Categories: DUNIAVoice Of America

Indonesia Pastikan Tak Akan Dukung Pemerintahan Junta Militer Myanmar

Indonesia sejauh ini tetap konsisten tidak mendukung pemerintahan junta di Myanmar. Hal ini ditegaskan Kementerian Luar Negeri Indonesia menjawab pertanyaan VOA menjelang KTT ASEAN di Phnom Penh minggu ini.

Krisis politik dan aksi kekerasan masih terus menyelimuti Myanmar sejak kudeta militer 1 Februari 2021 lalu. Berbagai upaya ASEAN untuk turut menyelesaikan persoalan di Myanmar, termasuk dengan mengeluarkan lima poin konsensus pada April 2021, seakan jalan ditempat.

Junta militer Myanmar tidak merespon secara baik lima poin konsesus yang dihasilkan para pemimpin ASEAN, yang mencakup: dialog konstruktif, penghentian kekerasan, mediasi antara berbagai pihak, pemberian bantuan kemanusiaan, dan pengiriman delegasi ASEAN ke Myanmar.

Banyak pihak berharap Indonesia, yang akan mengambil alih kepemimpinan ASEAN pada tahun 2023 mendatang, dapat melakukan terobosan terkait penyelesaian persoalan di Myanmar.

Salah satu diantaranya seruan Dewan Penasehat “Progressive Voice Myanmar” Khin Ohmar agar Indonesia dalam kapasitas sebagai ketua ASEAN bersedia mengakui pemerintahan junta militer Myanmar agar mereka mau duduk bersama untuk mencari solusi.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah kepada VOA, Selasa (8/11) mengatakan Indonesia sejauh ini tetap konsisten tidak mendukung pemerintahan junta di Myanmar. Sebagai negara demokratis tambahnya, Indonesia tidak dapat menerima dan tidak akan mendukung pemerintahan yang muncul tanpa melalui proses yang legal, apalagi melalui proses kudeta.

“Selama ini posisi kita sangat jelas. Bahkan untuk pertemuan-pertemuan ASEAN kita tidak menghendaki perwakilan politik yang duduk dalam pertemuan tersebut. Perwakilan politik kan identik dengan junta. Jadi yang selalu kita kedepankan adalah kehadiran pada level birokrat,” kata Faizasyah.

Ketika ditanya tentang sanksi bagi Myanmar, Faizasyah mengatakan Indonesia melihat sanksi bukan instrumen diplomasi yang efektif untuk menyelesaikan suatu masalah. Pemberlakuan sanksi, ujarnya, justru akan lebih berdampak terhadap rakyat Myanmar, bukan pihak junta.

Isu Myanmar merupakan salah satu fokus dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) ASEAN yang akan berlangsung pekan ini di Ibu Kota Pnom Penh, Kamboja.

Faizasyah mengatakan para pemimpin ASEAN akan membuat keputusan tentang Myanmar berdasarkan hasil rekomendasi dari pertemuan para menteri luar negeri ASEAN di Jakarta akhir bulan lalu, yang secara khusus membahas masalah Myanmar. Hasil keputusan soal Myanmar di KTT ASEAN itulah yang akan menjadi pegangan Indonesia selama menjadi Ketua ASEAN tahun depan.

Page: 1 2 3

Redaksi - SWARAKEPRI

Recent Posts

BARDI Smart Home: Dari Garasi ke 4 Juta Pengguna – Apa Rahasianya?

Ketika banyak perusahaan lokal berjuang untuk bertahan hidup di tengah krisis pandemi, BARDI Smart Home…

8 menit ago

Elnusa Petrofin Kembali Gelar Program CSR ASIAP untuk Kurangi Sampah Laut di Desa Serangan, Bali

BALI - Permasalahan lingkungan akibat sampah plastik masih menjadi tantangan serius bagi kelestarian ekosistem laut…

7 jam ago

Uji Kompetensi Bahasa Inggris, 32 Tim Peserta Ikuti Yos Sudarso Debating Championship 2024

BATAM - Yos Sudarso Debating Championship 2024 mulai digelar hari ini, Sabtu (21/09/2024). Kepala Sekolah…

7 jam ago

Gugatan HNSI Batam terhadap Kapal MT Arman 114 Diputus N.O

BATAM – Majelis Hakim Pengadilan Negeri Batam menjatuhkan putusan Niet Ontvankelijke Verklraad(N.O) atas gugatan Perbuatan…

7 jam ago

Inovasi Pengembangan Infrastruktur, BP Batam Dianugerahi Awarding tvOne

BATAM - Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) mendapatkan Penghargaan Inovasi Pengembangan Infrastruktur dalam Malam Penganugerahan…

8 jam ago

BRI-MI Raih Penghargaan sebagai The Most Popular Brand of the Year 2024

BRI Manajemen Investasi (BRI-MI) kembali menorehkan prestasi. Kali ini, BRI-MI diganjar penghargaan yang diberikan oleh…

10 jam ago

This website uses cookies.