BATAM – Belasan mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa(BEM) Ibnu Sina melakukan aksi damai didepan kantor PLN Bright Kota Batam, Rabu(25/4/2018). Mereka meminta bright PLN Batam menurunkan tarif listrik.
Mereka juga meminta Gubernur Kepri untuk mundur dari jabatannya karena menyetujui kenaikan tarif listrik tersebut.
“Kami minta supaya tarif listrik diturunkan, kami menolak kenaikan tarif listrik karena tarif yang sekarang membuat masyarakat tercekik,” ujar Habibi selaku koordinator aksi yang juga Presiden Mahasiswa STIE Ibnu Sina Kota Batam.
Selain itu, mahasiswa juga meminta agar bright PLN Batam dikembalikan sebagai Perusahaan Milik Negara.
“Kami minta diselesaikan sekarang, minimal berikan penjelasan dan transparansi kenapa tarif sampai dinaikkan,” ujarnya.
Sebelumnya mahasiswa juga telah membagikan kuesioner kepada masyarakat terkait kenaikan tarif listrik dan keluhan yang ada.
“Kami sudah bagi kueisoner ke pasar, kampus dan tempat keramaian dari hari sabtu kemarin sebanyak 800, dan 66 persen mengaku menolak(kenaikan tarif listrik)” jelas Habibi.
Ia menyampaikan apabila tuntutan mereka tidak ditindaklanjuti dan diberikan kejelasan, pihaknya melaporkan permasalah tersebuty ke BEM Pusat untuk disampaikan kepada Presiden.
“Minggu depan kami datang lagi, kalau di PLN tidak ditanggapi, kami langsung ke Dewan hari itu juga,” tutupnya.
Penulis : Alya
Editor : Rudiarjo Pangaribuan
Inilah beberapa cara merawat kompor tanam gas agar awet, aman, dan tetap elegan. Dengan rutin…
Jakarta Timur – Sebagai bentuk komitmen dalam mendukung pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan…
PT Pelindo Solusi Logistik (“SPSL”) sebagai subholding BUMN Kepelabuhanan Pelindo mempertegas komitmennya mendukung upaya global…
PT Waskita Beton Precast Tbk (kode saham: WSBP) percaya bahwa penguatan penerapan Tata Kelola, Manajemen…
Pernikahan sering kali dianggap sebagai momen paling berharga dalam hidup seseorang. Ia bukan hanya tentang…
Bitcoin (BTC) kembali menjadi sorotan utama di pasar aset digital setelah seorang ekonom, Timothy Peterson, merilis…
This website uses cookies.