Categories: NASIONAL

Pentingnya Membangun Ekosistem Masyarakat Penyiaran Digital

TANGERANG – Membangun ekosistem masyarakat penyiaran digital merupakan langkah tepat bagi percepatan transformasi siaran televisi analog menuju siaran televisi digital.

Ekosistem ini meliputi masyarakat umum sebagai pemirsa, regulator sebagai kontrol dan pembuat kebijakan serta industri sebagai produsen tayangan.

Komisioner Komisi Penyiaran Informasi (KPI) Pusat, Yuliandre Darwis, dalam Webinar bertajuk menjaga Indonesia dan perbatasan melalui penyiaran digitaldi wilayah perbatasan pada Senin (16/11/2020), mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir terhadap transisi televisi analog ke televisi digital.

“Internet sudah pasti TV Digital. Tapi TV digital bukan berarti internetisasi televisi,” katanya.

Andre menjelaskan, siaran TV digital seberarnya adalah perubahan konsep audio visual yang selama ini tidak terpancar jernih serta delay maka dengan teknologi digital kekuatan visual televisi akan lebih jernih.

“Ini konteks TV Digital. Yaitu pada visual gambar. Pemahaman ini yang perlu dimiliki masyarakat,” ungkapnya.

Kenapa TV tabung tidak bisa digunakan untuk menonton tayangan TV digital, lanjut dia, adalah karena teknologi televisi tersebut memang tidak mendukung untuk mengakses siaran TV digital.

Kemudian terkait regulasi atau peraturan siaran TV digital juga tidak perlu ditakutkan akan menghambat pertumbuhan industri televisi.

“Tidak perlu kita khawatir bahwa regulasi akan menghambat industri. Karena regulasi dibikin untuk menumbuh kembangkan industri,” tegas dia.

Industri penyiaran terus tumbuh dan kuantintas bertambah. Sebelum UU Penyiaran dibuat jumlah televisi di Indonesia sangat sedikit. Setelah regulasi ini di buat, industri televisi berkembang pesat.

“Jika kuantitas industri penyiaran tinggi maka persaingan menjadi ketat dan potensi industri yang jatuh juga tinggi,” katanya.

“Saya kira yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana menjaga ekosistem penyiaran yang sehat dan berkualitas,” ungkap Andre.

Selain itu ia juga menyampaikan bahwa lembaga penyiaran juga harus melakukan autokoreksi dan evaluasi terhadap pengawasan kualitas tayangan.

Bagaimana kualitas siaran yang baik dan mampu bersaing dengan konten berkualitas dari luar negeri supaya tidak ditinggal oleh penonton.

“Jika kualitas tayangannya buruk maka tidak salah ditinggal oleh pemirsa,” tegasnya.

Memang, ia menyadari bahwa membangun ekosistem masyarakat penyiaran digital bukanlah sesuatu yang mudah.

Namun, membangun ekosistem tersebut adalah pendorong bagi percepatan transformasi penyiaran analog menuju penyiaran digital./Din

Sholihul Abidin - SWARAKEPRI

Recent Posts

CSI LRT Jabodebek Capai 4,63 di Semester I 2025, Bukti Makin Dipercaya Masyarakat

LRT Jabodebek mencatatkan capaian positif pada Indeks Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction Index/CSI) Semester I 2025…

2 jam ago

Rumah Terasa Sempit? Saatnya Memperbesar Ruang untuk Keluarga yang Bertumbuh

Seiring waktu, keluarga kita tidak hanya tumbuh secara emosional, tapi juga secara fisik. Anak yang…

2 jam ago

KAI Sumut Cari Pelaku Pelemparan terhadap KA di Kab. Asahan, Asisten Masinis Alami Luka di Wajah

PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional I Sumatera Utara mengecam keras aksi pelemparan terhadap…

3 jam ago

Cara Merawat Kompor Tanam Gas: Tips Agar Awet, Aman, dan Tetap Elegan

Inilah beberapa cara merawat kompor tanam gas agar awet, aman, dan tetap elegan. Dengan rutin…

8 jam ago

BRI KCP Kalisari dan Kecamatan Pasar Rebo Dorong UMKM Naik Kelas Lewat Pemanfaatan AI

Jakarta Timur – Sebagai bentuk komitmen dalam mendukung pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan…

10 jam ago

Tanam 16.000 Bibit Mangrove, PT Pelindo Solusi Logistik Perkuat Ekosistem Blue Carbon untuk Mitigasi Perubahan Iklim

PT Pelindo Solusi Logistik (“SPSL”) sebagai subholding BUMN Kepelabuhanan Pelindo mempertegas komitmennya mendukung upaya global…

10 jam ago

This website uses cookies.