Upaya Jangka Panjang
Tentu saja, upaya melestarikan warisan tak ternilai berupa arsitektur rumah adat ini harus terus berlanjut. Untunglah telah ada Sekolah Adat Bayan (SAB), dimana generasi muda bisa belajar mengenai kekayaan adatnya.
Anggota tim penelitian yang lain, Ubaidillah Hanif mengatakan, pasca gempa Lombok 2018 SAB menyelenggarakan pembelajaran secara adaptif. Mereka menyelenggarakan kelas di situs-situs budaya dan acara ritual adat, dengan titik perhatian pada upaya melestarikan kearifan lokal, khususnya Bale Bayan.
“Pendidikan adat oleh SAB merupakan pendidikan yang berbasis partisipasi. Transfer pengetahuan dan wawasan mengenai kearifan lokal terjadi dengan keterlibatan siswa, khususnya generasi muda, dalam acara ritual adat,” kata Ubaidillah Hanif.
Dalam konteks pelestarian kearifan lokal Bale Bayan, SAB berperan menjadi sarana transfer pengetahuan dari pemangku adat yang disebut Amaq Lokaq. Seperti jembatan, SAB menghubungkan Amaq Lokaq sebagai sumber pengetahuan kearifan lokal, dengan generasi muda.
Pembagian Ruang
Bale Bayan memiliki lima ruang utama, yaitu paon (tempat memasak), kamar dedara (kamar anak gadis), amben beleq (tempat meletakkan barang besar), inan bale (tempat menyimpan hasil panen di bawah), dan ruang umum. Inan bale berfungsi sebagai inti bangunan, sekaligus sebagai dasar struktur utama Bale Bayan.
Bale Bayan menggunakan jenis pondasi umpak, menggunakan batu sebagai tumpuan dari struktur tiang. Jenis pondasi ini sangat efektif meredam guncangan akibat gempa. Bale Bayan umumnya menggunakan kayu pisak sebagai tiangnya, karena tidak terlalu keras dan lentur sehingga tidak mudah patah, serta seratnya berminyak sehingga anti rayap. Struktur atas menggunakan kayu nangka atau kayu surian yang relatif ringan dan dianggap oleh masyarakat adat sebagai rajanya kayu.