Categories: BATAM

Datangi Polresta Barelang, Kelompok Tani Selat Nenek Adukan Dugaan Penyelewengan Anggaran Program PKPM

BATAM – Sejumlah masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Tani Selat Nenek, Temoyong, Bulang, Batam mendatangi Mapolresta Barelang, pada Selasa(28/12/2021). Mereka mengadukan dugaan penyelewengan anggaran pekerjaan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Padat Karya Penanaman Mangrove (PKPM) yang dikerjakan oleh kelompok tersebut.

Salbiah, salah satu anggota Kelompok Tani Selat Nenek mengungkapkan, pihaknya merasa dirugikan ketika mengetahui nilai pekerjaan mereka itu senilai Rp4,6 Juta yang dikerjakan dalam waktu 30 hari.

Sementara pihaknya hanya disuruh mengerjakan pekerjaan penanaman tersebut dalam waktu dengan 6 hari yang ditargetkan per harinya 100 batang.

“Kami baru tahu kalau gaji kami itu dikasih pemerintah uangnya sebanyak itu (Rp4,6 juta) dari saudara-saudara kami di pulau-pulau lain ketika rewang (membantu keluarga yang kenduri/pesta). Lepas itu saya langsung datangi rumah Ketua Kelompok untuk meminta penjelasan tapi dia malah bentak-bentak saya dan marah-marah. Makanya hari itu juga saya minta buku tabungan saya dan rekening yang dipegang dia. Besoknya saya langsung ke Bank untuk mencetak rekening koran, dan benar total duit yang masuk dari pemerintah ke rekening saya sebanyak itu sementara upah saya yang dikasih oleh Ketua Kelompok cuma Rp1,2 Juta,” ujarnya kepada SwaraKepri, Senin (28/12/2021).

Sejumlah masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Tani Selat Nenek, Temoyong, Bulang, Batam mendatangi Mapolresta Barelang, pada Selasa(28/12/2021/Foto: ABI

Kata dia, pada awal dirinya diajak kerja program PEN PKPKM ini melalui saudara-saudaranya juga yang ikut dalam program tersebut.

Ia mengaku tidak diberi penjelasan terkait bagaimana sistem mekanisme dan kontrak kerja dalam kegiatan ini. Hanya dikasih tahu kerja ini adalah kerja borongan yang harus diselesaikan dalam waktu 6 hari dengan estimasi 1 hari 100 pohon dengan nilai upah Rp200 ribu.

“Jadi selama kami bekerja kami itu merasa dibodoh-bodohi. Itu yang kami tidak terima, saya ini sudah orangtua yang bisa dikatakan sudah tidak berumur panjang lagi. Selain itu, saya mengikuti pekerjaan ini demi membantu biaya perobatan suami saya yang sakit, dimana dalam waktu 1 minggu itu harus cuci darah minimal 2 kali kenapa mereka tega sekali memakan hak orang,” bebernya.

Page: 1 2 3

Redaksi - SWARAKEPRI

View Comments

Recent Posts

Pembangunan Proyek Ekosistem Industri Baterai EV Bisa Dukung Transisi Energi

Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) mengapresiasi langkah Grup MIND ID dalam membangun proyek ekosistem industri…

7 jam ago

Pemesanan Tiket Kereta Api Bisa Dilakukan Lebih Dekat dengan Jadwal Keberangkatan

Palembang, 11 Juli 2025 - PT Kereta Api Indonesia (Persero) mulai tanggal 10 Juli 2025…

13 jam ago

Bangun Benteng Hijau, PT Hino Finance Indonesia Tanam Ribuan Mangrove di Wonorejo, Surabaya

Dalam rangka memperkuat komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan, PT Hino Finance Indonesia berkolaborasi dengan LindungiHutan dalam…

16 jam ago

BRI Manajemen Investasi Sabet Dua Penghargaan Best Asset Manager dari Alpha Southeast Asia 2025

PT BRI Manajemen Investasi (BRI-MI) kembali mencatatkan prestasi membanggakan di tingkat regional. Dalam ajang Alpha…

16 jam ago

REA Berdayakan Lebih dari 600 Petani Swadaya di Kalimantan Timur untuk Kepatuhan EUDR dan Sertifikasi RSPO dengan Dukungan Teknis dari KOLTIVA

REA menjalankan program SHINES untuk mendukung lebih dari 600 petani swadaya di Kutai, Kalimantan Timur,…

17 jam ago

ANTAM Raih Apresiasi ICDX Berkat Komitmen Energi Bersih di UBPP Logam Mulia

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau ANTAM memperoleh apresiasi dari Indonesia Commodity & Derivatives Exchange…

17 jam ago

This website uses cookies.