Kurangi Impor, Jokowi Dorong Petani Tanam Kedelai – Laman 2 – SWARAKEPRI.COM
NASIONAL

Kurangi Impor, Jokowi Dorong Petani Tanam Kedelai

Pekerja menyiapkan kedelai dalam proses pembuatan tempe di salah satu tempat produksi rumahan di Jakarta, pada 18 Januari 2008. (Foto: Reuters/Enny Nuraheni)

Hasil panen kedelai dengan memanfaatkan teknologi SAE di Yogyakarta dibandingkan kedelai impor. (Foto: Firsto/Humas UGM)

Sementara itu, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan pemerintah akan memperluas lahan tanam kedelai hingga 300 ribu hektare, dari semula 150 ribu hektare pada tahun ini dengan anggaran Rp400 miliar. Pemerintah, kata Hartarto, juga menargetkan luas lahan tersebut meningkat menjadi 600 ribu hektare pada tahun depan.

“Dengan demikian, produksi angka target produksi 1 juta hektare dikejar dua atau tiga tahun ke depan. Tugas BUMN adalah melakukan tanaman tumpang sari di perkebunan jagung. Jadi ditumpangsarikan di jagung,” ungkap Airlangga.

Dalam kesempatan ini, Airlangga menjelaskan faktor utama yang menyebabkan penurunan produktivitas kedelai adalah harganya yang tidak menarik, di mana hasil panen kedelai petani cenderung lebih mahal harganya ketimbang harga impor kedelai.

“Petani tidak bisa tanam soya bean kalau harga di bawah Rp10 ribu sedangkan harga impor dari Amerika jatuhnya Rp7.700, bahkan sebelumnya bisa ke 6.000 (rupiah). Jadi, misalnya di 2018 kita produksi di 700 ribu hektare, sekarang di 150 ribu hektare, petani disuruh milih tanam jagung atau kedelai, mereka lari ke jagung semua. Kita ingin ada mix tidak hanya jagung tapi kedelai juga naik,” jelasnya.

Tempe dengan bahan baku kedelai lokal diyakini lebih enak dan sehat. (Foto: Courtesy/Attempe)

Bangun Ekosistem Kedelai

Dewan Pembina Institut Agroekologi Indonesia (INAgri) Achmad Yakub menyambut baik kebijakan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas kedelai di dalam negeri. Meski begitu, katanya kebijakan yang diambil pemerintah tersebut hanya bersifat jangka pendek.

Menurutnya, diperlukan ekosistem yang mumpuni agar produktivitas kedelai di tanah air bisa stabil, termasuk menambah luas lahan yang akan ditanami kedelai.

Selain penyediaan bibit varietas unggul, petani juga harus dibekali pengetahuan teknologi dan cara bercocok tanam yang baik untuk meminimalisir terjadinya gagal panen.

“Jadi kalau mau mendorong, memang harus ada ekosistem bisnis yang kuat untuk kedelai. Kita lemahnya di situ. Ekosistem yang terbentuk cuma beras, karena itu makanan pokok kita. Misalnya jagung, itu kan kalang kabut, kadang-kadang impor juga. Jadi ekosistemnya harusnya sudah end to end, supplay chain management-nya harus sudah jalan,” ungkap Achmad kepada VOA.

Industri pasca panen, kata Achmad, juga harus dipikirkan oleh pemerintah, mengingat BUMN tidak bisa selamanya menjadi off tacker dalam industri kedelai dengan terus membeli produk kedelai hasil panen petani.

“Selain benih, juga harus ada pupuknya, ada alsintan-nya, industri pasca panen untuk mengolah hasil-hasil kedelai ini menjadi produk jadi berupa pakan ternak maupun pangan manusia supaya nanti di hilir, petani, harganya relatif stabil tinggi, karena ada serapan. Sampai kapan BUMN mau jadi offtaker?” pungkasnya./VOA

Laman: 1 2

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Independen dan Terpercaya

PT SWARA KEPRI MEDIA 2023

To Top