BATAM – Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia (P3SI) Pengurus Wilayah Kepulauan Riau mengeluhkan tingginya harga sewa lahan di kompleks Gelanggang Olahraga Tumenggung Abdul Jamal untuk kegiatan lomba burung Perkutut.
Ketua P3SI Kepri, Muhammah Hairil Anwar, mengatakan lahan seluas 50 x 20 meter yang berada tepat di belakang stadiun Tumenggung Abdul Jamal tersebut dikenai biaya sewa Rp 11.000 per meter setiap acara.
Dengan demikian, panitia penyelenggara harus membayar sewa sebesar Rp 11.000.000 untuk setiap acara perlombaan burung Perkutut.
“Bagi kami, biaya sewa ini terlalu tinggi,” ujar Anwar, pada Minggu (3/3/2019).
Anwar kemudian membandingkan dengan harga sewa untuk stadiun sepakbola serta bulu tangkis yang harga sewanya sangat jauh di bawah nilai tersebut.
“Stadiun yang sebesar itu saja yang fasilitasnya lengkap harga sewanya cuma Rp 1.400.000. Masa lahan sekecil ini sampai belasan juta,” terangnya keheranan.
Kekecewaan Anwar dengan kebijakan harga sewa lahan di kompleks GOR TAJ bukan tanpa alasan. Selain nilai sewanya yang memang terlalu tinggi, para pengurus wilayah P3SI di Kepri ini sebelumnya harus mengeluarkan biaya sendiri untuk membangun fasilitas lapangan lomba tersebut.
Ia menyampaikan bahwa awal 2017 lalu Pengurus P3SI Kepri izin ke pengelola GOR TAJ untuk membuat lapangan gantangan burung Perkutut.
Kemudian mereka mulai menata lahan seluas 50 x 20 meter diluar area bangunan dengan fasilitas 100 tiang gantangan yang mereka biayai sendiri.
“Jadi dulu perjanjiannya adalah, kita boleh menggunakan lahan tersebut asalkan jika pada suatu saat lahan diperlukan oleh pemerintah maka kami harus siap pindah tanpa syarat,” ungkapnya.
Namun demikian, meski mereka mengeluarkan biaya sendiri untuk penataan lapangan gantangan burung, tetap saja sekarang dikenai biaya sewa.
Senada, Supriyanto, Koordinator Penjurian P3SI Kepri ini juga mengeluhkan harga sewa lahan tersebut. Menurutnya, panitia acara harus rela merogoh kocek pribadi untuk menutup biaya sewa tersebut.
Pasalnya biaya pendaftaran peserta lomba saja tidak cukup untuk membayar tarif sewa yang dikenakan pengelola GOR TAJ.
“Tiang gantangan ada 100 buah. Kalau tarif pendaftaran Rp 100.000 baru terkumpul Rp 10.000.000. Padahal lomba Perkutut kali ini hanya 75 peserta,” keluhnya.
Supriyanto menambahkan, pada era 80an hingga 90an, Batam pernah menjadi tuan rumah lomba Perkutut tingkat ASEAN sebanyak dua kali. Itu tak terlepas dari kerjasama antara pemerintah dan masyarakat pecinta burung perkutut.
“Sebenarnya kalau pemerintah mahu merangkul dan support masyarakat pecinta burung, kegiatan semacam ini juga dapat menghasilkan devisa bagi negara,” imbuhnya.
Untuk itu ia berharap agar pemerintah mengerti dengan kondisi penyelenggara lomba. “Setidaknya sewa lahan untuk acara lomba seperti ini tidak terlalu memberatkan,” harapnya.
Anwar kembali menambahkan, jika memang harga sewa masih mahal terpaksa penyelenggara akan mencari lokasi lain yang lebih murah. “Ya mau gimana lagi,” tutupnya.
Editor : Siska
Jakarta, November 2024 – INKOP TKBM kembali bekerja sama dengan Port Academy untuk menyelenggarakan Diklat…
Mengapa Anda Tidak Boleh Lewatkan Acara Ini? Ini adalah kesempatan pertama di Indonesia untuk memiliki TCG One…
Layanan SIP Trunk adalah layanan telepon yang dilakukan melalui jaringan internet, layanan SIP Trunk menjadi…
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mencatatkan kenaikan tipis sebesar 14 sen, atau 0,2%,…
Musik telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari, dan dengan kemajuan teknologi, mendengarkan musik semakin…
BATAM - Kepala Badan Pengusahaan Batam (BP Batam), Muhammad Rudi menerima sekaligus mendengarkan paparan Laporan…
This website uses cookies.