Dwi memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya selama 20 tahun di bidang accounting pada tahun 2019.
“Sebelum resign saya sebenarnya sudah sering menerima pesanan kue, tapi tidak banyak. Begitu mengenal program Kartu Prakerja saya senangnya minta ampun karena saya jadi lebih semangat mengasah kemampuan baking saya dengan bimbingan dari chef pelatih. Varian kue yang saya jual jadi lebih banyak dan kualitas kuenya juga jadi lebih bagus. Semoga bisnis saya terus berkembang dan pada akhirnya, kalau dulu saya digaji, sekarang saya bisa menggaji orang”, ceritanya.
Alumni dan peserta pelatihan lainnya, Desfika, memiliki cerita yang mirip dengan Dwi. Setelah keluar dari pekerjaannya di perusahaan asuransi properti di Jakarta pada tahun 2017 karena menikah, Desfika mengikuti suaminya pindah ke Jawa Timur.
Terdorong keinginan untuk belajar memasak dan baking agar bisa menyantap hidangan sesuai seleranya sendiri, ia memutuskan untuk mendaftar jadi peserta Kartu Prakerja. Setelah mendapatkan saldo, Desfika menggunakannya untuk mengikuti kelas memasak. Berbekal ilmu yang didapat dari kelas ini, Desfika terus mengasah kemampuannya hingga saat ini telah membuka kedai kecil miliknya sendiri.
“Salah satu pencapaian saya yang saya banggakan adalah berhasil membuat pesanan 300 toples kue nastar di bulan Ramadhan tahun lalu. Sungguh tidak menyangka, saya yang dari tidak bisa memasak sama sekali, sekarang punya brand saya sendiri. Saya bahkan sudah membeli hak patennya dan sedang proses mengurus sertifikasi halal. Alhamdulillah,” jelasnya.
Dwi dan Desfika juga berpesan pada para peserta maupun calon peserta Kartu Prakerja untuk tidak pernah menyerah dalam menimba ilmu demi mewujudkan mimpi membangun usaha.
“Hal berharga dari mengikuti program Kartu Prakerja bukan hanya insentifnya, tapi juga ilmunya. Ilmu adalah sesuatu yang mahal dan melalui Kartu Prakerja, kita bisa mendapatkan ilmu itu dengan mudah dan tanpa biaya. Jadi, harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin”, tambah Dwi.