Para aktivis, Selasa (5/12), memprotes kehadiran industri minyak, gas, dan batu bara pada KTT PBB COP28 di Dubai. Mereka menuntut diakhirinya penggunaan bahan bakar fosil, yang merupakan sumber utama penyebab perubahan iklim.
DUBAI, UEA — Dalam aksinya, puluhan aktivis menyerukan “keadilan iklim.” Mereka membawa spanduk bertuliskan “Just + Equitable, Fossil Fuel Phase Out, Stop Fueling the Fire,” intinya menuntut dihentikannya penggunaan bahan bakar fosil.
Meskipun perundingan iklim PBB pada masa lalu telah memicu demonstrasi besar-besaran, termasuk COP26 di Glasgow pada 2021 dan COP21 di Paris pada 2015, demonstrasi tahun ini tidak banyak terdengar. Pasalnya, di negara tuan rumah acara tersebut, Uni Emirat Arab (UEA), kebebasan berpendapat dibatasi.
PBB dan UEA mengizinkan aksi-aksi protes yang telah disetujui sebelumnya dilakukan di lokasi COP28 dan sejauh ini belum ada aksi protes di luar lokasi itu. Aktivis yang ikut dalam demonstrasi COP28 mengatakan mereka merasa terkekang dan mengomentari kurangnya kehadiran masyarakat sipil akar rumput setempat.
“Kami ingin menuntut diakhirinya semua penggunaan bahan bakar fosil, baik yang emisinya sudah dikurangi maupun yang tidak dikurangi,” cetus aktivis Zimbabwe, Lorraine Chiponda, 37, kepada kantor berita Reuters setelah berbicara dalam salah satu demonstrasi.
Negara-negara yang memproduksi atau bergantung pada bahan bakar fosil menekankan potensi penggunaan teknologi untuk “mengurangi” atau menangkap emisi dibandingkan mengakhiri penggunaan bahan bakar tersebut.
“Sangat mengecewakan bahwa COP28 diadakan di UEA mengingat ketergantungan mereka yang besar terhadap bahan bakar fosil dan dorongan mereka terhadap bahan bakar fosil,” imbuhnya.
Ia menambahkan, seruan dihentikannya penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap hanyalah pengalih perhatian yang memungkinkan terus digunakannya bahan bakar itu. Ia ragu bahwa para delegasi akan mencapai kesepakatan yang akan bermanfaat bagi lingkungan pada pertemuan puncak tersebut.
Aktivis Kolombia, Andres Gomez, 47, melakukan perjalanan dari Amerika Selatan untuk ikut dalam COP28. Dia mengatakan transisi ini harus “adil” yang berarti para pencemar besar harus mengambil tindakan terlebih dahulu.
“Kalau kita berpikir dan berbicara tentang transformasi, ini harus dilakukan secara adil. Artinya, ada banyak negara yang menjadi bagian dari masalah ini dan mereka mendapat manfaat lebih besar dari industri bahan bakar fosil dibandingkan negara lain seperti Kolombia. Kami benar-benar membutuhkan uang itu tetapi kami tidak sebesar pihak-pihak lain yang secara historis berkecimpung dalam bisnis ini,” sebutnya.
Pemerintah-pemerintah di COP26 sepakat akan mengurangi penggunaan batu bara, yang merupakan bahan bakar fosil yang paling menimbulkan polusi. Tahun ini, banyak negara yang masih terpecah mengenai peran bahan bakar fosil pada masa depan.
Dilangsungkannya COP28 di UEA, negara penghasil minyak, telah menuai kritik. Begitu pula keputusan negara itu menunjuk Sultan Al Jaber, CEO perusahaan minyak negara ADNOC, sebagai presiden COP28.
Page: 1 2
Jakarta, 23 November 2024 – Lintasarta secara resmi meluncurkan inisiatif AI Merdeka. Gerakan ini memperkuat…
Banyak praktisi marketing yang bimbang mengenai strategi yang tepat untuk jenis bisnis B2B (business-to-business) di…
Jakarta, November 2024 – INKOP TKBM kembali bekerja sama dengan Port Academy untuk menyelenggarakan Diklat…
Mengapa Anda Tidak Boleh Lewatkan Acara Ini? Ini adalah kesempatan pertama di Indonesia untuk memiliki TCG One…
Layanan SIP Trunk adalah layanan telepon yang dilakukan melalui jaringan internet, layanan SIP Trunk menjadi…
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencatatkan kenaikan tipis sebesar 14 sen, atau 0,2%,…
This website uses cookies.