BATAM – Belakangan kebakaran hutan mulai sering terjadi di Batam. Belum diketahui penyebab pastinya, banyak yang menduga karena perubahan iklim ekstrim. Kemarau panjang disebut-sebut pemicu munculnya sumber api.
Persoalan ini semakin mengkhawatirkan, sebab kebakaran hutan mulai merajalela. Semakin terlihat parah dengan adanya data laporan bahwa, pada Sabtu (21/02/2020) kemarin, kebakaran hutan terjadi di tiga titik yang berbeda dalam satu hari.
Salah satunya terjadi di kawasan hutan Tanjung Piayu, Kelurahan Duriangkang, Kecamatan Sei Beduk pada Sabtu (21/3) kemarin. Sinar api menyala membakar pepohonan kering dan semak belukar mulai terlihat dari pukul 14.30 WIB siang.
Humas Manggala Agni Daops Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (BPKHL) Kota Batam, Hermansyah mengatakan kobaran api baru berhasil dipadamkan petugas sekitar pukul 17.45 WIB sore. Dengan estimasi kebakaran terhitung selama tiga jam.
“Luas kawasan yang terbakar sekitar 2,5 sampai dengan 3 hektar,” kata Hermansyah.
Sementara itu katanya, kebakaran juga terjadi di Kawasan Hutan Lindung Monggak, Kecamatan Galang. Hampir dua hari lamanya tak kunjung padam. Dimana api muncul sejak Kamis (19/3) lalu, dan baru berhasil padam, pada Sabtu (21/3) sekitar pukul 18.00 WIB sore.
“Lokasi dekat dam Monggak. Sudah sejak dua hari lalu terbakar, proses pemadaman sulit dilakukan karena tidak ada akses ke lokasi, tapi akhirnya tim Manggala Agni berhasil memadamkan api sekitar pukul 18.00 WIB,” kata Hermansyah pada Sabtu (21/03/2020).
Lanjut kata dia, pada malam harinya giliran Kawasan Hutan Lindung Duriangkang, Kecamatan Sei Beduk yang dilalap api. Kebakaran dilaporkan terjadi sekitar pukul 19.00 WIB hingga sekitar pukul 23.00 WIB.
“Kami dari Tim Manggala Agni, PBK BP Batam, Damkar Pemko Batam turun berusaha mengatasi dan mematikan api yang berada di dam Duriangkang,” kata Hermansyah lagi.
Ya dari tiga peristiwa kebakaran tersebut, penyebabnya belum jelas apakah ada faktor kesengajaan atau tidak. Beberapa beranggapan ini dampak dari kemarau panjang.
Menanggapi hal ini, salah satu pegiat lingkungan di Batam, Rivandino menilai apapun penyebabnya seharusnya kelangsungan kawasan hutan dapat diperhatikan lebih serius lagi. Apalagi, saat ini Batam masih di dalam bayang-bayang ancaman krisis air bersih.
“Banyak penyebabnya, bisa jadi warga tidak sengaja membakar sampah, terus karena kering kemarau, api kecil menjalar jadi besar ke hutan. Cuma ya, kalau ditanya soal kemungkinan ulah pelaku pembalak liar, saya jawab tidak tahu. Mungkin saja,” katanya.
Kerugian akibat kebakaran hutan berpotensi meluas, salah satunya kerusakan hutan dapat menyebabkan rusaknya Daerah Tangkapan Air (DTA), berakibat kurangnya debit air dan berujung pada krisis air.
“Hal yang dikhawatirkan dengan rusaknya daerah tangkapan air, maka ketika air hujan masuk ke dam, yang dibawa adalah tanah. Imbasnya akan terjadi pendangkalan,” pungkasnya.
Lanjutnya, ia mengharapkan ada pengawasan dari pihak berwajib untuk mencegah kebakaran hutan kembali terjadi di Batam.
(Elang)