Karena itu, seiring dengan kemajuan di bidang digital yang mendorong model bisnis klien dari berbagai industri menjadi lebih dinamis, FORU merasa perlu memastikan bahwa model usahanya bisa mengimbangi dinamika bisnis klien.
“Ekosistem dunia usaha yang makin dinamis membuat agency mau tidak mau harus selalu menjadi pionir. FORU menjadikan barometer pendekatan produk yang baru dan cepat dalam menjawab kebutuhan komunikasi klien sebagai DNA perseroan. Seluruh SDM perseroan akan terus berkembang dan mengikuti perkembangan konsumen di zaman now ini,” jelas Sasa.
Perbaikan kinerja keuangan FORU juga diperlihatkan dari makin ringannya liabilitas total perusahaan. Liabilitas FORU pada 2021 tercatat Rp6,132 miliar, turun tajam dari Rp9,6 miliar di 2020 dan Rp26,545 miliar di 2019 lalu.
Sementara itu, Komisaris Utama FORU Abed Nego juga menjelaskan lebih jauh tentang kondisi rebound dari kinerja keuangan perusahaan pada tahun buku 2021. Menurut Abed keberhasilan tersebut merupakan buah keberhasilan upaya perseroan dalam merumuskan langkah terbaik untuk meningkatkan kinerja Perseroan di tengah masa perlambatan bisnis akibat pandemi.
“Sebagai perusahaan yang bergerak di industri kreatif, dibutuhkan strategi kreatif dan taktis untuk menghadapi berbagai tantangan usaha. Pandemi Covid-19 yang masih terjadi sepanjang tahun terus menciptakan kondisi yang penuh ketidakpastian. Namun kami bersyukur kondisi perekonomian relatif mulai pulih. Hal ini terlihat dari mobilitas masyarakat yang mulai aktif, serta konsumsi dan daya beli yang terus membaik,” kata Abed.
Kolaborasi Mutual Berbagai Bidang
Selain strategi usaha talent upgrade dan pengembangan solusi progresif bagi klien, FORU juga membangun kolaborasi mutual dalam mengembangkan sisi pendapatan perusahaan.
Sasa menjelaskan integrasi usaha kehumasan (PR), kreativitas dan digitalisasi merupakan contoh kolaborasi yang tidak terpisahkan. FORU juga berkomitmen untuk menjalin kolaborasi jangka panjang dengan seluruh klien untuk membangun pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.