Categories: Natuna

Yohanes Imbau Satpol PP Rutin Razia Pelajar yang Main Game saat Jam Belajar

NATUNA – Ketua Komisi II DPRD Kabupten Natuna Yohanes mengimbau kepada satuan Satpol PP Natuna untuk melakukan razia rutin sesuai Peraturan Daerah (Perda) yang sudah dikeluarkan oleh Pemkab Natuna, terhadap Siswa/pelajar pada saat jam belajar yang berada di Kecamatan Bunguran Timur. Apalagi pada saat jam belajar asik menikmati game online pada titik koordinat yang sudah menjadi target, sesuai Perda.

Survei membuktikan akibat buruk untuk hal ini jelas terbukti. Contohnya ada 10 dampak terburuk yang viral terdengar saat ini. Pertama penurunan konsentrasi belajar. Karena fokus yang hanya terarah pada game online juga berpengaruh pada turunnya konsentrasi belajar para gamers yang pada umumnya adalah pelajar.

Menghabiskan banyak waktu di warnet atau untuk sekedar bermain game di smartphone mengakibatkan pelajar lebih aktif memikirkan bagaimana cara untuk menyelesaikan tahap awal untuk maju ke tahap berikutnya atau bagaimana caranya untuk mengalahkan lawan bermainnya, tanpa peduli tentang pelajarannya.

Selanjutnya Yohanes mengatakan, sebuah survei mengatakan bahwa lebih dari 1200 orang yang bermain game online mengalami halusinasi karena kerap merasakan sensasi dan efek-efek suara yang sering kali mereka dengar setelah bermain.

Bahkan seorang pemimpin penulis studi Angelica Ortiz de Gortari dari Nottingham Trent University Inggris pernah mengatakan bahwa ‘objek dan peristiwa yang terstimulasikan di video game telah berubah menjadi objek evokatif. Dimana pikiran para gamer seolah melengkapi serpihan puzzle, dan mereka melihat serta mendengar apa yang mereka harapkan karena video game yang telah dimainkannya’.

Insomnia terjadi karena pemain game online pada umumnya terlalu sering berhadapan dengan laptop atau smartphone sehingga menimbulkan kurangnya produksi hormon melatonin yang dalam bidang kedokteran hal tersebut sebenarnya sangat baik bagi kesehatan.

Namun karena berkurangnya hormon tersebut yang disebabkan oleh game online dapat menyebabkan susah tidu bagi para gamers. Sehingga, itu dapat berakibat fatal baik pada bidang akademik pelajar ataupun kesehatan dari seorang pelajar tersebut.

Radiasi yang ditimbulkan oleh komputer dan alat digital lain seperti smartphone atau laptop memiliki banyak sekali efek buruk bagi kesehatan. Dengan memainkan game online setiap hari dan berjam-jam dengan menggunakan smartphone atau komputer ternyata mempermudah efek buruk tersebut berdampak pada gamers.

Radiasi, bahayanya dapat mengancam masa depan para gamers karena radiasi dalam ilmu kedokteran disebutkan akan menyebabkan turunnya kualitas sperma seseorang atau bahkan menyebabkan kemandulan.

“Mata seolah dipaksa untuk menatap layar smartphone atau komputer dalam waktu yang begitu lama akan membuat mata mudah letih, memerah dan bahkan akan menyebabkan cacat mata yakni rabun dekat disertai sakit kepala. Sehingga organ dalam mata anda akan cepat rusak,” terangnya.

Senada dengan itu Wakil Komisi II DPRD Natuna Marzuki menambahkan seharusnya Dinas Kominfo Natuna harus membatasi jaringan Wi-Fi yang ada di Natuna ketika jam malam tiba, disesuaikan dengan Perda yang sudah dibuat oleh pemerintah daerah.

Pasalnya, ditambahkannya, ganguan yang terjadi, seperti pada masalah pencernaan yang timbul dikarenakan para pelajar yang terlampau asik bermain melupakan waktu makannya. Hal tersebut akan menjadi masalah di kemudian hari karena jika pola makan tak teratur terus menerus terjadi, akan timbul penyakit seperti maag, luka pada usus dan lain sebagainya.

perubahan pola pikir dan karakter. Seperti mood-changer yang merupakan kondisi dimana game online ini menjadi penentu mood seseorang atau pelajar itu sendiri. Kenapa? Karena apabila kita lihat seseorang yang sedang asik dan seriusnya bermain game online, pasti ketika ia merasa jengkel karena kalah, tak mampu bermain bagus atau tak mampu mengungguli lawannya akan muncul amarah yang meledak-ledak.

