Categories: NASIONAL

Polemik Ijazah Jokowi: Kedengkian yang Harus Disudahi

Sebaiknya Tutup Polemik

Peneliti di Pusat Riset Politik, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati meminta publik berpikir cerdas.

“Saya pikir, publik perlu cerdas dan rasional dalam menghadapi polemik. Seharusnya kalau soal ijazah, apalagi itu disangkutpautkan dengan nama perguruan tinggi ternama, publik seharusnya sudah paham nama besar dan kredibilitas perguruan tinggi yang bersangkutan,” ujar Wasisto kepada VOA.

Wasisto setuju, kemungkinan kasus ini muncul terkait dengan tahun politik 2024. Dia menilai, isu seputar identitas Jokowi adalah isu klasik yang terus diputar kembali menjelang masuk tahun politik.

Pada sisi lain, gugatan hukum terhadap keabsahan data seseorang, apalagi pejabat publik, adalah ekspresi aspirasi yang wajar. Upaya itu merupakan bagian dari transparansi dan akuntabilitas.

Dokumen Jokowi, sebenarnya sudah menjalani pengecekan berulang ketika mendaftar sebagai calon wali kota Solo dua kali, gubernur DKI Jakarta, dan dua kali mencalonkan diri sebagai presiden.

“Namun demikian, tergantung pula level demokrasi suatu negara. Kalau demokrasi negara maju, saya pikir hal itu sebenarnya sudah selesai di tingkat penyelenggara pemilu, karena ada logika meritokrasi dan level of trust yang dipegang,” tandasnya.

Jokowi (jongkok berkacamata), Robertus Sugito (berdiri paling kanan), anggota Silvagama dan bus Damri yang membawa mereka. (foto Istimewa via Sugito)

Dalam posisi demokrasi di negara berkembang, Wasisto melihat polemik semacam ini kadang menjadi alat politisasi.

“Terlebih lagi kalau grup pemilih di negara itu, tidak punya pembilahan jelas, antara kanan maupun kiri,” tambahnya.

Mantan presiden Amerika Serikat (AS), Barrack Obama juga pernah mengalami polemik serupa. Sekelompok orang mempertanyakan apakahb benar Obama lahir di wilayah AS, karena itu menjadi syarat dalam pencalonan sebagai presiden.

Jokowi tampak menunjukkan kepada Obama pemandangan Kebun Raya Bogor yang terhampar di hadapannya (Photo Courtessy: Biro Setpres RI)

Dalam kasus Obama, kata Wasisto, polemik itu menjadi ekspresi perang urat syaraf politik, di mana pihak Republikan yang beraliran konservatif lebih menghendaki presiden yang kelahiran continental.

Page: 1 2 3 4

Redaksi - SWARAKEPRI

View Comments

Recent Posts

Hijaukan Pesisir Timur Jawa, KAI Logistik Tanam 2.000 Mangrove

KAI Logistik dengan salah satu wilayah operasional yang berada di Kota Surabaya, kembali melaksanakan kegiatan…

2 hari ago

KAI Divre III Palembang Ajak Manfaatkan Tarif Diskon Khusus untuk Melakukan Perjalanan Menggunakan Kereta Api

Palembang, 13 Juli 2025 – Sebagai upaya meningkatkan minat masyarakat dan kepercayaan dalam menggunakan moda…

2 hari ago

Susu Mede – PLANTIQ Ramaikan Maybank Marathon 2025: Teman Lari Bebas Mules Yang Creamy & Bikin Berenergi!

PLANTIQ, susu mede lokal bebas laktosa, siap jadi teman lari Anda di Maybank Marathon 2025.…

2 hari ago

Lintasarta Perkenalkan “AI Merdeka” untuk Mendukung Kedaulatan AI Indonesia

Lintasarta, sebagai AI Factory dari Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) Group, menegaskan kembali komitmennya…

2 hari ago

Fitur-Fitur Unggulan Stockbit Bantu Investor Invest Like a Pro

Secara year-to-date, dari 95 perusahaan sekuritas yang beroperasi di Indonesia, Stockbit menduduki peringkat pertama dari…

2 hari ago

Teknologi Layar Hisense Mendukung Tampilan VAR di FIFA Club World Cup 2025™

Selama gelaran FIFA Club World Cup 2025™, layar canggih milik Hisense digunakan di ruang Video…

2 hari ago

This website uses cookies.