Categories: BATAM

Komnas HAM: Banyak Siswa di Rempang jadi Korban Gas Air Mata

BATAM – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia(Komnas HAM) mengungkapkan bahwa banyak siswa di SMPN 22 dan SD 024 Tanjung Kertang Pulau Rempang, Batam yang terkena dampak penembakan gas air mata pada peristiwa bentrokan warga dan Kepolisian, Kamis 7 September 2023 lalu.

“Banyak siswa di SMPN 22 dan SD 024 telah terkena dampak tembakan gas air mata yang dilakukan oleh aparat kepolisian yang tentunya menimbulkan trauma di kalangan para siswa, itu atensi kami,” tegas Komisioner Mediasi Komnas HAM, Prabianto Mukti Wibowo kepada wartawan seusai mengunjungi SMPN 22 dan SD 024, Sabtu 16 September 2023.

Ia mengatakan, pihaknya akan segara membicarakan hal tersebut dengan pihak Kepolisian.

“Setelah kami mendapatkan penjelasan langsung dari para Kepala Sekolah dan Guru setempat, kami akan membicarakan dengan pihak Kepolisian terhadap tindakan yang telah mereka lakukan, apakah hal ini memang dibenarkan sesuai dengan SOP atau ada unsur pelanggaran dari SOP tersebut, tentunya ini membutuhkan penyelidikan lebih lanjut,”jelasnya.

Sementara itu, Komisioner Pendidikan dan Penyuluhan Komnas HAM, Putu Elvina menyoroti soal trauma healing terhadap para siswa yang terkena dampak penembakan gas air mata.

“Kita berharap pemerintah dan institusi terkait yang memiliki Tugas dan Fungsi untuk memberikan trauma healing agar segera mengidentifikasianak-anak yang terdampak langsung, karena kalau hanya satu kunjungan saja tidak bisa memastikan berapa sebenarnya yang terdampak,”ujarnya.

“Dipermukaan memang tidak terlihat, mereka ketawa, ceria, beraktivitas seperti biasa, tapi trauma itu tata laksananya tidak seperti itu, jadi butuh pertemuan dan konseling lanjutan konseling, terutama anak-anak yang paling terdampak,”lanjut Putu.

Kata dia, siswa dan guru SMPN 22 banyak yang terdampak, jadi harus diambil langkah-langkah untuk penanganan trauma healing.

“SD 024 juga seperti itu, anak-anak SD disini malah karena lebih muda pasti dampaknya lebih berat, memang belum terlihat saat ini dipermukaan, tapi saya fikir psikolog pasti mengetahui bagaimana penanganan trauma. Jadi tidak boleh hanya melihat sekali, lalu kemudian memberikan kesimpulan mereka sehat-sehat saja,”tegasnya.

“Perlu Assessment mendalam, kami berharap para stakeholder untuk bisa memberikan trauma healing dan segera melakukan tindakan-tindakan terapi maupun konseling. Kita juga berharap laporannya bisa diberikan ke Komnas HAM,”pungkasnya.

Page: 1 2

Redaksi - SWARAKEPRI

View Comments

Recent Posts

Halo Robotics Sukses Gelar Drone Talks @ The Mulia, Dorong Inovasi Keamanan dengan Otomasi & AI

Halo Robotics dengan bangga mengumumkan kesuksesan acara Drone Talks @ The Mulia yang diselenggarakan pada…

4 jam ago

Jelang Keputusan The Fed: Bitcoin Melonjak Hampir USD $60.000 Lagi

Harga Bitcoin kembali mengalami koreksi dan turun di bawah USD $60 ribu, menjelang keputusan suku bunga…

5 jam ago

BARDI Smart Home: Dari Garasi ke 4 Juta Pengguna – Apa Rahasianya?

Ketika banyak perusahaan lokal berjuang untuk bertahan hidup di tengah krisis pandemi, BARDI Smart Home…

6 jam ago

Elnusa Petrofin Kembali Gelar Program CSR ASIAP untuk Kurangi Sampah Laut di Desa Serangan, Bali

BALI - Permasalahan lingkungan akibat sampah plastik masih menjadi tantangan serius bagi kelestarian ekosistem laut…

12 jam ago

Uji Kompetensi Bahasa Inggris, 32 Tim Peserta Ikuti Yos Sudarso Debating Championship 2024

BATAM - Yos Sudarso Debating Championship 2024 mulai digelar hari ini, Sabtu (21/09/2024). Kepala Sekolah…

12 jam ago

Gugatan HNSI Batam terhadap Kapal MT Arman 114 Diputus N.O

BATAM – Majelis Hakim Pengadilan Negeri Batam menjatuhkan putusan Niet Ontvankelijke Verklraad(N.O) atas gugatan Perbuatan…

13 jam ago

This website uses cookies.