Menjaga Bajau, Menjaga Laut, Meredam Modernitas – Laman 2 – SWARAKEPRI.COM
NASIONAL

Menjaga Bajau, Menjaga Laut, Meredam Modernitas

Seorang gadis Bajau Laut berjemur di perahunya di lingkungannya di Laut Sulawesi di negara bagian Sabah Malaysia, Kalimantan 17 Februari 2009. (Foto: REUTERS/Bazuki Muhammad)

Ambiguitas Perubahan

Rustam Awat, dosen di Universitas Dayanu Ikhsanuddin, di Bau Bau, sangat akrab dengan kehidupan suku Bajau lantaran hobi fotografi. Karena hobi itu pula, dia melihat bagaimana perkampungan Bajau mengalami perubahan.

Dosen sekaligus penggemar fotografi yang banyak berkarya di tengah Suku Bajau, Rustam Awat. (Foto: Dok Pribadi)

“Rata-rata di laut ya, maksudnya terpisah dengan daratan. Kemudian ada dulu kebijakan pemerintah untuk mendaratkan orang laut, mendaratkan orang Bajau. Jadi mereka digeser ke pesisir, atau kalau tidak, biasanya mereka itu dibangunkan jembatan supaya terhubung dengan daratan,” ujarnya.

Di Wakatobi misalnya, ada satu kampung Bajau sudah terhubung dengan daratan dengan jembatan kecil, dan tiga kampung tanpa jembatan.

“Orang Bajau menyebut orang Bajau lain sebagai Sama, sedangkan kita-kita ini, yang berasal dari suku di luar Bajau, mereka panggil dengan sebutan Bagai,” lanjut Rustam.

Hidup bersama laut, bermakna sepenuhnya ada di sana. Bahkan, kata Rustam, anak-anak Bajau bermain bola di lamun-lamun pesisir, ketika air laut surut. Anak-anak ini tidak diajari untuk berenang atau menyelam, mereka menguasai kemampuan itu secara alamiah, kata Rustam, karena kehidupan mereka memang berpusat di laut.

Sekarang, ada Kampung Bajau yang membangun lapangan futsal di atas cor beton, meski tetap di tengah laut. Perubahan yang dilihat Rustam sepanjang menjalani hobi fotografi.

“Ini kan ada ambiguisitas. Kalau saya ditanya sebagai orang yang mendalami fotografi, ya saya pengennya kehidupan mereka seperti dulu. Tapi, orang-orang di sana itu juga mau modern. Mau seperti kehidupan orang darat. Mau bangun rumah batu, mau dibangunkan jembatan supaya terhubung dengan daratan, biar biar bisa beli sepeda motor,” paparnya.

Dalam interaksi bersama orang Bajau inilah, kata Rustam, dia mendengar sendiri bagaimana kehidupan modern juga diimpikan. Mereka juga memegang telepon genggam dan akrab dengan internet.

Anak-anak Bajau Laut belajar berkelahi di tengah kampung mereka di Laut Sulawesi di negara bagian Sabah, Malaysia, 17 Februari 2009. (REUTERS/Bazuki Muhammad)

Namun, Rustam yakin bahwa Suku Bajau tetap akan berada di laut. Pengetahuan dasar mereka adalah tentang laut. Laki-laki mencari ikan dan perempuan menjualnya menggunakan perahu-perahu kecil. Meskipun kehidupan laut tidak bisa dipisahkan dengan suku tersebut, lanjut Rustam, tetapi perubahan tetap terlihat. Tiang bakau untuk penyangga rumah akan diganti beton, dan rumah kayu diganti berbahan semen.

Ada tiga unsur penting bagi sebuah perkampungan Bajau, yang memberi keyakinan bahwa mereka akan tetap tinggal di tengah laut.

“Ketika dijadikan pemukiman, dia harus punya tiga item. Dia harus punya sarana air bersih, harus punya bakau dan dia harus punya terumbu karang,” kata Rustam.

Bakau dan terumbu karang, dalam tradisi konstruksi rumah Bajau, setidaknya akan membuat mereka tetap berada di laut.

Laman: 1 2 3

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Independen dan Terpercaya

PT SWARA KEPRI MEDIA 2023

To Top