Mengapa Gempa Cianjur Memiliki Daya Rusak Besar?

Meski gempa di Cianjur dan sekitarnya pada Senin hanya memiliki magnitudo 5,6 pada skala Richter, kerusakan bangunan yang terjadi cukup masif. Pakar menyebut, setidaknya ada lima faktor mempengaruhi kondisi itu.

Lebih dari dua ratus orang dinyatakan meninggal dunia hingga Selasa (22/11) siang, dengan lebih dua belas ribu rumah rusak di Cianjur dan sekitarnya. Data ini akan terus berubah seiring pencarian korban dan pencatatan kerusakan yang dilakukan berbagai pihak, dalam koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Geolog dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Dr Wahyu Wilopo menyebut sejumlah faktor yang mempengaruhi besarnya kerusakan bangunan dalam gempa Cianjur. Kerusakan bangunan inilah yang diyakini berkorelasi langsung terhadap tingginya jumlah korban meninggal dan luka-luka.

“Yang pertama, itu adalah intensitasnya. Intensitasnya tinggi, dia pasti rusaknya lebih banyak. Kemudian yang kedua adalah durasi, waktu gempa. Semakin lama terjadi semakin tinggi. Kemudian yang ketiga, adalah jarak dari titik pusat gempa. Semakin dekat, dampaknya semakin besar,” kata Wahyu kepada VOA, Selasa (22/11).

Tim penyelamat membawa jenazah korban yang ditemukan dari bawah reruntuhan di sebuah desa yang terkena tanah longsor akibat gempa bumi di Cianjur, Jawa Barat, Selasa, 22 November 2022.(AP Photo/Rangga Firmansyah)

“Kalau kita lihat sesar Cimandiri ini kan dangkal. Data dari BMKG hanya 10 kilometer, dan di darat,” lanjut Wahyu.

Sesar Cimandiri yang disebut Wahyu, adalah patahan yang membentang mulai Pelabuhan Ratu di Banten hingga ke kawasan Padalarang di Kabupaten Bandung Barat. Sesar itu sendiri secara detail terbagi dalam sejumlah segmen yang membentang di antara kota-kota kecil, baik di Sukabumi maupun Cianjur.

Faktor keempat, lanjut Wahyu adalah tanah atau batuan yang menyusun wilayah tersebut. “Karena tanah dan batuan itu bisa mempengaruhi amplifikasi dari gelombang gempanya. Semakin tanahnya loose, maka amplifikasinya semakin besar,” tambahnya.

Salah satu contoh menarik dari faktor ini terjadi dalam gempa Bantul pada 2006. Pusat gempa berada di darat, di wilayah perbatasan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul. Namun, pusat kerusakan terjadi di Bantul, sementara Gunungkidul mencatatkan angka kerusakan bangunan dan korban yang relatif sedikit. Faktornya adalah karena Gunungkidul berada di wilayah batuan yang lebih kokoh, daripada Bantul yang ada di kawasan tanah landai.

“Jadi kalau bangunan berada di batuan dasar yang keras, maka amplifikasi gempa itu bisa direda. Tapi, kalau dia ada di tanah yang lepas, itu biasanya malah getarannya teramplifikasi lebih tinggi,” ujar Wahyu.

Seorang perempuan berjalan melewati reruntuhan bangunan yang rata dengan tanah akibat gempa Senin di Cianjur, Jawa Barat, Selasa, 22 November 2022. (AP Photo/Tatan Syuflana)

Faktor kelima adalah kualitas bangunan yang ada di kawasan itu sendiri.

Wahyu mengingatkan, Pusat Gempa Nasional telah memiliki peta rawan gempa di seluruh wilayah, berikut sesar atau patahannya. Seharusnya peta itu dijadikan pedoman tata ruang, apakah sebuah kawasan dapat dihuni atau tidak. Atau, jika sebuah kawasan dapat dihuni, pemerintah harus membuat pedoman bangunan, yang mensyaratkan kekuatannya terhadap potensi gempa tertentu.

Wahyu memberi contoh, di Selandia Baru, pengembangan wilayah sangat memperhatikan peta rawan gempa. Di zona patahan, dalam radius 200 meter tidak boleh ada bangunan apapun berdiri, dan biasanya dimanfaatkan untuk taman atau fasilitas sejenis. Sedangkan untuk area berikutnya, akan diterapkan pedoman bangunan yang ketat. Fungsinya justru untuk melindungi masyarakat dari dampak gempa itu sendiri.

“Karena, sebenarnya gempa itu kan kegiatan yang berulang. Cuma kita enggak tahu rentangnya berapa waktu lama. Semakin lama terulangnya, maka kekuatan gempanya juga semakin tinggi,” tegasnya.

Page: 1 2 3

Redaksi - SWARAKEPRI

Recent Posts

Kolaborasi, Tantangan dan Etika dalam Peliputan Isu Lingkungan

Webinar Jurnalisme Lingkungan oleh LindungiHutan telah digelar pada 4-5 September 2024. LindungiHutan telah menyelenggarakan webinar…

2 jam ago

Lewat Kolaborasi dengan DATAYOO, Eratani Terapkan Precision Farming Berbasis Satelit

Jakarta, 19 September 2024 – Eratani, startup agritech yang menyediakan solusi pertanian holistik, resmi menjalin…

3 jam ago

PT Dua Samudera Perkasa Sukses Selenggarakan Diklat Mooring Unmooring dengan Port Academy

PT Dua Samudera Perkasa dengan bangga menggelar Diklat Mooring Unmooring bersertifikasi BNSP bekerja sama dengan…

9 jam ago

Maxy Academy Hadirkan Pelatihan “Digital Marketing 101” untuk Persiapkan Ahli Pemasaran Digital Masa Depan

Maxy Academy mengumumkan pelatihan terbaru bertajuk "Digital Marketing 101: Sosial Media Marketing (Daring)", yang dirancang…

10 jam ago

Halo Robotics Sukses Gelar Drone Talks @ The Mulia, Dorong Inovasi Keamanan dengan Otomasi & AI

Halo Robotics dengan bangga mengumumkan kesuksesan acara Drone Talks @ The Mulia yang diselenggarakan pada…

15 jam ago

Jelang Keputusan The Fed: Bitcoin Melonjak Hampir USD $60.000 Lagi

Harga Bitcoin kembali mengalami koreksi dan turun di bawah USD $60 ribu, menjelang keputusan suku bunga…

16 jam ago

This website uses cookies.