BATAM – Minimnya kesadaran masyarakat Kota Batam untuk mendahulukan mobil ambulance di jalan raya menggerakkan sebagian orang ini membentuk sebuah komunitas pengawal ambulance.
Komunitas yang diberi nama Indonesian Escorting Ambulance (IEA) ini bukan hanya berperan dalam mengawal ambulance saja. Namun ternyata aktif dalam sosialisasi tindakan masyarakat terhadap kondisi emergency.
Anggota IEA Batam Waitson Gerard mengatakan bahwa komunitas ini sebenarnya didirikan dengan sukarela. Pendirian IEA sendiri dilatarbelakangi pengalaman para anggotanya yang pernah mengalami gangguan perjalanan emergency ambulance saat membawa pasien dengan kondisi kritis.
“Komunitas ini berdiri dengan anggota relawan yang berbuat tanpa berharap,” katanya, Selasa (5/11/2019).
Aktifitas komunitas ini adalah membantu mengawal ambulance dalam kondisi darurat baik penjemputan maupun pengantaran pasien ke rumah sakit.
“Bahkan sampai pengambilan sampel darah pukul 02.00 WIB pagi pun kami kawal,” ujar dia.
Waitson bercerita, pihak rumah sakit biasanya menghubungi komunitasnya jika membutuhkan pengawalan. Sehingga anggota mereka yang standby langsung menuju rumah sakit tertentu guna melakukan pengawalan ambulance.
Saat melakukan pengawalan ini, mereka menggunakan perlengkapan sesuai peraturan lalu lintas. Ditambah lagi dengan pengeras klakson motor dan lampu stik sebagai penanda saat berkendara.
“Kami juga menggunakan pakaian lengkap serta rompi yang dilengkapi dengan reflektor agar tetap terlihat di malam hari,” terang dia.
Waitson berpendapat bahwa kesadaran masyarakat untuk mendahulukan ambulance dapat timbul apabila masyarakat membayangkan keluarganya atau bahkan dirinya yang sedang berada dalam keadaan tersebut.
Dengan demikian masyarakat juga dapat membantu menggerakkan pengendara lain untuk memberikan jalan terhadap ambulance emergency tersebut.
Rohmad salah seorang pengemudi ambulance RSUD Embung Fatimah membenarkan tentang perilaku masyarakat yang masih kurang mengerti tindakan apa yang harus dilakukan saat ambulance emergency melintas di jalan raya.
“Padahal sesungguhnya dalam kondisi seperti ini ambulance emergency berpacu dengan waktu. Lambat sedikit, nyawa orang taruhannya,” ungkap Rohmad saat ditemui di RSUD Embung Fatimah, Sabtu (2/11/2019).
Di jalan, lanjut Irawan, masyarakat sering kali tidak membuka jalan bagi ambulance. Kadang mereka saling tunggu. Kalau pengendara yang di depan belum bergerak, yang belakang pun tidak mau bergerak juga. “Sampai-sampai kita terbawa emosi,” cetusnya.
Sementara itu warga Batam Centre, Daryl, mengaku bahwa pengendara sebenarnya bukan tidak mau membuka jalan untuk ambulance. Hanya saja menurut dia terkadang kondisi jalan yang tidak memungkinkan.
“Seperti jalanan yang terlalu padat sehingga tidak bisa bergerak terlebih lagi ketika macet terjadi,” ujar pengendara motor ini, Senin (4/11/2019).
Daryl menambahkan bahwa ada kepercayaan masyarakat yang saat ini berkurang terhadap bunyi sirine ambulance. Dari pengalamannya, ia pernah mendapati supir ambulance yang menyalakan lampu rotator dan sirine padahal sedang tidak membawa pasien.
“Sehingga timbul anggapan di masyarakat bahwa ambulance tersebut kosong dan tidak ada keperluan darurat,” pungkas dia.
Citizen: Claurence
Editor: Abidin
Jakarta, November 2024 – INKOP TKBM kembali bekerja sama dengan Port Academy untuk menyelenggarakan Diklat…
Mengapa Anda Tidak Boleh Lewatkan Acara Ini? Ini adalah kesempatan pertama di Indonesia untuk memiliki TCG One…
Layanan SIP Trunk adalah layanan telepon yang dilakukan melalui jaringan internet, layanan SIP Trunk menjadi…
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencatatkan kenaikan tipis sebesar 14 sen, atau 0,2%,…
Musik telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, dan dengan kemajuan teknologi, mendengarkan musik semakin…
BATAM - Kepala Badan Pengusahaan Batam (BP Batam), Muhammad Rudi menerima sekaligus mendengarkan paparan Laporan…
This website uses cookies.