuhnya para penumpang gelap dari berbagai negara. Apa tak makin beresiko dalam kondisi pandemi Corona seperti saat ini?

Pemantauan terhadap mobilitas orang dan barang harusnya menjadi prioritas dilakukan petugas. Sebab, tak ada yang berani menjamin kalau penumpang maupun barang di sana tidak terpapar virus. Terlebih pemantauan terhadap kondisi kesehatan penumpang hanya dilakukan di pelabuhan resmi.

Wilayah pantai timur pulau Batam di Kecamatan Nongsa ini memang menjadi jalur favorit perdagangan “gelap” dan tempat menurunkan penumpang oleh sejumlah kapal.

Pelabuhan-pelabuhan rakyat tersebar di banyak titik. Modusnya rata-rata kerja malam. Salah satu yang paling rawan berada di Kampung Tua Telaga Punggur.

Bea Cukai Klaim Rutin Patroli

Enam pelabuhan rakyat di Punggur ini sangat terkenal leluasa melakukan bongkar muat barang karena minimnya penindakan dan bahkan tanpa ada pemantauan dari petugas membuat kegiatan ilegal itu berlangsung tak tersentuh.

Langgengnya aktifitas penyelundupan-penyelundupan ini juga diduga karena adanya kongkalikong antara pelaku dengan oknum aparat penegak hukum yang mengawasi lalu lintas barang di sana.

Bea Cukai Batam mengklaim bahwa pihaknya rutin melakukan patroli di wilayah tersebut. Kepala Bidang (Kabid) Bimbingan Kepatuhan dan Layanan Informasi (BKLI) BC Batam, Sumarna, mengatakan pihaknya sudah berupaya melakukan pengawasan terhadap pelabuhan-pelabuhan tersebut. Petugas dinas rahasia (intelijen) juga sudah diturunkan. Mereka pun diwajibkan melapor setiap ada temuan di lapangan.

“Bea dan Cukai selalu melakukan pengawasan, baik intelijen maupun petugas langsung ke lapangan dan selalu melaporkan ke kantor induk,” kata Sumarna saat dihubungi, Sabtu (4/3/2020).

Dokumen Manifest Barang dan PPFTZ Diragukan

Ia mengatakan, selama ini dirinya mengetahui kalau petugasnya itu selalu aktif melakukan patroli. Selain itu dirinya juga selalu memastikan setiap prosedur di jalankan dengan benar.

Namun demikian, dirinya tidak dapat memastikan semua pelayaran di sana resmi dan telah melengkapi seperti dokumen Manifest barang bawaan dan Pemberitahuan Pabean Free Trade Zone (PPFTZ).

“Yang saya tahu petugas BC melakukan patroli dan memastikan prosedur di jalankan. Kalau case per casenya ya saya tidak bisa pastikan, karena saya tidak turun di lapangan,” ucapnya.

Di masyarakat, lokasi ini disebut-sebut sebagai pintu gerbang penghubung antar daerah, antar pulau, bahkan juga antar negara. Beberapa kapal yang bersandar datang dari berbagai wilayah di Indonesia seperti Kalimantan, Medan, Jambi, Jawa dan daerah lainnya.

Pada pagi hari pelabuhan rakyat di Kampung Tua Telaga Punggur aktifitasnya hanya sebagai pintu masuk buah-buahan. Geliatnya baru dimulai saat malam hari. Penyeludupan di duga disamarkan dengan modus pengiriman sembako dan sayuran.

(Elang)

Sholihul Abidin - SWARAKEPRI

Recent Posts

BARDI Smart Home: Dari Garasi ke 4 Juta Pengguna – Apa Rahasianya?

Ketika banyak perusahaan lokal berjuang untuk bertahan hidup di tengah krisis pandemi, BARDI Smart Home…

45 menit ago

Elnusa Petrofin Kembali Gelar Program CSR ASIAP untuk Kurangi Sampah Laut di Desa Serangan, Bali

BALI - Permasalahan lingkungan akibat sampah plastik masih menjadi tantangan serius bagi kelestarian ekosistem laut…

7 jam ago

Uji Kompetensi Bahasa Inggris, 32 Tim Peserta Ikuti Yos Sudarso Debating Championship 2024

BATAM - Yos Sudarso Debating Championship 2024 mulai digelar hari ini, Sabtu (21/09/2024). Kepala Sekolah…

7 jam ago

Gugatan HNSI Batam terhadap Kapal MT Arman 114 Diputus N.O

BATAM – Majelis Hakim Pengadilan Negeri Batam menjatuhkan putusan Niet Ontvankelijke Verklraad(N.O) atas gugatan Perbuatan…

8 jam ago

Inovasi Pengembangan Infrastruktur, BP Batam Dianugerahi Awarding tvOne

BATAM - Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) mendapatkan Penghargaan Inovasi Pengembangan Infrastruktur dalam Malam Penganugerahan…

8 jam ago

BRI-MI Raih Penghargaan sebagai The Most Popular Brand of the Year 2024

BRI Manajemen Investasi (BRI-MI) kembali menorehkan prestasi. Kali ini, BRI-MI diganjar penghargaan yang diberikan oleh…

11 jam ago

This website uses cookies.