Kandidat yang diunggulkan adalah mantan wakil perdana menteri dan menteri keuangan Tharman Shanmugaratnam, yang sudah lama menjadi pendukung PAP sebelum ia mengundurkan diri menjelang pencalonannya.
Ekonom berusia 66 tahun tersebut dianggap mendapat dukungan pemerintah dan ditanyai tentang independensinya selama kampanye.
Pergeseran Dukungan
Kandidat lainnya, mantan eksekutif asuransi Tan Kin Lian, 75 tahun, mendapat dukungan dari beberapa pemimpin oposisi.
Pesaing ketiga, Ng Kok Song, 75 tahun, adalah mantan kepala investasi di dana kekayaan negara Singapura, GIC, yang mengelola cadangan devisa negara.
“Pemilihan presiden semakin diperlakukan sebagai pemilu,” kata Mustafa Izzuddin, analis politik di konsultan Solaris Strategies Singapura.
“Peningkatan dalam pemungutan suara protes diperkirakan terjadi karena sentimen yang bimbang terhadap pemerintah yang berkuasa,” tukasnya.
PAP baru-baru ini diguncang oleh skandal politik, sebuah hal yang jarang terjadi di kota yang memiliki reputasi pemerintahannya yang bersih sehingga dapat menjadi pusat internasional bagi berbagai industri seperti keuangan dan penerbangan.
PAP mengalami kinerja pemilu terburuknya pada 2020, tetapi tetap mempertahankan lebih dari dua pertiga mayoritasnya.
Memilih adalah wajib bagi lebih dari 2,7 juta warga negara Singapura yang memenuhi syarat. Mereka yang tidak memilih tanpa alasan yang sah berisiko dicoret dari daftar pemilih.
Singapura menetapkan syarat bagi calon presiden di mana kandidat harus pernah menjabat sebagai pegawai negeri senior atau kepala eksekutif sebuah perusahaan dengan ekuitas pemegang saham setidaknya 500 juta dolar Singapura atau sekitar Rp5,65 triliun pada kurs saat ini./VOA