Bahkan ada beberapa pelajar yang suka melampiaskan kemarahannya dengan memukul-mukul tangannya ke meja atau bahkan berteriak seenaknya.

Relating dengan masalah pertama. Biasanya ketika para remaja atau pelajar mengalami kesulitan atau setidaknya kalah dalam bermain, mereka akan dengan mudah mengeluarkan kata-kata atau istilah-istilah makian yang tidak pernah sebelumnya ada dalam benak mereka.

Segala sesuatu yang bersifat online pasti tidak luput dari yang namanya kuota internet. Otomatis jika game tersebut dimainkan lewat smartphone tentu saja membutuhkan kuota internet. Kuota internet harus dibeli jika habis. Apa yang terjadi jika hal tersebut menjadi siklus berulang tiap harinya? Tentu saja, para pelajar merasa seolah dituntut untuk mengeluarkan uang tiap harinya dan itu pastinya boros sekali.

Ketika sedang asik-asiknya bermain atau war (istilah yang biasa digunakan ketika para online gamers melakukan pertempuran), ternyata jika mereka dihadapkan pada kondisi dimana ada beberapa teman se-clan atau timnya yang ceroboh sehingga menyebabkan mereka kalah, mereka akan mudah merasa kesal dan marah. Hal tersebut akan mendorong anak/pelajar yang merasa dirugikan untuk menyalahkan orang yang menyebabkan clannya kalah bermain. Tak jarang timbul percek-cokkan atau ego antara pelajar, saling menyalahkan bahkan saling memaki. Sehinggga contoh tersebut tidak baik untuk dilakukan terutama oleh pelajar.

Ternyata ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa otak tak akan terstimulasi jika terus-terusan bermain game komputer. Hal tersebut dihasilkan berdasarkan penelitian yang dilakukan Ryuta yang membandingkan kinerja otak anak-anak yang sering memainkan game komputer dengan anak-anak yang lebih banyak belajar aritmatika.

Juga terjadi autisme. Dimana terjadi gangguan perkembangan neurologis berat yang mempengaruhi cara seseorang berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Sebuah penelitian menemukan bahwa pemain game online biasanya hanya terpaku pada permainannya saja tanpa peduli dengan lingkungan sosialnya yang akan menyebakan masalah kepribadian, seperti kurang percaya diri, introvert, sering mengalami cemas yang berlebihan dan juga takut yang berlebihan.

“Bersama kita perangi anak-anak pelajar kita yang sudah menjadi pecandu game online berlebihan. Masa depan mereka ditentukan oleh hari-hari ini, dimana masa mereka fokus pada belajar dengan tekun. Apa lagi Perda sudah dikeluarkan untuk hal ini. Orang tua juga dibutuhkan peran aktif untuk menjaga masa depan anak kita,” tutupnya.

 

 

 

 

 

 

Penulis : Zubadri
Editor : Rumbo

Redaksi - SWARAKEPRI

Recent Posts

Lewat Kolaborasi dengan DATAYOO, Eratani Terapkan Precision Farming Berbasis Satelit

Jakarta, 19 September 2024 – Eratani, startup agritech yang menyediakan solusi pertanian holistik, resmi menjalin…

29 menit ago

PT Dua Samudera Perkasa Sukses Selenggarakan Diklat Mooring Unmooring dengan Port Academy

PT Dua Samudera Perkasa dengan bangga menggelar Diklat Mooring Unmooring bersertifikasi BNSP bekerja sama dengan…

6 jam ago

Maxy Academy Hadirkan Pelatihan “Digital Marketing 101” untuk Persiapkan Ahli Pemasaran Digital Masa Depan

Maxy Academy mengumumkan pelatihan terbaru bertajuk "Digital Marketing 101: Sosial Media Marketing (Daring)", yang dirancang…

7 jam ago

Halo Robotics Sukses Gelar Drone Talks @ The Mulia, Dorong Inovasi Keamanan dengan Otomasi & AI

Halo Robotics dengan bangga mengumumkan kesuksesan acara Drone Talks @ The Mulia yang diselenggarakan pada…

12 jam ago

Jelang Keputusan The Fed: Bitcoin Melonjak Hampir USD $60.000 Lagi

Harga Bitcoin kembali mengalami koreksi dan turun di bawah USD $60 ribu, menjelang keputusan suku bunga…

13 jam ago

BARDI Smart Home: Dari Garasi ke 4 Juta Pengguna – Apa Rahasianya?

Ketika banyak perusahaan lokal berjuang untuk bertahan hidup di tengah krisis pandemi, BARDI Smart Home…

14 jam ago

This website uses cookies.