Categories: PERISTIWA

Kapal China Eksploitasi ABK Asal Indonesia Hingga Meninggal Viral di Media Korea Selatan

BUSAN – Sebuah kapal ikan China dikabarkan melakukan eksploitasi terhadap anak buah kapal (ABK) Loxing 639 asal Indonesia secara tidak manusiawi. Kabar ini ramai diperbincangkan publik Korea Selatan setelah diberitakan oleh MBC, media setempat.

Berita menyedihkan tentang pelangaran HAM ABK asal Indonesia oleh kapal ikan China ini menjadi Viral di Indonesia usai dibahas oleh Channel Youtube Korea Roemit, Rabu (6/5/2020) sore tadi.

Seperti pemberitaan MBC, para ABK asal Indonesia ini harus melakukan 18 jam kerja per hari. Selain itu mereka juga diperlakukan secara tidak manusiawi selama bekerja di kapal ikan asal China tersebut.

Lima diantara ABK asal Indonesia ini hanya digaji sebesar US$120 setelah bekerja selama 13 bulan. Artinya para pekerja asal Indonesia ini hanya mendapat gaji senilai Rp 150.000 per bulan dengan kurs dollar ke rupiah Rp 15.000.

Akibat perlakuan Kapal ini, ABK asal Indonesia mengaku banyak mengalami sakit dan meninggal di Kapal. Salah satu ABK yang meninggal bernama Ari. Jenazah Ari dibuang ke laut begitu saja di hari ketika ia meninggal.

MBC menampilkan salah satu rekaman video kematian seorang ABK asal Indonesia bernama Ari ini. Ari diceritakan meninggal akibat sakit yang diderita.

Sebelum kematian Ari, ABK lain asal Indonesia yang juga meninggal adalah Muhammad Al Fatah (19) dan Sepri (24). Jenazah keduanya juga di buang di laut.

Mulanya, Kapal ikan yang dinaiki oleh pekerja Indonesia ini bersandar di pelabuhan di Busan pada 10 April 2020 lalu. Para ABK asal Indonesia ini akhirnya melaporkan eksploitasi yang mereka alami selama bekerja di kapal ikan China kepada pemerintah Korea Selatan dan juga media MBC.

MBC sempat tidak mempercayai bukti video rekaman yang ditunjukkan oleh para ABK asal indonesia ini. Pasalnya sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, kapal yang dinaiki oleh ABK asal Indonesia ke Busan sudah tidak ada di Pelabuhan.

MBC mengatakan bahwa dari kasus ini terlihat dibutuhkan investigasi internasional sesegera mungkin.

Menurut penuturan salah satu ABK asal Indonesia yang bekerja di Kapal tersebut kepada MBC, selain tempat kerja yang buruk juga terjadi eksploitasi di tempat kerja. Rekan kerja mereka yang meninggal sebenarnya sudah sakit selama satu bulan.

“Awalnya kram, terus kakinya bengkak, dari kaki terus nyerang ke badan, habis itu nafasnya sesak,” tutur salah seorang ABK kepada MBC.

Dikatakan juga bahwa kapal ikan China sebenarnya membawa air mineral. Ironisnya air mineral ini hanya diperuntukkan bagi ABK asal China.

Sementara ABK asal Indonesia hanya meminum air laut hasil filterasi. Hal ini disinyalir menjadi penyebab kondisi kesehatan para ABK asal Indonesia makin memburuk selama di Kapal.

“Pusing, gak bisa minum air itu sama sekali bu. Capek dan kaya ada dahak-dahak di sini (sambil menunjuk tenggorokan),” lanjut ABK asal Indonesia tersebut.

Menurut MBC para ABK asal Indonesia ini tidak bisa lepas dari lingkungan kerja perbudakan ini. Besar kemungkinan aset dan paspor mereka ditahan pihak kapal. MBC juga menilai bahwa ini merupakan tipikal cara kerja ekploitasi dengan di ikat di atas kapal.

Para ABK asal Indonesia menceritakan bahwa kapal yang bersandar di pelabuhan Busan bukanlah kapal yang mereka gunakan untuk mencari ikan Tuna di laut.

Pasalnya selain menangkap ikan Tuna, Kapal mereka juga menangkap Hiu untuk diambil siripnya. Karena kapalnya banyak membawa sirip Hiu, maka kapal mereka tidak berani bersandar ke pelabuhan.

Beruntungnya mereka berhasil mendapatkan kapal lain yang dapat bersandar ke pelabuhan di Busan pada 10 April 2020 lalu.

Mereka hanya bisa menunggu 10 hari di Busan. Salah satu pekerjanya mengalami sakit di bagian dada lalu dipindahkan ke salah satu rumah sakit terdekat di Busan yang akhirnya meninggal pada tanggal 27 April 2020.

Salah satu badan di Busan, Korea Selatan yang mengetahui kematian 4 ABK asal Indonesia sempat melaporkan kasus ini ke Polisi Laut di sana. Polisi Laut Korea Selatan mencoba melakukan Investigasi secepat mungkin.

Sayangnya selang dua hari setelah pelaporan, kapal yang ditumpangi para ABK asal Indonesia di pelabuhan Busan sudah tidak ada. Sehingga pemeriksaan tidak bisa dilanjutkan.

ABK asal Indonesia yang selamat kini berada di Busan. Mereka bermaksud memberitahukan kasus ini secara lebih luas kepada pemerintah Korea Selatan serta meminta untuk dilakukan investigasi yang mendalam.

Beikut link channel Youtube Korea Roemit https://www.youtube.com/watch?v=YALDZmX-W0I&feature=youtu.be

Dan channel TV MBC https://www.youtube.com/watch?v=3QIEmJ1mCZY

Redaksi

Sholihul Abidin - SWARAKEPRI

Recent Posts

Kolaborasi, Tantangan dan Etika dalam Peliputan Isu Lingkungan

Webinar Jurnalisme Lingkungan oleh LindungiHutan telah digelar pada 4-5 September 2024. LindungiHutan telah menyelenggarakan webinar…

1 jam ago

Lewat Kolaborasi dengan DATAYOO, Eratani Terapkan Precision Farming Berbasis Satelit

Jakarta, 19 September 2024 – Eratani, startup agritech yang menyediakan solusi pertanian holistik, resmi menjalin…

2 jam ago

PT Dua Samudera Perkasa Sukses Selenggarakan Diklat Mooring Unmooring dengan Port Academy

PT Dua Samudera Perkasa dengan bangga menggelar Diklat Mooring Unmooring bersertifikasi BNSP bekerja sama dengan…

8 jam ago

Maxy Academy Hadirkan Pelatihan “Digital Marketing 101” untuk Persiapkan Ahli Pemasaran Digital Masa Depan

Maxy Academy mengumumkan pelatihan terbaru bertajuk "Digital Marketing 101: Sosial Media Marketing (Daring)", yang dirancang…

9 jam ago

Halo Robotics Sukses Gelar Drone Talks @ The Mulia, Dorong Inovasi Keamanan dengan Otomasi & AI

Halo Robotics dengan bangga mengumumkan kesuksesan acara Drone Talks @ The Mulia yang diselenggarakan pada…

14 jam ago

Jelang Keputusan The Fed: Bitcoin Melonjak Hampir USD $60.000 Lagi

Harga Bitcoin kembali mengalami koreksi dan turun di bawah USD $60 ribu, menjelang keputusan suku bunga…

15 jam ago

This website uses cookies.