Pengamat, aktivis desak pemerintah serius kurangi pasukan keamanan di wilayah yang terus bergejolak itu.
Panglima TNI yang baru saja dilantik, Laksamana Yudo Margono, mengatakan Selasa (20/12) bahwa gangguan keamanan yang saat ini terjadi di Papua belum masuk dalam kategori darurat, sehari setelah korban kembali jatuh dengan tewasnya satu warga dan delapan orang luka-luka termasuk polisi, di salah satu provinsi yang baru dimekarkan di wilayah itu.
Penduduk desa di Kabupaten Tolikara di Provinsi Papua Pegunungan – salah satu provinsi terbaru di Papua – menyerang kantor polisi pada Senin menyusul ditangkapnya dua warga yang mabuk dan menyerang petugas, sehingga petugas terpaksa melepaskan tembakan, demikian kata Kabid Humas Polda Papua Ahmad Musthofa Kamal.
“Saya kira sampai saat ini masih dikategorikan sebagai tindak pidana pelanggaran hukum kriminal,” kata Yudo saat serah terima tongkat komando Panglima TNI dari Jenderal Andika Perkasa di Mabes TNI di Jakarta, Selasa.
Dengan begitu, kata Yudo, posisi TNI hanyalah membantu, sementara wewenang penegakan hukum berada di tangan Kepolisian RI (Polri).
“Tapi nanti saya rapatkan dulu dengan komandan-komandan satuan. Tentunya keadaan darurat yang menentukan (dari) atas (Presiden Joko Widodo). Saya kira dengan eskalasi sekarang masih taraf kriminal,” kata Yudo.
Kekerasan meningkat di Papua sejak 2018, ketika pemberontak separatis menyerang para pekerja konstruksi yang sedang membangun jalan dan jembatan di Kabupaten Nduga, menewaskan 20 orang, termasuk seorang anggota TNI,
Pada Senin, Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengatakan pengurangan jumlah tentara di Papua merupakan hal bagus tapi meminta petugas keamanan untuk tegas melawan kelompok separatis agar konflik di wilayah paling timur Indonesia itu segara berakhir.
“Pendekatan humanis baik, pengurangan prajurit TNI di Papua juga baik. Tetapi memang harus tegas,” kata Jokowi usai melantik Yudo, Senin (12/19).
“Kalau kita nggak tegas di sana KKB selalu berbuat seperti itu, ya tidak akan selesai-selesai masalahnya,” ucap Jokowi merukuk pada Kelompok Kriminal Bersenjata, label yang diberikan pemerintah kepada para pejuang separatis.
Sementara itu, polisi mengatakan insiden hari Senin di Mapolres Tolikara terjadi setelah seorang pria dan seorang perempuan yang mabuk melakukan keributan dan memukul salah satu personel polisi di pos penjagaan.
“Tak berselang lama, pelaku kembali ke Mapolres Tolikara membawa puluhan orang, keluarga dan teman. Membawa senjata tajam, panah, dan batu. Mereka menyerang Mapolres,” kata Kamal.
Polisi kemudian melepaskan gas air mata dan tembakan peringatan, tapi tak digubris. Massa yang makin beringas memaksa masuk ke Mapolres sehingga petugas melakukan tindakan tegas terukur, kata dia.
“Satu orang meninggal dunia dalam perjalanan ke RSUD Wamena setelah dilakukan tindakan terukur, kata Kamal, menambahkan bahwa sejauh ini polisi menahan DK, pria yang melakukan pemukulan.
“(Total) korban luka delapan orang, lima di antaranya anggota polisi,” kata Kamal kepada BenarNews, Selasa.