BATAM – Bangunan bekas kegiatan MTQ Nasional ke-25 tahun 2014 di dataran Engku Putri Batam Center, Batam, Kepulauan Riau, sampai saat ini belum difungsikan.
Pantauan lapangan, ditemukan beberapa kerusakan bekas bangunan yang dibangun untuk kegiatan MTQ Nasional 2014 lalu, terutama di bagian pintu utara alun-alun engku putri. Kerusakan juga terlihat di tempat penanaman bunga, banyak tembok yang retak, dan coretan cat semprot yang di kerjakan oleh tangan-tangan jahil.
Para pengunjung yang mamasuki area alun-alun dari pintu masuk sebelah utara atau tepatnya di belakang halte Batam Center, akan mendapati pos penjagaan Satpol PP yang sudah kusam, sampah berserakan, bau pesing yang sangat menusuk hidung dan cat tembok yang sudah mengelupas.
Sekitar 10 meter dari pos penjagaan, disediakan toilet untuk pengunjung alun-alun kebanggaan warga Kota Batam tersebut. Tapi jangan kaget, kalau di toilet laki-laki akan ditemukan dua buah air kran yang tidak bisa di pakai, cat mengelupas, lampu penerang rusak, dan air dari tempat pembuangan air kecil yang mengucur deras yang sudah rusak krannya.
Mendekati bangunan Astaka, bekas venue MTQ Nasional 2014 yang berbentuk ornamen Masjid berwarna coklat muda, akan terdengar suara bor beton yang memekakkan telinga dan disertai getaran.
Didalam bangunan ini, sedang dilakukan renovasi beberapa bagian yang tengah rusak.
Salah satu pekerja yang ditemui dilokasi mengaku hanya menjalankan perintah dari perusahaan ketika ditanya sedang melakukan pekerjaan apa di area dataran engku putri.
“Maaf saya tidak paham mas, itu urusannya mandor saya, beliau lagi keluar,” ujarnya kepada Swarakepri.com, Kamis (25/8/2016) sore.
Kata dia, ada beberapa tempat yang harus di perbaiki di kawasaan tersebut, karena ada yang sifatnya segera di kerjakan untuk saat ini.
“Toilet mas, bagian belakang panggung sebelah kanan masih di renovasi,” terangnya.
Menurutnya, sistem kerja yang mereka lakukan bersifat borongan. “Makin cepat, makin bagus mas, biar keluar duit tagihannya,” ucapnya sambil tersenyum.
Meski demikian, dia mengaku banyak pemborong yang mengeluh dengan sistem penagihan di Pemko Batam, karena pembayaran sering tersendat-sendat.
“Itu resikonya mas kalau main proyek pemerintah,” ujarnya.
(RED/DRO)