Menjelang 20 Tahun Bom Bali, Para Penyintas Mengenang Peristiwa yang Mengubah Hidup Mereka – Laman 2 – SWARAKEPRI.COM
NASIONAL

Menjelang 20 Tahun Bom Bali, Para Penyintas Mengenang Peristiwa yang Mengubah Hidup Mereka

Menjelang 20 tahun Bom Bali, para penyintas mengenang peristiwa yang mengubah hidup mereka Beberapa telah berdamai, namun luka itu kembali terkoyak ketika mengetahui terpidana yang memainkan peran kunci kemungkinan bebas. Luh De Suriyani 2022.10.10 Denpasar Share on WhatsApp Share on WhatsApp Menjelang 20 tahun Bom Bali, para penyintas mengenang peristiwa yang mengubah hidup mereka Orang-orang berkumpul di sekitar lilin yang menyala di Pantai Kuta untuk mengenang para korban bom Bali 2002 saat peringatan 10 tahun peristiwa itu, di Kuta, Bali, 12 Oktober 2012. [Murdani Usman/Reuters]

Ni Luh Erniati (kiri) dan Thiolina Marpaung [Courtesy Ni Luh Erniati dan Thiolina Marpaung]

Tidak adil

Di antara korban yang menentang pembebasan bersyarat Umar adalah Thiolina Marpaung, 49, yang setelah dua dekade tragedi masih harus melakukan pemeriksaan medis rutin, karena lensa matanya pecah terkena beling. Ia bahkan harus dioperasi pada malam kejadian itu.

Ia mengungkapkan rasa traumanya menyaksikan temannya satu mobil tewas terbakar setelah bom dengan kekuatan besar meledak.

“Dua orang teman saya sampai kebakar dan kita bertiga masih hidup. Kita bertiga mendapatkan kesusahan berbeda beda dari Bom Bali itu,” kata Thiolina kepada BenarNews.

Ia merasa pembebasan cepat Umar sebagai sebuah ketidakadilan.

“Harusnya 20 tahun tapi didiskon. Tidak bisa dicegah, karena aturan pemerintah,” ujarnya, “korban mendapat apa? Saya lahir tidak cacat, karena kejadian itu cacat seumur hidup,” keluhnya.

Thiolina mendirikan Isana Dewata, sebuah yayasan yang membantu anak-anak dan janda korban peristiwa bom Bali.

Dia mengadvokasi pembangunan “Taman Perdamaian” sebuah peringatan untuk para korban yang berdiri di tempat di mana Sari Club dulu pernah berdiri.

Trauma berlanjut, memaafkan, dan berdamai

Sementara Erniati yang telah memafkan Umar tidak bisa melarikan diri dari kenyataan bahwa bom Bali telah membuatnya menjadi single parent, dan membesarkan anak sendirian dalam trauma.

Namun dia memilih untuk berdamai dengan kenyataan itu.

“Jangan sampai punya dendam. Saya juga harus bekerja, menjalankan usaha menjahit. Saya merasakan ketika marah, bersedih berhari-hari membuat makin sakit dan terpuruk,” tuturnya.

Erniati masih teringat tragedi 20 tahun itu, bagaimana pada malam kejadian tetangganya menceritakan bahwa ada bom di Sari Club tempat suaminya bekerja, namun dia tidak mau mempercayainya.

“Lama kelamaan saya semakin khawatir, kemudian tiba-tiba ada telepon berbunyi dan itu ternyata dari temannya suami. Dia tanya, ‘Pak Gede sudah pulang?’ Saya jawab, ‘belum’, lalu dia tanya kenapa tidak dicari? Bagaimana saya bisa cari, tidak ada motor, anak tertidur,” kata Erniati.

Laman: 1 2 3

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Independen dan Terpercaya

PT SWARA KEPRI MEDIA 2023

To Top