Mempertahankan Rumah Adat
Pusat Komando Penanggulangan Bencana Gempa NTB mencatat gempa 2018 telah menyebabkan 73.312 unit rumah rusak berat, 30.911 unit rusak sedang dan 102.061 unit rusak ringan. Pemerintah mengeluarkan bantuan rumah bagi korban gempa, sebesar Rp50 juta untuk rumah rusak berat, Rp25 juta untuk rusak sedang dan Rp10 juta untuk rumah rusak ringan.
“Di saat yang sama, muncul keinginan masyarakat Bayan untuk kembali menggunakan rumah tradisional yang tahan gempa, tetapi terhalang oleh tingginya biaya yang dibutuhkan. Untuk membangun satu rumah tradisional yang beratap alang-alang dan berdinding bambu dengan pondasi kayu dibutuhkan sedikitnya Rp100 juta,” kata Rhiza Perdana Aliansyah, mahasiswa Teknologi Rekayasa Pelaksanaan Bangunan Sipil, Sekolah Vokasi, UGM yang tergabung dalam tim ini.
Tim mencatat, pegiat dan tokoh adat Bayan kemudian melakukan negosiasi kepada pemerintah. Meraka mengajukan model rumah modifikasi, yang didesain bersama Somasi dan Santiri Foundation, lembaga swadaya masyarakat yang konsen pada budaya dan arsitektur lokal. Kerja sama ini menghasilkan satu model rumah sebagai jalan tengah antara rumah tradisional dengan rumah modern.
“Model rumah ini bernama Bale Jajar, yang merupakan modifikasi pencampuran arsitektur dan penggunaan bahan material rumah tradisional dengan rumah modern,” jelas Rhiza.
Dengan upaya ini, masyarakat dapat membangun rumah dengan model modifikasi campuran antara rumah tradisional dan modern menggunakan dana bantuan pemerintah. Bale Jajar disahkan dan masuk ke dalam 18 jenis model rumah yang direkomendasikan Dinas PUPR pada program bantuan pembangunan rumah terdampak gempa.