Categories: HUKRIM

Selviana Nekat Gantung Diri di Pohon Kakao, Ini Alasannya

TORAJA – Perempua muda bernama Selviana(21), warga Kampung Surakan, Toraja memilih mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di pohon kakao karena tidak sudi dijodohkan dengan lelaki pilihan orang tuanya.

 

Kapolres Toraja, AKBP Arief Satriyo menyatakan bahwa berdasarkan keterangan Laisaung, ibu korban, putrinya itu dijodohkan dengan lelaki yang usianya lebih tua 20 tahun. Awalnya menurut dia, Selviana menerima perjodohan itu. Dia menduga anaknya itu dihasut menolak perjodohan dan berubah pikiran.

 

“Beberapa hari terakhir sikap Selviana berubah, lebih banyak diam,” kata Arief menirukan keterangan orang tua korban, Minggu (17/1/2016).

 

Hingga akhirnya, kata Arief, pada Rabu (13/1), Selviana ditemukan tergantung dengan tali di atas pohon kakao dalam kebun kakao, sekira 300 meter dari rumah korban. Yang pertama kali menemukan adalah kakak korban. Dia langsung teriak dan cepat-cepat memotong tali mengikat leher adiknya.

 

“Langsung dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi sekarat. Namun baru tiba sepuluh menit di rumah sakit, korban mengembuskan napas terakhirnya,” ucap Arief.

 

Kasus gantung diri di atas pohon kakao kembali terjadi tiga hari berikutnya. Yakni di Kampung Maruang, Kelurahan Padangiring, Kecamatan Rantetayo, Kabupaten Tator, Sabtu, (16/1), sekira pukul 13.00 WITA.

 

Kali ini yang bunuh diri adalah seorang ibu rumah tangga bernama Anastasia Papidunan (43). Yang pertama kali menemukan adalah anaknya, Resianti (7). Anak ini menemukan ibunya tergantung di atas pohon kakao dengan seutas tali nilon warna kuning, terikat pada leher korban.

 

Dia langsung berteriak. Jeritannya didengar oleh suami korban, Martinus Sanda, dan Novianti, keponakan korban. Keduanya langsung berlari ke kebun kakao di belakang rumah.

 

“Korban sudah tidak bernyawa saat ditemukan oleh anggota keluarganya. Lalu Martinus suami korban memotong tali yang menggantung leher istrinya, dan membawanya ke rumah sakit,” sambung Arief.

 

Dalam dua kasus bunuh diri terjadi dalam sepekan itu, Arief menyatakan kerabat kedua korban menolak autopsi. Alasannya mereka menerima kematian korban murni bunuh diri.

 

“Memang tidak ada tanda-tanda penganiayaan di tubuh Selviana dan Anastia. Tanda-tanda bunuh diri yang lebih jelas, yakni lidah menjulur dan keluar kotoran di bagian tubuh belakang dan depannya,” tutup Arief.

Sumber : merdeka.com

Redaksi - SWARAKEPRI

Share
Published by
Redaksi - SWARAKEPRI

Recent Posts

Di Balik Yayasan Jumat Pagi, Ada Sosok Ir. Novrizal dan Relawan yang Tak Pernah Lelah

LINGGA – Dari langkah kecil yang dilakukan dengan tulus, sebuah gerakan sosial bernama Jumat Pagi…

15 jam ago

Umumkan Idul Fitri 31 Maret 2025, Ketua MUI Siak Hulu Juga Sampaikan Hal Penting ini

RIAU - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Siak Hulu H. Azmi Tamin Aminullah resmi…

16 jam ago

Kerugian Negara Kasus Korupsi Revitalisasi Pelabuhan Batu Ampar Masih Dihitung

BATAM - Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirkrimsus) Polda Kepri, Kombes Silvestre Simamora mengatakan kerugian negara…

3 hari ago

PT. RBM Bangun Gedung Fakultas Kedokteran PTN Pertama di Kepri

KEPRI - PT. Rancang Bangun Mandiri (PT. RBM) resmi menjadi kontraktor pelaksana pembangunan Gedung Fakultas…

3 hari ago

WSBP Catatkan Pertumbuhan Pendapatan 31,58% Sepanjang 2024

Jakarta, Maret 2025. PT Waskita Beton Precast Tbk (kode saham: WSBP) berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan…

3 hari ago

Model Bersertifikasi Kolaborasi Hisense × Devialet Dirilis, Mengawali Era Baru Efek Suara Imersif

Setelah kolaborasi antara Hisense dan merek audio kelas atas Devialet, model-model bersertifikat dirilis satu demi…

3 hari ago

This website uses cookies.