Categories: BISNIS

Mengenal Makna di Balik Motif Batik Parang

BATAM-Batik merupakan budaya yang telah lama berkembang dan dikenal oleh masyarakat Indonesia. Batik identik dikaitkan dengan suatu teknik proses dari mulai penggambaran motif hingga pelorodan. Namun, tahukah anda? di balik beragam motif batik yang ada, terdapat nilai sejarah dan makna filosofis tentang hidup.

“Berbicara tentang batik, itu sangat luas. Tidak hanya sebatas kita beli dan pakai saja. Namun di batik sendiri itu, setiap detail, warna dan motif, itu memiliki makna,” ujar pemilik galeri Batik 37, Debby Soemarwanto saat ditemui di pameran festival pesona batik yang berlangsung di atrium lobby 1 Grand Batam Mall, Minghu (20/10/2019) kemarin.

Motif batik parang adalah salah satu motif batik tertua di Indonesia, dan memiliki berbagai motif parang, yakni parang barong, parang kusumo, parang slobog dan parang klitik. Setiap motif parang itu memiliki maknanya masing-masing.

“Motif batik parang barong, memiliki ukuran kurang lebih 20cm, di mana dalam keraton Jogja itu hanya diperbolehkan dikenakan oleh raja atau sultan,” lanjut Debby. Motif ini memiliki makna pengendalian diri, kebijaksanaan, dan agar seorang raja selalu hati-hati dalam bertindak.

Kemudian motif parang klitik, yang biasanya dikenanak oleh permaisuri atau para puteri raja.

“Pola parangnya memiliki bentuk stilasi yang lebih halus, dan ukurannya lebih kecil sekiat 15 cm dari parang barong. Motif parang klitik ini menggambarkan citra feminim, lembut, menggambarkan perilaku halus dan bijaksana,” tambah Debby.

Selanjutnya ada motif parang kusumo, berasal dari kata kusumo yang artinya kembang. Batik motif ini biasanya digunakan oleh kalangan keturunan Raja bila berada didalam kraton. Motif ini mengandung makna hidup harus dilandasi oleh perjuangan untuk mencari keharuman lahir dan batin. Bagi orang Jawa, keharuman yang dimaksud adalah keharuman pribadinya tanpa meninggalkan norma-norma yang berlaku dan sopan santun agar dapat terhindar dari bencana lahir dan batin.

“Jadi besar kecilnya motif parang juga menyimbolkan status sosial pemakainya dalam lingkup  kerajaan,” paparnya.

Debby juga mengatakan, motif batik parang adalah motif batik yang dianggap paling sakral dan paling tua yang ada sejak zaman kerajaan Kraton Mataram Kartasura (Solo) sekitar tahun 1680 Masehi.

“Motif batik parang ini dianggap paling sakral dan paling tua. Hingga saat ini motif batik ini dikenakan oleh kerabat dan seluruh orang keraton kesultanan,” pungkas Debby.

Sejak tahun 2009 batik telah mendapat pengakuan internasional dan secara resmi diakui UNESCO (PBB) sebagai Budaya Tak Benda Warisan Manusia. Saking istimewanya, kini batik telah menjelma menjadi item mode yang tak lekang oleh zaman.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Penulis: Ivan
Editor: Rumbo

Redaksi - SWARAKEPRI

Recent Posts

Nusirwan Tuding Mustaqim CS Dalang Penyebab Gugatan PTPN IV Terhadap KOPPSA-M

BATAM - Ketua Koperasi Produsen Petani Sawit Makmur (KOPPSA-M), Nusirwan menuding Mustaqim CS selaku pengurus…

5 jam ago

Gelar RAT di Pekanbaru, KOPPSA-M Hasilkan 7 Poin Keputusan

RIAU - Koperasi Produsen Petani Sawit Makmur (KOPSA-M) menggelar Rapat Anggota Tahunan(RAT) di Hotel Aryaduta…

6 jam ago

Implementasi Intraday Short Selling di BEI, Peluang dan Tantangan

JAKARTA - Short Selling merupakan transaksi penjualan Efek dengan kondisi Efek tersebut tidak dimiliki oleh…

1 hari ago

Patuhi Instruksi Megawati, Bupati Pelalawan Tak Ikut Retret di Magelang

RIAU - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri menginstruksikan agar seluruh kepala daerah dan wakil…

1 hari ago

Tanamkan Rasa Cinta Kasih kepada Siswa, Yayasan Kurnia Salam Beri Bantuan ke Panti Asuhan

RIAU - Taman Kanak-kanak dan PAUD Kurnia Salam Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar,…

1 hari ago

KAI Kembali Mengimbau Masyarakat Waspada Penipuan Berkedok Rekrutmen

PT Kereta Api Indonesia (Persero) kembali mengingatkan masyarakat untuk terus waspada terhadap segala bentuk penipuan…

1 hari ago

This website uses cookies.