Taher, salah seorang penyintas Rohingya itu mengatakan dia berada di laut selama 35 hari sebelum perahunya mencapai pesisirAceh.
“Ke mana pun kami melihat, semuanya laut,” katanya.
Dia mengatakan dia meninggalkan istri dan empat anaknya di Cox’s Bazar, sebuah distrik di tenggara Bangladesh, tempat sekitar 1 juta pengungsi Rohingya hidup di kamp-kamp dekat perbatasan dengan Rakhine,wilayah asal mereka di Myanmar.
“Niat saya adalah pergi ke Indonesia,” katanya. “Saya meninggalkan keluarga saya di kamp karena saya ingin bekerja di sini dan anak-anak saya masih belajar di kamp.”
“Kami datang ke sini dari kamp pengungsi Rohingya terbesar di Bangladesh dengan harapan masyarakat Indonesia akan memberi kami kesempatan pendidikan. Saya ingin mencapai lebih banyak pendidikan,” kata seorang Rohingya lainnya, Umar Faruq, kepada AFP.
Kedatangan terakhir di Aceh berasal dari kapal penyelundup manusia yang telah hanyut selama berhari-hari di perairan utara Aceh, kata sejumlah organisasi kemanusiaan.
“Itu adalah kapal yang sama yang telah kami himbau untuk diselamatkan beberapa minggu lalu,” kata Lilianne Fan, salah satu pendiri dan direktur internasional Geutanyoe Foundation, sebuah kelompok kemanusiaan di Malaysia.
Rizal Fahmi, seorang relawan LSM lokal, Asar Kemanusiaan Aceh, mengatakan banyak pengungsi yang kondisinya “mengkhawatirkan”.
“Banyak dari mereka yang terbaring lemah dan telah dipasangi infus,” kata Rizal kepada BenarNews.
“Kesehatan mereka semakin memburuk setelah berminggu-minggu berada di tengah lautan, tanpa perbekalan,” ujarnya.
Juru bicara IOM Indonesia Ariani Hasanah Soejoeti mengatakan organisasinya telah mengirimkan tim tanggap darurat dan saat ini sedang melakukan penilaian kesehatan bersama dengan pemerintah daerah.
“[Laporan] menunjukkan bahwa 34 orang membutuhkan perawatan medis segera,” kata Ariani kepada BenarNews.
IOM juga mengatakan telah membantu pemerintah setempat menyediakan layanan kesehatan, perumahan sementara, air dan sanitasi bagi para pengungsi.Pada tahun 2022 saja, lebih dari 2.000 Rohingya telah dibawa ke laut dengan perahu penyelundup di Teluk Benggala dan Laut Andaman, dengan hampir 200 orang dilaporkan meninggal sejauh ini, kata UNHCR dalam pernyataannya Selasa.
“UNHCR juga menerima laporan yang belum dikonfirmasi bahwa satu kapal lain dengan sekitar 180 orang masih hilang, dengan semua penumpang diduga tewas,” kata badan tersebut.
Musik telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, dan dengan kemajuan teknologi, mendengarkan musik semakin…
BATAM - Kepala Badan Pengusahaan Batam (BP Batam), Muhammad Rudi menerima sekaligus mendengarkan paparan Laporan…
Jakarta, 19 November 2024 - Berdasarkan data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), pertumbuhan transaksi…
Indonesia Blockchain Week (IBW) 2024 sukses diselenggarakan pada 19 November 2024 di The Ritz-Carlton Pacific…
Jakarta, 20 November 2024 - BINUS UNIVERSITY, sebagai Perguruan Tinggi Indonesia berkelas dunia mengucapkan terima…
BATAM - Kepala BP Batam sekaligus Wali Kota Batam, H. Muhammad Rudi mengajak seluruh elemen…
This website uses cookies.