Categories: DPRD BATAM

DPRD Ungkap Empat Masalah Penghambat Perda RTRW Batam

BATAM – Badan pembentukan peraturan daerah (Bamperda) DPRD Kota Batam ungkap empat permasalahan yang jadi hambatan dalam pembahasan rancangan peraturan daerah (Ranperda) rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) Kota Batam.

Menurut Ketua Bamperda, Jeffry Simanjuntak, masalah pertama adalah adanya lahan seluas 1600 Ha di Pulau Batam yang tidak sesuai peruntukan RTRW.

Dari luas lahan tersebut ada beberapa titik yang telah mendapat hak pengelolaan lahan (HPL) dari Badan Pengusahaan (BP) Batam dan ada juga yang belum.

“Yang sudah dilepaskan melalui SK Menhut nomor: 272/tahun 2018 itu luasnya mencapai 330 Ha. Sedangkan sisanya lebih kurang seluas 1300 Ha yang masuk dalam SK Menhut nomor:276/tahun 2015, supaya dilakukan pelepasan,” ungkap Jeffry, Selasa (19/11/2019).

Politisi PKB ini menerangkan bahwa, pelanggaran penetapan lahan (PL) yang diberikan oleh BP Batam melalui HPL salah satunya adalah soal peruntukan. Lahan yang seharusnya masuk dalam wilayah hutan lindung justru menjadi lahan permukiman.

“Beberapa titik peruntukan yang telah di PL kan oleh BP Batam melalui HPL mereka itu banyak melanggar. Salah satunya adalah masuk dalam wilayah hutan lindung bukan masuk dalam perumahan,” jelas Jeffry.

Permasalahan kedua menurut Jeffry adalah adanya perubahan kawasan hutan yang berdampak penting dan cakupan luas serta bernilai strategis (DCPLS).

“Hutan yang masuk dalam DPCLS yang memiliki peruntukan sudah keluar PL nya dan dalam proses pelepasan,” kata dia.

Kemudian permasalahan ketiga adalah hutan yang belum diberikan PL dan ruang tetapi tidak masuk dalam DPCLS.

Sementara masalah keempat adalah penyalahgunaan pemanfaatan lahan di wilayah Buffer Zone atau lahan yang tidak boleh dibangun dan harus dibiarkan sebagaimana aslinya.

“Banyak wilayah Buffer Zone yang mendapat PL dari BP Batam tetapi tidak sesuai dengan peruntukannya,” terang dia lagi.

Ia mencontohkan, pada peta awal yang diajukan oleh pemegang HPL menggunakan row 50. Namun pada kenyataannya pemegang HPL merubah menjadi row 30.

“Yang row 20 nya itu diambil untuk apa? ya dimanfaatkan untuk ruko-ruko itu,” tukas dia.

Jeffry menambahkan bahwa data-data permasalahan lahan yang muncul dalam rapat pembahasan Ranperda RTRW ini diperoleh melalui laporan Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD) Pemko Batam.

Sayangnya pihak BP Batam absen hadir dalam pembahasan tersebut. Padahal menurut Jeffry, pembahasan Ranperda RTRW sangat membutuhkan data dan informasi lahan dari BP Batam. “Saya sangat kecewa sekali,” sesal Jeffry.

 

 

 

 

 

 

(Shafix)

Sholihul Abidin - SWARAKEPRI

Share
Published by
Sholihul Abidin - SWARAKEPRI

Recent Posts

INKOP TKBM Kembali Bekerja Sama dengan Port Academy untuk Penyelenggaraan Diklat KRK TKBM di Jakarta

Jakarta, November 2024 – INKOP TKBM kembali bekerja sama dengan Port Academy untuk menyelenggarakan Diklat…

5 jam ago

Collector Club: Event Pertama yang Hadirkan TCG One Piece Bahasa Inggris dan Budaya Pop di Indonesia!

Mengapa Anda Tidak Boleh Lewatkan Acara Ini? Ini adalah kesempatan pertama di Indonesia untuk memiliki TCG One…

7 jam ago

Layanan SIP Trunk Terbaik untuk Bisnis: Solusi Hemat Biaya Untuk Tingkatkan Komunikasi!

Layanan SIP Trunk adalah layanan telepon yang dilakukan melalui jaringan internet, layanan SIP Trunk menjadi…

9 jam ago

Harga Minyak WTI Naik Tipis, Didukung Ketegangan Geopolitik dan Permintaan Tiongkok

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencatatkan kenaikan tipis sebesar 14 sen, atau 0,2%,…

9 jam ago

Ini Dia Pilihan 10 Aplikasi Musik Online Terbaik di 2024

Musik telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, dan dengan kemajuan teknologi, mendengarkan musik semakin…

9 jam ago

Usai Cuti, Kepala BP Batam Dengarkan Laporan Kinerja dari Wakil Kepala BP Batam

BATAM - Kepala Badan Pengusahaan Batam (BP Batam), Muhammad Rudi menerima sekaligus mendengarkan paparan Laporan…

9 jam ago

This website uses cookies.