Categories: ASEANDUNIA

Analis: Aturan di Laut China Selatan Sulit Selesai dalam Waktu Dekat

Indonesia secara resmi menyatakan bukan merupakan pihak yang memiliki permasalahan klaim wilayah di Laut China Selatan, namun demikian Jakarta terlibat dalam beberapa konflik dengan China terkait isu itu.

Terakhir, kapal penjaga pantai China terlihat berpatroli di sekitar kawasan energi lepas pantai Blok Tuna yang terletak di Laut Natuna Utara – yang terjadi beberapa pekan setelah pemerintah Indonesia menyetujui pengembangan fase pertama Blok Tuna, yang disebut China sebagai berada dalam wilayah “sembilan garis putus- putus” yang secara historis diklaim sebagai wilayah China.

Juru bicara kedutaan besar China di Jakarta waktu itu mengatakan kepada BenarNews bahwa kapal mereka berlayar “di wilayah laut yang menjadi yurisdiksi China berdasarkan hukum- nasional dan internasional.”

Pengadilan arbitrase Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2016 memutuskan bahwa klaim “sembilan garis putus-putus” sebagai tidak sah namun Beijing selama ini selalu menolak putusan tersebut, dan berkeras bahwa China mempunyai yurisdiksi di sana.

Sementara itu, China juga menuai protes saat kapal penjaga lautnya terpantau membuntuti sebuah kapal Angkatan Laut Filipina yang berlayar dalam zona ZEE Filipina saat kunjungan Menteri Pertahanan AS ke Filipina.

ASEAN dalam pernyataan juga menyerukan negara anggota untuk menghindari tindakan yang bisa memperumit masalah dan menahan diri dari perselisihan yang justru mempengaruhi stabilitas dan mengupayakan penyelesaian konflik sesuai hukum internasional termasuk UNCLOS 1982.

“Kami menekankan pentingnya non-militerisasi dan pengendalian diri dalam melakukan semua aktivitas oleh penggugat dan semua negara lain, termasuk yang disebutkan dalam DOC, yang dapat semakin memperumit situasi dan meningkatkan ketegangan di Laut China Selatan,” demikian pernyataan itu.

“Mencoba peruntungan”

Direktur Eksekutif The National Maritime Institute, Siswanto Rusdi, mengatakan Indonesia sedang “mencoba peruntungannya” untuk mendorong penyelesaian pembicaraan COC.

“Masalah Laut China Selatan bukan masalah baru, pembahasan dan upaya untuk menyelesaikan selalu ada namun nggak pernah berhasil. Indonesia sebagai negara besar yang dinilai paling senior mencoba lagi mengangkat isu ini,” kata dia kepada BenarNews.

Menurut dia, selama ini, sikap China tak pernah berubah terhadap isu Laut China Selatan. Selain itu, Beijing selalu mengedepankan diplomasi bilateral untuk menegosiasikan masalah Laut China Selatan.

Sementara, ASEAN menginginkan isu ini diangkat dalam forum resmi.

“Indonesia sebagai negara dengan wilayah laut paling besar, penduduk paling besar akan menggunakan ini untuk menekan China. Ini yang menjadi modal besar Indonesia,” kata dia.

Page: 1 2 3

Redaksi - SWARAKEPRI

Recent Posts

Ini Dia Pilihan 10 Aplikasi Musik Online Terbaik di 2024

Musik telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, dan dengan kemajuan teknologi, mendengarkan musik semakin…

10 jam ago

Usai Cuti, Kepala BP Batam Dengarkan Laporan Kinerja dari Wakil Kepala BP Batam

BATAM - Kepala Badan Pengusahaan Batam (BP Batam), Muhammad Rudi menerima sekaligus mendengarkan paparan Laporan…

11 jam ago

Tokocrypto dan OCBC Luncurkan Kartu Global Debit Spesial

Jakarta, 19 November 2024 - Berdasarkan data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), pertumbuhan transaksi…

11 jam ago

Indonesia Blockchain Week 2024: Sukses Gaet Lebih dari 1.700 Peserta

Indonesia Blockchain Week (IBW) 2024 sukses diselenggarakan pada 19 November 2024 di The Ritz-Carlton Pacific…

11 jam ago

BINUS University Jadi Universitas Terbaik Nomor 2 di ASEAN

Jakarta, 20 November 2024 - BINUS UNIVERSITY, sebagai Perguruan Tinggi Indonesia berkelas dunia mengucapkan terima…

12 jam ago

Muhammad Rudi Ajak Masyarakat Batam Sukseskan Pilkada 2024

BATAM - Kepala BP Batam sekaligus Wali Kota Batam, H. Muhammad Rudi mengajak seluruh elemen…

12 jam ago

This website uses cookies.