Bukan Hanya Tugas Perempuan
Suci Fitria Tanjung, Direktur Eksekutif Walhi Jakarta mengakui perempuan masih memiliki jarak pengetahuan terkait perubahan iklim, karena isu ini baru muncul pasca revolusi industri. Di sisi lain, kebijakan pembangunan juga mayoritas tidak memperhatikan kepentingan lingkungan hidup.
“Pada gilirannya, ini justru meminggirkan atau membuat pengetahuan perempuan menjadi tidak relevan. Karena perubahan iklim merupakan fenomena yang relatif baru, dan relevansi pengetahuan perempuan juga perlu di upgrade, agar tidak gagap dalam beradaptasim maupun berkontribusi di dalam mitigasi perubahan iklim,” ujar Fitri dalam diskusi yang sama.
Seperti juga Noer Rachman, Fitri menyatakan untuk mendekatkan perempuan dengan isu perubahan iklim yang juga merugikan mereka, diperlukan perubahan paradigma dan tindakan-tindakan integratif.
“Dengan melibatkan secara aktif perempuan, berbicara di ruang publik atau di ruang-ruang pengambilan keputusan,” ujarnya.
Program-program terkait mitigasi bencana akibat perubahan iklim sendiri, masih banyak yang tidak berperspektif gender. Misalnya, kata Fitri, dalam program pengelolaan sampah rumah tangga, tanggung jawab utama masih diserahkan kepada perempuan. Pola pikir yang muncul adalah, bahwa sampah adalah persoalan rumah tangga, dan karena itu menjadi tanggung jawab perempuan sepenuhnya.
“Ini perlu direduksi, agar tanggung jawab untuk mengurangi ataupun melakukan aksi-aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, itu bukan hanya menjadi pekerjaan perempuan,” tegasnya./VOA