Jenderal (Purn) Moeldoko, Kepala Staf Presiden (KSP) khawatir perkembangan kecerdasan buatan (artificial intellegence) dan mesin pembelajaran (machine learning) bakal mengancam keamanan negara.
Hal ini diungkap pada pidato pertama Moeldoko setelah diangkat menjadi Kepala Staf Presiden (KSP), kemarin (17/1). Lebih lanjut, kekhawatiran Moeldoko ini terutama ditujukan pada generasi produktif di era berkembangnya AI dan machine learning.
“Kalau mereka bisa menciptakan komunitas baru yang produktif ya oke,” jelas Moeldoko, Kamis (18/1) di Gedung Krida Bakti Sekretariat Negara, Jakarta, dalam acara Future Force Fair 2018.
Kekhawatiran Moeldoko juga dilatari oleh kemungkinan semakin sempitnya lapangan pekerjaan di era perkembangan AI dan mesin pembelajaran.
“Tetapi bagi mereka yang tidak mendapatkan tempat sebagaimana mestinya, mereka bisa menciptakan komunitas yang membahayakan bagi negara kalau kita tidak terpikirkan dengan baik. Ngerti yang dimaksud ya?”, lanjutnya.
Oleh karena itu, dia meminta anak muda terus berinovasi dan memanfaatkan ruang berkreasi untuk menciptakan komunitas baru yang produktif dan bermanfaat bagi masyarakat.
Ia juga berharap tidak dibatasinya ruang inovasi bagi generasi produktif ini. Apalagi, Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada 2025-2030.
“Itu bisa jadi peluang dan ancaman. Pertanyaannya pada negara adalah bagaimana memberikan ruang yang cukup pada orang-orang hebat ini?” ucapnya.
Moeldoko juga menekankan bahwa perubahan dan inovasi adalah menjadi keniscayaan saat ini. Menurutnya, dunia saat ini serba cepat dan haus akan inovasi.
“Perubahan membuat kita sering terkejut tapi mungkin hanya untuk orang-orang tua semacam kami. Kalau anak muda, ideologinya adalah perubahan, inovasi. Inovasi atau mati,” ujarnya.
Mantan Panglima TNI itu juga menyambut baik semangat model bisnis anak muda yang peduli pada lingkungan sosialnya. Model bisnis ini dikenal sebagai socio-entreprenuership.
Editor : Roni Rumahorbo
Sumber : CNN Indonesia