Penurunan tersebut bisa dilihat dari nilai ekspor atau pangsa pasar yang bisa direbut kopi Indonesia. Patokan kedua adalah kemampuan bersaing kopi Indonesia di pasar internasional. Keduanya mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, kata Dwidjono.
“Pangsa pasar kita di dunia itu sayangnya beberapa tahun terakhir cenderung menurun. Nah ini harusnya sudah menjadi warning, bagaimana kita meningkatkan pangsa pasar kopi di luar negeri,” kata Dwidjono.
Melihat data yang ada di PBB, Dwidjono menilai ada sejumlah negara yang naik dalam dua sisi itu, baik dalam merebut pangsa pasar maupun dalam kemampuan bersaing secara kualitas.
Fokus perbaikan, salah satunya harus dilakukan di perkebunan terlebih dahulu.
“Karena sebagian besar produksi kita, dihasilkan oleh pertanian rakyat, hanya sedikit yang dari perkebunan besar dan perkebunan swasta. Saya melihat, di perkebunan rakyat ini ternyata sudah beberapa tahun ini agak tidak terperhatikan,” ujar Dwidjono.
Salah satu buktinya adalah ada cukup banyak pohon kopi berusia tua di Indonesia yang produktivitas dan kualitasnya rendah. Karena itulah peremajaan pohon kopi, terutama di di perkebunan rakyat, menjadi langkah yang harus diambil./VOA