Categories: BATAM

Warga Batam Resah Teror Hipnotis, Begini Tanggapan Praktisi Hipnoterapi

BATAM – Peristiwa yang dialami oleh Asih (19) dan Septia (24) warga Bukit Ayu Sukadamai, Kelurahan Sei Beduk, Kota Batam, Kepulauan Riau, ditanggapi oleh praktisi hipnoterapi Batam, Hendrik Parlindungan Simangunsong.

Menurutnya, masyarakat masih belum paham pengertian dan cara kerja hipnosis sesungguhnya. Sehingga tindak kejahatan berupa intimidasi penipuan seringkali diakui tejadi karena terjebak dalam keadaan hipnosis.

“Kalau berkaca dari kasus itu saya rasa bukan hipnosis, tetapi korban murni telah ditipu dan diintimidasi,” kata Hendrik kepada Swarakepri, Senin (27/1/2020).

Ia menjelaskan, dalam kasus tersebut memang sepintas korban terlihat seperti terhipnosis, namun yang sebenarnya terjadi adalah pelaku memainkan semacam teknik komunikasi tingkat tinggi yang membuat korbannya terperdaya.

Hal ini dia katakan sebab, ada standar operasional prosedur (SOP) yang harus dilakukan sebelum menghipnotis seseorang. Satu hal yang penting adalah tanpa persetujuan subjek untuk berpartisipasi itu tidak bisa dilakukan.

“Pelaku sepertinya memakai teknik komunikasi tingkat tinggi, tapi itu bukan hipnosis. Karena syarat utama menghipnotis subjek harus melakukannya secara sukarela,” tegasnya.

Baca Juga: Pelaku Hipnotis Resahkan Warga Batam, Ini Kata Polisi

Hendrik pun meragukan kalau pelaku menggunakan teknik gendam atau semacam keahlian yang konon dikuasai dengan bantuan jin. Dimana kabarnya hanya dengan sekali tepukan pundak atau tatapan mata korban langsung tidak sadarkan diri.

“Memang ada juga istilah gendam di dunia hipno, cuma jujur sampai sekarang saya belum lihat langsung ada seperti itu. Bahkan selevel Romy Rafael saja tidak bisa cuma sekali tepuk atau tatapan mata.

Baca Juga: Pelaku Hipnotis Beraksi di Rumah Warga Batam, Minta Uang dan Dilayani Hubungan Intim

Lanjut Hendrik, dalam kondisi seperti itu yang harus dilakukan oleh korban cukup mudah sebenarnya, hanyalah menolak melakukan perintah orang asing yang tak dikenal tersebut.

Setelah itu semua beres dan akan terbebas dari tindak kejahatan.

Namun karena mungkin sudah terintimidasi, dan terpengaruh dengan cerita-cerita karangan yang sesuai dengan kondisi korban. Hal itu kata dia memang menjadi sedikit sulit untuk dilakukan.

“Jadi pelaku mengajak korban ngobrol cerita karangan. Lalu ada satu substansi yang sama persis dialami, membuat korban terperdaya dan mengikuti keinginan pelaku. Tapi itu kan waktu diajak berhubungan bisa nolak, ya berarti kan simple cara mengatasinya. Cukup ditolak, selesai,” jelasnya.

 

 

(Elang)

Redaksi - SWARAKEPRI

Recent Posts

PT Bambang Djaja Memperkenalkan Trafo Kering sebagai Solusi Efisien untuk Kebutuhan Listrik

PT Bambang Djaja, pabrik trafo terkemuka di Indonesia, dengan bangga memperkenalkan trafo kering sebagai solusi…

8 jam ago

Simbol Keberkahan dan Tradisi Ribuan Lampion Hiasi Dabo Singkep Sambut Imlek 2025

LINGGA – Menyambut Tahun Baru Imlek 2025 yang jatuh pada 29 Januari mendatang, suasana malam…

21 jam ago

Andrea Wiwandhana Sampaikan Belasungkawa untuk Korban Kebakaran di Glodok dan Los Angeles

Pendiri CLAV Digital, Andrea Wiwandhana, menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada para korban kebakaran yang baru-baru ini…

1 hari ago

Babak Baru Swarga Suites Bali Berawa Memulai Tahun 2025 dengan Proyek Perluasan

Swarga Suites Bali Besrawa resmi memulai tahap awal proyek perluasannya melalui upacara groundbreaking yang menjadi…

1 hari ago

Pelantikan Trump Bisa Jadi Pendorong Harga Bitcoin ke Titik Tertinggi Baru

Jakarta, 16 Januari 2025 - Bitcoin kembali menarik perhatian dunia setelah berhasil menembus angka psikologis…

1 hari ago

Casa Domaine Siapkan 2 Show Unit Baru – Full Furnished Premium Luxury dan 40 Unit Full Furnished, Siap untuk Disewakan Pada Awal Tahun 2025

Casa Domaine akan menghadirkan 2 Show Unit Premium Luxury pada awal Tahun 2025 ini. Kedua…

1 hari ago

This website uses cookies.