Tantangan Menanti
Ekonom Indef Eko Listyanto mengatakan kerja sama ini merupakan sebuah kemajuan pesat dalam transformasi ekonomi digital, khususnya di sektor keuangan, yang tidak saja memberi kemudahan pada konsumen, tetapi juga dari pihak produsen untuk bisa meraih “market” yang besar di masing-masing negara tersebut.
“Tujuannya tentu saja untuk meningkatkan size ekonomi dari ASEAN itu sendiri, kalau dalam konteks Indonesia kita berharap nanti bisa dimanfaatkan oleh orang-orang Indonesia untuk bisa lebih banyak menggaet pasar karena sebagian besar beberapa negara tadi punya PDB per kapita lebih tinggi dari kita seperti Malaysia, Singapura, Thailand sehingga probability untuk mereka juga akan lebih sering ke Indonesia dalam konteks pariwisata dan akan membantu market dari pelaku UMKM, atau pengusaha di Indonesia untuk lebih meluas lagi,” ungkap Eko kepada VOA.
Namun harus diakui bahwa produk-produk Indonesia masih belum cukup kompetitif jika dibandingkan dengan keempat negara ASEAN tersebut, sehingga diperlukan usaha yang cukup keras agar agar Indonesia dapat meraup keuntungan dan pasar yang berkembang pesat berkat transformasi ini.
Selain itu, tantangan lainnya adalah mengubah kebiasaan orang kaya lama atau “boomers’” untuk beralih menggunakan teknologi sistem keuangan yang sudah sedemikian canggih ini.
“Cuma pemegang uang terbanyak itu masih di boomers yang belanjanya banyak, kantongnya banyak. Jadi itu yang harus bagaimana caranya menyasarnya atau membuat habit mereka untuk bertransaksi secara digital, kadang juga masih susah karena itu adalah masalah habit. Menurut saya itu lebih tantangan, karena kan intinya mau meningkatkan size ekonomi transaksi di semua ekonomi negara ini yang ikut terlibat, tapi kalau tidak terstimulasi dengan bagaimana mendorong produk kita kompetitif agar dengan negara lain, ya bagaimana,” jelasnya.
Lebih jauh, Eko mengungkapkan perkembangan sistem pembayaran digital di lima negara ASEAN ini tidak serta merta akan berdampak signifikan untuk memulihkan perekonomian akibat dihantam pandemi COVID-19. Ia melihat sejauh ini, kerja sama tersebut hanya bersifat sebagai pendukung dari pemulihan ekonomi itu sendiri.
“Jadi difasilitasi untuk memudahkan transaksi, lebih cepat transaksinya sehingga harapannya nanti ke level volume transaksinya meningkat pada titik itu kemudian ekonomi bisa pulih. Tapi tentu untuk bisa bertransaksi lebih banyak tentu mereka juga harus punya income yang lebih banyak juga. Dan itu di tengah ekonomi global yang lesu juga tantangan. Mungkin secara teknologi ini sudah siap, tapi secara ekonominya sendiri dari daya beli masyarakat belum tentu siap juga,” pungkasnya./VOA
Page: 1 2
Industri kuliner di Indonesia terus berkembang dengan pesat. Cap Cendrawasih, perusahaan produsen bahan makanan asal…
PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) melaksanakan pelepasan ekspor dan ekspansi produk tembakau inovatif bebas asap…
Setelah periode puncak penjualan selama Ramadan dan Lebaran, banyak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)…
Bubur Ayam Jakarta 46 tidak hanya lezat, tetapi juga bisa dinikmati dengan berbagai cara sesuai…
Jakarta, 25 Maret 2025. PT Waskita Beton Precast Tbk (kode saham: WSBP) telah melaksanakan pembayaran…
PT Gauri Sinergi Semesta dengan bangga mempersembahkan Tamil Festival Indonesia 2025, sebuah konser musik Tamil…
This website uses cookies.