IOM: Lebih dari 100 orang dalam perahu itu adalah anak-anak.
Muhammad Taher sadar bahwa dia mempertaruhkan nyawanya ketika memutuskan untuk meninggalkan kamp pengungsian di Bangladesh dan naik sebuah perahu ringkih ke Indonesia, tetapi laki-laki Rohingya itu tetap melakukannya untuk apa yang diharapkannya sebagai jalan menuju masa depan yang lebih baik bagi keluarganya.
Pria berusia 38 tahun itu hampir harus mengubur mimpinya.
Seminggu setelah berlayar dengan lebih dari 180 penumpang, mesin perahu itu rusak, memaksa penumpang yang berada di dalamnya memasang layar seadanya dari lembaran plastik. Tidak lama kemudian perbekalan habis. Penumpang yang kelaparan dan dehidrasi harus minum air laut, kenangnya.
“Banyak yang meninggal selama perjalanan karena kelaparan dan tidak ada makanan. Ada 20 orang,” kata Taher kepada BenarNews dalam wawancara telepon. Mayat mereka, tambahnya, dibuang ke laut.
Taher berbicara dari Pidie, sebuah kabupaten di provinsi Aceh di mana dia dan puluhan penumpang lainnya berlabuh dengan perahu mereka pada hari Senin setelah lebih dari sebulan di laut. Seorang relawan LSM setempat membantu wawancara, menerjemahkan bahasa Melayu Taher yang terpatah-patah ke dalam Bahasa Indonesia.
“Di atas kapal, kami tidak bisa berbaring. Semua orang duduk karena jumlah kami terlalu banyak,” kata Taher.
Sebuah video yang dibagikan oleh penduduk setempat menunjukkan warga Rohingya yang tiba pada hari Senin, termasuk banyak perempuan dan anak-anak. Setelah turun dari perahu, mereka terlihat menjatuhkan diri di pantai, tampak kurus dan kelelahan. Beberapa terdengar meratap.Sehari sebelumnya, pada Minggu, perahu kayu lain dengan hampir 60 pengungsi Rohingya – semuanya laki-laki – mendarat di pesisir lainnya di Kabupaten Aceh Besar.
“Semuanya laut”
Sementara polisi setempat mengatakan bahwa 185 orang telah turun dari perahu itu, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dan Kantor PBB untuk Pengungsi, UNHCR, merevisi jumlah tersebut menjadi 174. Menurut informasi dari IOM, 107 anak-anak termasuk dalam rombongan tersebut.
“Mereka yang diselamatkan berada dalam kelelahan dan mengalami dehidrasi setelah sebulanan terombang-ambing di lautan,” kata UNHCR, Selasa.
“Para penyintas di antara 174 orang yang tiba kemarin mengatakan kepada UNHCR bahwa sekitar 26 orang tewas dalam perjalanan panjang ini karena kondisi yang mengerikan di atas kapal.”
Ann Maymann, perwakilan UNHCR di Indonesia, berterima kasih kepada pihak berwenang Indonesia dan masyarakat di Aceh yang telah mengizinkan para pengungsi Rohingya turun.
“Tindakan ini membantu menyelamatkan nyawa manusia, mengakhiri cobaan yang menyiksa bagi mereka yang putus asa,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Jakarta, November 2024 – INKOP TKBM kembali bekerja sama dengan Port Academy untuk menyelenggarakan Diklat…
Mengapa Anda Tidak Boleh Lewatkan Acara Ini? Ini adalah kesempatan pertama di Indonesia untuk memiliki TCG One…
Layanan SIP Trunk adalah layanan telepon yang dilakukan melalui jaringan internet, layanan SIP Trunk menjadi…
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencatatkan kenaikan tipis sebesar 14 sen, atau 0,2%,…
Musik telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, dan dengan kemajuan teknologi, mendengarkan musik semakin…
BATAM - Kepala Badan Pengusahaan Batam (BP Batam), Muhammad Rudi menerima sekaligus mendengarkan paparan Laporan…
This website uses cookies.