Sempat mengungsi ke Denmark, diaspora Indonesia, Benni Sitanggang dan keluarganya kini kembali menjalani hidup di tengah perang yang berkecamuk di Ukraina. Sebaliknya, Erni Dona Poltavtseva lebih memilih pindah sementara ke Indonesia, bersama suaminya yang adalah warga Ukraina, dan kedua anaknya.
Setelah Rusia menginvasi Ukraina bulan Februari lalu, diaspora Indonesia Benni Sitanggang yang tinggal di kota Ternopil, sekitar 6 jam dari ibu kota Ukraina, Kyiv, memutuskan untuk membawa istrinya yang warga negara Ukraina, dan putrinya mengungsi.
Awalnya, pria yang berprofesi sebagai seorang influencer atau pemengaruh di media sosial ini berencana mengungsi ke Indonesia bersama diaspora Indonesia lainnya dengan pesawat. Namun, rencana itu gagal, karena pada waktu itu istri Benni tengah hamil 9 bulan.
Dengan bantuan pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia di Ukraina, Benni dan keluarganya melakukan perjalanan darat ke Polandia. Ia kemudian melanjutkan perjalanan selama 15 jam naik mobil menuju Denmark, yang kebetulan adalah negara tempat tinggal kakaknya.
“Syukurnya, karena kita ikut mobilnya staff KBRI, jadi kita dikasih lewat. Dan istriku juga kita buat di depan, mengasih tahu sama yang cek control itu, karena kita tuh tadinya enggak bakalan bisa lewat. Tapi kita berusaha, karena kita bilang istri lagi hamil 9 bulan, takutnya lahiran di jalan,” kenang Benni kepada VOA.
Namun, setelah tinggal 3 bulan di Denmark, Benni dan keluarganya memutuskan kembali ke Ukraina, karena cemas akan keadaan mertua yang masih bertugas sebagai dokter di Ukraina. Tidak hanya itu, Benni mengatakan, ia kesulitan mendapatkan izin tinggal dan mencari pekerjaan di Denmark.
“Kita di (Denmark) enggak tau mau ngapain juga. Mau kerja juga enggak bisa di Denmark, karena aku harus menunggu dapat izin tinggal. Jadi harus menunggu berapa bulan,” tambah pria yang sudah menetap di Ukraina sejak 8 tahun lalu ini.
Ketakutan Disetop Tentara
Kini, Benni dan keluarganya kembali menjalani kehidupan di tengah perang yang berkecamuk di Ukraina. Dirinya sempat merasa kaget dan ketakutan ketika tiba-tiba disetop oleh tentara yang tengah melakukan mobilisasi di jalan.
“Kita lagi jalan belanja mau pulang,” cerita pria asal Medan ini.
“Jadi pas kita jalan aku dipanggil. Kita ambil jalan lain, enggak taunya kita diikuti. ‘Kok kita diikuti tentaranya?’ Aku bilang sama istri, ‘enggak tahu, udah tenang-tenang,’” tambahnya.
Pada waktu itu Benni diminta untuk menunjukkan kartu izin tinggalnya.
“Istriku tanya, ‘memang mau ngapain?’ ‘Kita lagi mengumpulkan orang-orang muda, mobilisasi di sini untuk ikut latihan’ katanya,” jelas pria yang bertemu dengan istrinya di kapal pesiar saat bekerja menjadi koki dulu.
Istri Benni pun lalu mempertanyakan tentang undang-undang yang menyebut bahwa warga negara asing tidak boleh mengikuti pelatihan atau perang. Mereka pun lantas diperbolehkan pergi.
Listrik Terbatas, Harga Melonjak
Benni mengatakan, berbagai bisnis di Ukraina kini masih terus beroperasi, namun kerap terganggu, akibat aliran listrik terbatas. Ia menjelaskan bahwa sejak beberapa bulan lalu, banyak pusat-pusat energi, seperti penghangat, listrik, dan gas yang terkena bom.
“Jadi sekarang itu kita dibatasi untuk penggunaan listrik dan gas juga. Jadi, bisa mati lampu 10 jam, hidup lampu cuma sejam, habis itu mati sampai 6 jam, kita tunggu. Untuk restoran-restoran banyak yang tutup,” ujar pria yang memiliki pelanggan lebih dari 720 ribu di YouTube ini.
Walau tidak terjadi kepanikan dalam membeli berbagai barang seperti di awal perang, harga-harga bahan makanan kini melonjak dua hingga tiga kali lipat.
Kembali ke Sekolah
Anak-anak di Ukraina, termasuk Uli, putri Benni pun sudah kembali ke sekolah. Walau sempat trauma dengan suara sirene alarm yang menandakan serangan udara, kini Uli sudah mulai terbiasa dan tahu apa yang harus dilakukan.
Jika sirene alarm berbunyi, sekolah-sekolah pun akan langsung membawa para murid berlindung di dalam bunker. Benni mengaku bahwa rasa khawatir ketika mengirim putrinya ke sekolah pasti ada. Namun, sebagai orang tua, ia ingin membuat anaknya hidup lebih nyaman.
“Karena dia di rumah bosan terus. Pada awalnya juga dia trauma dengar alarm. Tapi sekarang dia sudah mulai biasa. Kalau ada alarm, ya sudah tahu dia (harus) berbuat apa, kayak mempersiapkan tasnya. Karena di tasnya sudah dipersiapkan makanan, buku, senter, pokoknya persiapan untuk berlindung. Jadi, kalau misalnya benar-benar ada pengeboman, sudah ada bekal,” jelas Benni.
Page: 1 2
Meme coin semakin mencuri perhatian, terutama yang berbasis Bitcoin. Dengan pertumbuhan harga Bitcoin yang signifikan,…
Jakarta, 23 November 2024 – Targetkan literasi aset kripto dan pertumbuhan komunitas yang signifikan, Bittime, platform crypto…
Jakarta, 23 November 2024 – Lintasarta secara resmi meluncurkan inisiatif AI Merdeka. Gerakan ini memperkuat…
Banyak praktisi marketing yang bimbang mengenai strategi yang tepat untuk jenis bisnis B2B (business-to-business) di…
Jakarta, November 2024 – INKOP TKBM kembali bekerja sama dengan Port Academy untuk menyelenggarakan Diklat…
Mengapa Anda Tidak Boleh Lewatkan Acara Ini? Ini adalah kesempatan pertama di Indonesia untuk memiliki TCG One…
This website uses cookies.